Opick - Assalamualaikum

Kamis, 28 Maret 2013

ilmu meresap kedalam hati bukan hanya sebatas mampir

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh







Ilmu yang hanya sebatas "mampir" di mata kita (ketika kita membacanya) atau mampir di telinga kita ketika kita mendengarkannya..

atau hanya ada dalam kitab-kitab yang ada di rak-rak buku kita.. atau hanya ada dalam catatan kajian kita.. atau hanya ada dalam file documets di laptop/komputer kita..

Akan tetapi TIDAK meresap kedalam hati kita, sehingga TIDAK NAMPAK dalam amalan kita.. walaupun KITA SUDAH PERNAH PELAJARI.. tapi AMALAN kita mengindikasikan seakan-akan kita JAHIL akan hal ini..

Maka berarti kita belum disebut berilmu dalam hal tersebut..

Makanya benar kata ulamaa; "seorang itu TIDAK DISEBUT BERILMU, hingga ilmu itu ia amalkan" meskipun orang-orang menilai dari ucapan maupun tulisannya kita, kita memiliki ilmu..

Ketahuilah, yang menjadi pertanggung jawaban kita terhadap Allah adalah:

"apakah ilmu tersebut, ADA dalam

- HATI (yaitu kita resapkan kedalamnya)

- dan AMALAN kita (yaitu tercermin dlm lisan dan anggota badan kita, dgn semata-mata mengharapkan wajah_Nya)..

?!"

Maka perhatikanlah hati dan amalan kita, apakah didalam hati kita ada semangat untuk beramal shalih dan membenci amal jelek? Dan apakah hal tersebut nampak dalam amal kita? Yaitu kita bersegera dalam beramal shalih, dan bersegera dalam meninggalkan keburukan?!

Jika kita tahu/berilmu ttg sebuah kebaikan, tapi hati kita tidak tergerak untuk mencintainya atau tidak tergerak untuk bersegera/semangat mengamalkannya; maka ada penyakit dalam hati kita..

Demikian pula, jika kita tahu/berilmu ttg sebuah keburukan, tapi hati kita tidak tergerak untuk membencinya atau tidak tergerak untuk bersegera meninggalkannya, tapi malah mengamalkannya; maka ada penyakit dalam hati kita..

Oleh karenanya, luruskanlah niat kita dalam menuntut ilmu; katakan kepada diri kita:

"aku akan menuntut ilmu untuk menunaikan kewajibanku sebagai Hamba Allah. Yaitu beribadah kepada_Nya dengan ikhlash sesuai syari'a_Nya. Dan juga untuk mewujudkan taqwa. Yaitu mengerjakan seluruh kewajiban (setelah mempelajarinya) dan meninggalkan seluruh larangan (setelah mempelajarinya)"

*-semoga bermanfa'at-*


 Wallahu a’lam bish-shawab

Menyebarkan berita walaupun berita itu benar tapi tidak disukai olehnya

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh


*-Jika berita yang mereka bawa adalah BENAR, tapi yang berita yang mereka sebarkan tersebut (tidak disukai oleh saudaranya untuk diketahui orang lain).. Maka mereka telah melakukan GHIBAH dan NAMIIMAH.-*

Betapa halusnya ucapan Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda. ketika Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda tentang ghiibah:

"Ghibah ialah engkau menceritakan hal-hal tentang saudaramu yang tidak dia suka"
(HR Muslim)

Allah Ta'ala berfirman tentang ghiibah,yang artinya:

"Dan janganlah sebagian kalian mengghibahi sebagian yang lain. Sukakah salah seorang dari kalian memakan daging bangkai saudaranya yang telah mati, pasti kalian membencinya. Maka bertaqwalah kalian kepada Allah, sungguh Allah Maha Menerima taubat dan Maha Pengasih".(QS.Al Hujurat :12)

Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda dalam menggambarkan alangkah besarnya dosa ghiibah:

"Sungguh, engkau telah mengatakan sesuatu yang sekiranya ucapan itu dicampurkan dengan air laut, niscaya kata-kata itu akan larut dan mengubahnya."
(HR. Tirmidziy, hasan shahiih)

Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda:

"Semua muslim terhadap muslim yang lain adalah HARAM, yaitu darahnya, KEHORMATANNYA, dan hartanya"
(HR. Muslim)

Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda:

"Cukuplah seseorang DIKATAKAN BURUKm jika sampai MENGHINA saudaranya SESAMA MUSLIM. Seorang MUSLIM WAJIB MENJAGA darah, harta dan KEHORMATAN MUSLIM lainnya"

Dikatakan NAMIIMAH.. Karena dengan menyebarkan aib seseorang, akan mempengaruhi orang lain untuk membencinya/memusuhinya.. Maka jika ia sampai membuat manusia memusuhi/membenci orang yang dighibahinya.. Maka ia pun kecipratan dosa lain, yaitu dosa namiimah…

Allah Ta'ala berfirman,yang artinya;

"Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa".(QS al Qalam:10-12).

Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda:

"Nammaam itu tidak akan masuk surga".
(HR. Muslim no 303)

Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda:

Qattaat itu tidak akan masuk surga".
(HR Bukhari no 5709 dan Muslim no 304)

Nammaam adalah orang yang mendengar langsung sebuah berita (buruk, yang dengan berita tersebut dapat menimbulkan kebencian/permusuhan kepada orang yang diberitakan) kemudian menyampaikannya. Sedangkan qattaat adalah orang yang mendengar berita dari sumber yang tidak jelas kemudian menyampaikannya.

Nammaam/qattaat akan DIADZAB DI KUBUR… Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda:

"Keduanya diadzab, dan tidaklah keduanya diadzab dalam dosa yang besar (menurut prasangka keduanya)".

"Bahkan (sebenarnya hal tersebut merupakan dosa besar!)… Adapun orang yang pertama tidak menjaga diri dari percikan air kencingnya sendiri. Sedangkan orang kedua suka melakukan namimah…"
(HR. Bukhari)

*-Jika apa yang mereka sebarkan (berupa khabar yang jelek) pada kenyataannya tidak seperti yang diberitakan… Maka ini DOSANYA LEBIH BESAR LAGI..-*

Allah Ta'ala berfirman,yang artinya:

"Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu'min dan mu'minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesunguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata".(QS.Al-Ahzab : 58)

"Dan orang-orang di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar."(QS.An-Nur: 11)

Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda::

"Sesungguhnya AL-MUFLIS dari ummatku adalah orang-orang yang datang di Hari Kiamat dengan membawa PAHALA shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia juga pernah MENCELA si fulan, MENUDUH si fulan (tanpa bukti), memakan harta si fulan, menumpahkan darah si fulan, memukul si fulan, maka DIBERIKANLAH PAHALA pada si fulan dan si fulan."

"Sehingga apabila telah habis pahalanya sebelum habis dosanya, maka diambillah dosa orang-orang lain tersebut dan dipikulkan pada dirinya lalu DILEMPARKAN KE NERAKA."(HR. Muslim)

*-BAGAIMANA MENYIKAPI ORANG-ORANG YANG MEMBAWA BERITA BURUK…-*

Allah Ta'ala berfirman:

"Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang FASIQ datang kepada kalian MEMBAWA BERITA, hendaklah kalian teliti (kebenaran berita yang mereka bawa)".
(QS.Al-Hujurat : 6)

Karena orang yang sedang ber-ghibah/namimah adalah orang FASIQ, maka kita tidak benarkan berita yang dibawanya tersebut, sampai kita meneliti khabar yagn dikhabarkannya.

Mengapa demikian? Allah Ta'ala berfirman,yang artinya;

"…agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum; tanpa mengetahui keadaannya (yang sebenarnya); sehingga menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu…"(QS. al-Hujurat: 6)

Kemudian, sikap kita ketika mendengar khabar dari orang-orang fasiq, adalah sebagaimana firman_Nya:

"Artinya : Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata : Ini adalah suatu berita bohong yang nyata"(QS.An-Nuur:12)

Kita katakan kepadanya:
"Maha Suci Engkau (Ya Allah), Ini adalah dusta yang besar"(QS.An-Nuur : 16)

Imam an Nawawiy rahimahullah mewasiatkan… apabila kita mendapatkan BERITA BURUK yang disebarkan orang-orang tentang saudara kita (yang kita kenal kebaikannya/keshalihannya):

- Tidak membenarkan perkataannya. Karena tukang namimah adalah orang fasik.

- Mencegahnya dari perbuatan tersebut, menasehatinya dan mencela perbuatannya.

- Membencinya karena Allah, karena ia adalah orang yang dibenci di sisi Allah. Maka wajib membenci orang yang dibenci oleh Allah.

- Tidak berprasangka buruk kepada saudaranya yang dikomentari negatif oleh pelaku namimah.

- Tidak memata-matai atau mencari-cari aib saudaranya dikarenakan namimah yang didengarnya.

- Tidak membiarkan dirinya ikut melakukan namimah tersebut, sedangkan dirinya sendiri melarangnya. Janganlah ia menyebarkan perkataan namimah itu dengan mengatakan, "Fulan telah menyampaikan padaku begini dan begini.” Dengan begitu ia telah menjadi tukang namimah karena ia telah melakukan perkara yang dilarang tersebut.".

Allah berfirman tentang LARANGAN menyebarkan berita bohong, yang artinya:

"(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar."
(QS. An Nur: 15)

Maka berhati-hatilah saudaraku… Jika engkau diam, maka engkau selamat (meski berita tersebut benar adanya)… Tapi jika engkau ikut menyebarkan, maka hendaknya engkau membayangkan segala konsekuensi yang akan kau hadapi…

Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda.

"Bukankah tidak ada yang menjerumuskan orang ke dalam neraka selain buah lisannya ?"(Hasan Shahiih; HR. Tirmidzi)

Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam juga bersabda:

"Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat"
(HR.Bukhari & Muslim)

Maka hendaknya kita mengamalkan sabda Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam:

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam" (HR. Bukhari & Muslim )

Karena Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam juga bersabda:

"Barangsiapa bisa memberikan jaminan kepadaku untuk menjaga MULUT dan KEMALUAN , maka kuberikan kepadanya jaminan masuk surga"(HR. Bukhari)

*-semoga ada manfaatnya-*


 Wallahu a’lam bish-shawab

Rabu, 20 Maret 2013

' Beramal & Beribadah dalam rangka MENCARI pujian, maka ini termasuk perbuatan syirik.'


Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh


' Beramal & Beribadah dalam rangka MENCARI pujian, maka ini termasuk perbuatan syirik.'

1. Jika ia meniatkan amalannya hanya semata-mata karena makhluq tanpa sama sekali meniatkan untuk beribadah kepada Allah; "maka ini syirik akbar. syirik seperti inilah yang dimiliki kaum munaafiqiin" (faidah dari syaikh abdurrazzaaq)

Tidak ada sama sekali dalam hati mereka keinginan untuk beribadah kepada Allaah dalam shalat wajib, akan tetapi hanya memperlihatkan ibadah mereka kepada orang-orang, agar mereka "disebut muslim" dan agar mereka tidak dihukum bunuh "karena meninggalkan shalat".

2. Jika ia meniatkan amalannya tersebut karena Allah, tapi ia CAMPURI niat tersebut untuk mendapatkan PUJIAN MAKHLUK… maka ini SYIRIK ASHGHAR. dan ini diantara DOSA BESAR YANG PALING BESAR…

Mengapa bisa demikian? karena Allah TIDAK MEMILIKI sekutu dalam peribadatan sedikitpun… jika hendak menginginkan pujian dari IBADAH-mu… maka INGINKANLAH PUJIAN DARI ALLAH SEMATA, dan jangan engkau sekutukan Dia, dalam hal tersebut dengan menginginkan pujian selain dari pujianNya…

Kelak dihari kiamat Allah akan memintakan mereka untuk meminta balasan (apakah itu pujian/dsb) dari makhluq yang mereka inginkan balasan tersebut…

Bagaimana dengan orang yang sudah mengusahakan mengikhlashkan amalnya dari awal hingga akhir, kemudian datang pujian (tanpa ia menginginkannya) ?

Maka Rasuulullaah bersabda:


تِلْكَ عَاجِلُ بُشْرَى الْمُؤْمِنِ.

"Itu adalah kabar gembira yang Allah segerakan bagi seorang MUKMIN."

(HR Muslim)

Meskipun berdasarkan hadits diatas "rasa senang" tersebut tidak mencacati pelakunya (karena memang dari awal ia tidak mengharapkan pujian)

Hanya saja Rasuulullaah mengatakan "bagi seorang MUKMIN" dan kita TIDAK TAHU apakah kita telah benar-benar mengamalkan amalan tersebut dengan landasan keimanan (yaitu benar-benar ikhlash dalam amalan kita tersebut)!!

Maka apakah kita hendak merasa senang dengan sesuatu yang TIDAK KITA LAKUKAN?

Allah mencela yahudi dengan firmanNya:

وَيُحِبُّونَ أَنْ يُحْمَدُوا بِمَا لَمْ يَفْعَلُوا

"…Dan mereka suka dipuji atas perbuatan yang tidak mereka lakukan…"

[Aali 'Imran: 188]

Dan apakah kita hendak mentazkiyyah diri kita sebagai seorang MUKMIN yang dimaksud hadits diatas?

Allah berfirman:

فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَىٰ

"Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa."

[An-Najm: 32]

Rasuulullaah bersabda:

لاَ تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ اَللهُ أَعْلَمُ بِأَهْلِ الْبِرِّ مِنْكُمْ.

"Janganlah menganggap diri kalian suci, Allah lebih mengetahui orang yang berbuat baik di antara kalian."

(HR Muslim)

Dia lebih tahu siapa yang telah benar-benar ikhlash dalam amalnya, dan mengetahui siapa yang telah merusak keikhlashannya dalam amalnya dengan riya', sum'ah, ujub maupun takabbur.

Bahkan jika kita mendapati orang yang memuji kita, berkaitan dengan ibadah kita… maka hendaknya merenung: "bukankah ' badah ' yang hakiki adalah ibadah yang selamat dari kesyirikan? sedangkan aku tidak tahu apakah diriku selamat atau tidak?" sehingga kita tidak LUPA DIRI ketika dipuji…

Abu Bakar yang sangat mengerti akan hal ini pun sampai-sampai dia berkata ketika dipuji1:

اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ

Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku.

اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ

Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka

(Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Sy'abul Iman, 4/228, no.4876. Lihat Jaami'ul Ahadits, Jalaluddin As Suyuthi, 25/145, Asy Syamilah)

Ibnu'Ajibah mengatakan,

"Janganlah engkau tertipu dengan pujian orang lain yang menghampirimu. Sesungguhnya mereka yang memuji tidaklah mengetahui dirimu sendiri kecuali yang nampak saja bagi mereka. Sedangkan engkau sendiri yang mengetahui isi hatimu. Ada ulama yang mengatakan, "Barangsiapa yang begitu girang dengan pujian manusia, syaithon pun akan merasuk dalam hatinya."

(Iqozhul Himam Syarh Matn Al Hikam, Ibnu 'Ajibah, hal. 159, Mawqi' Al Qaroq, Asy Syamilah; copas dari rumaysho.com)

Berkata Ibnu Hazm:

"Barang siapa yang memujimu karena kebaikan yg tidak kau miliki maka sungguh ia telah benar-benar mencelamu. Karena ia telah mengingatkanmu akan kekuranganmu (dengan pujian tersebut)"

(copas dari ustadz firanda)

Maka justru dengan pujian tersebut, harusnya kita kembali meluruskan niat kita: menyeimbangkan rasa harap kita agar semoga kita termasuk dalam hadits diatas, dengan rasa takut senang dipuji pada sesuatu yang tidak pantas kita terima…

Sekalipun amalan kita ikhlash (dan ini hanya Allah pun yang tahu)… Maka ketahuilah, yang memudahkan kita untuk dapat beramal sesuai sunnah, dan dapat ikhlash untuk mengamalkan amalan tersebut adalah Allah…

Maka hendaknya kita kembali menyandarkan pujian tersebut kepada Allah, karena tanpa taufiq dan pertolonganNya, kita tidak mampu untuk melakukan hal tersebut…

الحمد لله الذي بنعمته تتمالصالحات

alhamdulillaah alladziy bi ni'matihi tatimush shaalihaat

Segala puji HANYA BAGI ALLAH, yang dengan nikmatNya, sempurnalah segala kebaikan…

لاَ حَوْلاَ وَلاَ قُوَّةَ إلاَّ باِللهِ

laa hawlaa wa laa quwwata illa billaah

"Tidak ada kemampuan bagi kami dalam melakukan amalan ketaatan kecuali dengan pertolongan Allah, dan tidak ada kekuatan bagi kami untuk meninggalkan maksiat kecuali dengan pertolongan dari Allah (pula)."




Wallahu a’lam bish-shawab




Semoga bermanfaat…

Catatan Kaki

Hanya saja hendaknya kita tidak menyikapi ucapan beliau ini seperti dzikir nabi, kemudian kita jadikan "sunnah" (yaitu dzikir yang dibaca ketika dipuji).

malu harus ada setiap pribadi seorang muslim'


Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh


RASA MALU disebut bagian dari IMAN karena malu menjadi PENGENDALI bagi seorang MUSLIM untuk SENANTIASA berada dalam KEBAIKAN dan berpaling dari segala keburukan atau maksiat. Sebagaimana halnya dengan iman yang senantiasa mendorong seorang mukmin untuk MELAKUKAN KEBAIKAN & MENINGGAL KEMAKSIATAN

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda;

"Malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan semata-mata." (HR. Bukhari & Muslim)
Dalam riwayat Muslim disebutkan;
"Malu itu seluruhnya kebaikan." (HR. Bukhari & Muslim dari Sahabat 'Imran bin Husain)

Betapa malu adalah akhlak yang mulia. Karena itu, ketika ada salah seorang sahabat radhiyallahu 'anhu yang menasehati saudaranya ketika merasa malu dan ia berkata kepadanya, "Sungguh, malu telah merugikanmu."
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda;
"Biarkan dia, karena malu termasuk iman."(HR. Bukhari & Muslim)

Malu merupakan Rasulullah Muhammad sallallahu'alaihi wasallam, teladan bagi setiap muslim. Beliau adalah sosok pribadi yang sangat pemalu.

Maka dari itu dalam berinteraksi di akun facebook harus ada RASA MALU; malu menulis status untuk di posting, yang isi tidak mendatangi KEBAIKAN, lebih baik DIAM(tidak menulis)


 Wallahu a’lam bish-shawab

' Rawatlah apa yang kita miliki '


Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh


Pengetahuan yang kita miliki
Sia-sia karena tidak diamalkan

Perbuatan yang kita lakukan
Sia-sia karena tidak disertai rasa ikhlas.

Perjuangan yang kita lakukan
Sia-sia karena tidak ada tujuan yang jelas

Pengorbanan yang kita lakukan
Sia-sia karena mengharapkan pujian

Marah yang kita lampiaskan
Sia-sia karena dilandasi emosi bukan rasio

Cinta yang kita berikan
Sia-sia karena dilandasi syahwat semata

Kekayaan yang kita dapatkan
Sia-sia karena hanya untuk kepentingan pribadi

Kegagalan yang kita alami
Sia-sia karena dijadikan alasan keputusasaan

Musibah yang kita jumpai
Sia-sia karena tidak menjadikan kita semakin kuat

Kesuksesan yang kita raih
Sia-sia karena membuat kita semakin sombong

Anugerah yang kita dapatkan
Sia-sia karena tidak disyukuri

Pelajaran dan peringatan yang kita dengar atau baca
Sia-sia karena hanya melintas di pikiran

DEMI MASA SESUNGGUHNYA MANUSIA ITU BENAR-BENAR BERADA DALAM KERUGIAN .KECUALI ORANG-ORANG YANG BERIMAN DAN MENGERJAKAN AMAL SHALEH DAN NASEHAT MENASEHATI SUPAYA MENTAATI KEBENARAN DAN NASEHAT MENASEHATI SUPAYA MENETAPI KESABARAN.
(Qs Al-Ashr 1-3)

Imam Al ghazali mengatakan iman membutuhkan perawatan . Dan untuk merawat iman tidak cukup dengan menyiraminya agar tetap segar atau memupuknya agar menjadi subur dan berkembang, tetapi juga perlu menjaganya dari ancaman berbagai hama yang dapat merusaknya, bahkan menghancurkannya.

Hama yang mengancam perkembangan dan kesehatan iman, yang umum dihadapi setiap mukmin adalah : kemusyrikan (penyekutuan terhadap Tuhan), kemunafikan (kepura-puraan, pengakuan lahir yang berbeda dengan batinnya), dan kemaksiatan (pelanggaran dan kedurhakaan).
Sumber utamanya adalah :
(1) syetan, musuh laten manusia .
(2) Hawa nafsu manusia itu sendiri.
(3) Pengaruh lingkungan sosial.

"Hawa nafsu" selalu dijadikan alat oleh syetan dalam merusak keimanan manusia sehingga berulang-ulang Allah mengingatkan manusia agar jangan mudah mengikuti hawa nafsu."JANGANLAH KAMU MENGIKUTI HAWA NAFSU...(QS Shaad :26 ; juga dalam Qs Al-a'raaf :176 ; Thoha : 16; Al-Qashash :50 dalam arti yang sama)

Hawa nafsu manusia seringkali memanipulasi amal perbuatan dengan cara-cara yang dapat mendistruksi (menghancurkan) nilai amal itu sendiri, seperti kemunafikan, riya (niat pamer), ketamakan, kesombongan dsb. Banyak amal perbuatan yang penampilan lahirnya seperti amal shaleh, tetapi tidak memperoleh nilai kebaikan apa-apa gara-gara niatnya salah.Seperti niat yang mendorongnya tidak benar, tidak ikhlas, karena pamer (riya'), sehingga nilai-nilai amal tersebut jatuh, dan bahkan membawa resiko yang menyedihkan (mendapat siksa). Mereka sudah memanipulasi amalnya terhadap Tuhan, padahal Tuhan Maha Tahu yang sebenarnya memotivasi amal mereka, ini merupakan kemunafikan amal dimana penampilan lahirnya seperti ibadah, padahal tujuan sebenarnya untuk memperoleh popularitas.

Untuk "Ikhlas " itu tidak mudah, karena ikhlas termasuk karunia Allah yang diberikan Allah kepada hamba-NYa yang dicintainya.

Seorang sahabat Khudzaifah bin al yaman, menanyakan kepada Rasulullah tentang ikhlas itu apa sebenarnya, nabi tidak lansung menjawab, tapi menanyakan hal itu kepada jibril. Kemudian Jibril mengatakan: Saya pernah menanyakan tentang ikhlas ini kepada Tuhan Rabbul Izzah, kemudian beliau menjelaskan.
"IKHLAS ITU MERUPAKAN RAHASIAKU, YANG KUTITIPKAN PADA HATI ORANG-ORANG YANG KU CINTAI DIANTARA HAMBA-HAMBA KU" (Diriwayatkan Al-Qazwini)


Wallahu a’lam bish-shawab
 

Sabtu, 09 Maret 2013

Waspada Tipu Daya Setan

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh



SEDIKIT renungan, ditengah kesibukan. Cobalah untuk SAHABAT renungkan …

Dalam suatu Konfensi iblis, syaitan dan jin, dikatakan: "Kita tidak dapat melarang kaum muslim ke Mesjid", "Kita tidak dapat melarang mereka membaca Al-Qur'an dan mencari kebenaran", "Bahkan kita tidak dapat melarang mereka mendekatkan diri dengan Tuhan mereka Allah dan Pembawa risalahNya Muhammad", "Pada saat mereka melakukan hubungan dengan Allah, maka kekuatan kita akan lumpuh." "Oleh sebab itu, biarkanlah mereka pergi ke Masjid : biarkan mereka tetap melakukan kesukaan mereka, TETAPI CURI WAKTU MEREKA, sehingga Mereka tidak lagi punya waktu untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah".

"Inilah yang akan kita lakukan," kata iblis. "Alihkan perhatian mereka dari usaha meningkatkan kedekatannya kepada Allah dan awasi terus kegiatannya sepanjang hari!". “Bagaimana kami melakukannya?" tanya para hadirin yaitu iblis, syaitan, dan jin. Sibukkan mereka dengan hal-hal yang tidak penting dalam kehidupan mereka, dan ciptakan tipudaya untuk menyibukkan fikiran mereka,"

Jawab sang iblis "Rayu mereka agar suka BELANJA, BELANJA DAN BELANJA SERTA BERHUTANG, BERHUTANG DAN BERHUTANG".

"Bujuk para istri untuk bekerja di luar rumah sepanjang hari dan para suami bekerja 6 sampai 7 hari dalam seminggu, 10 – 12 jam seminggu, sehingga mereka merasa bahwa hidup ini sangat kosong." "Jangan biarkan mereka menghabiskan waktu bersama anak-anak mereka."

"Jika keluarga mereka mulai tidak harmonis, maka mereka akan merasa bahwa rumah bukanlah tempat mereka melepaskan lelah sepulang dari bekerja". "Dorong terus cara berfikir seperti itu sehingga mereka tidak merasa ada ketenangan di rumah."
"Pikat mereka untuk membunyikan radio atau kaset selama mereka berkendaraan". "Dorong mereka untuk menyetel TV, VCD, CD dan PC(untuk fb-an sepanjang hari) di rumah. Sepanjang hari. Bunyikan musik terus menerus di semua restoran maupun toko2 di dunia ini."

"Hal ini akan mempengaruhi fikiran mereka dan merusak hubungan mereka dengan Allah dan RasulNya"

"Penuhi meja-meja rumah mereka dengan majalah-majalah dan tabloid". "Cekoki mereka dengan berbagai berita dan gosip selama 24 jam sehari". "Serang mereka dengan berbagai iklan-iklan di jalanan". "Banjiri kotak surat mereka dengan informasi tak berguna, katalog-katalog, undian-undian, tawaran-tawaran dari berbagai macam iklan. "Muat gambaran wanita yang cantik itu adalah yang langsing dan berkulit mulus di majalah dan TV, untuk menggiring para suami berfikir bahwa PENAMPILAN itu menjadi unsur terpenting, sehingga membuat para suami tidak tertarik lagi pada istri-istri mereka"

"Buatlah para istri menjadi sangat letih pada malam hari, buatlah mereka sering sakit kepala". "Jika para istri tidak memberikan cinta yang diinginkan sang suami, maka akan mulai mencari di luaran". "Hal inilah yang akan mempercepat retaknya sebuah keluarga"

"Terbitkan buku-buku cerita untuk mengalihkan kesempatan mereka untuk mengajarkan anak-anak mereka akan makna shalat."

"Sibukkan mereka sehingga tidak lagi punya waktu untuk mengkaji bagaimana Allah menciptakan alam semesta. Arahkan mereka ke tempat-tempat hiburan, fitness, pertandingan-pertandingan, konser musik dan bioskop."

"Buatlah mereka menjadi SIBUK, SIBUK DAN SIBUK." "Perhatikan, jika mereka jumpa dengan orang shaleh, bisikkan gosip-gosip dan percakapan tidak berarti, sehingga percakapan mereka tidak berdampak apa-apa."

"Isi kehidupan mereka dengan keindahan-keindahan semu yang akan membuat mereka tidak punya waktu untuk mengkaji kebesaran Allah." "Dan Dengan segera mereka akan merasa bahwa keberhasilan, kebaikan/kesehatan keluarga adalah merupakan hasil usahanya yang kuat (bukan atas izin Allah)."

"PASTI BERHASIL, PASTI BERHASIL." "RENCANA YANG BAGUS." Iblis, syaitan dan jin kemudian pergi dengan penuh semangat melakukan tugas MEMBUAT MUSLIMS MENJADI LEBIH SIBUK, LEBIH KALANG KABUT, DAN SENANG HURA-HURA". "Dan hanya menyisakan sedikit saja waktu buat Allah sang Pencipta."

"Tidak lagi punya waktu untuk bersilaturahmi dan saling mengingatkan akan Allah dan RasulNya". Sekarang pertanyaan saya adalah, "APAKAH RENCANA IBLIS INI AKAN BERHASIL???"

"ANDALAH YANG MENENTUKAN..!!!" Wassalam ….



 Wallahu a’lam bish-shawab
 

TIPU DAYA SETAN




Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh







Telah berkata Ummul Mukminin As-Sayyidah Aishah binti As-Siddiq: 
"Bahawasanya Rasulullah s. a. w telah keluar dari sisinya pada satu malam, tiba-tiba berlakulah satu tiupan (syaitan) terhadapnya. Maka Rasulullah pun datang melihat perkara yang sedang saya lakukan. Baginda bertanya: Apakah yang terjadi Aishah? Maka saya menjawab: Apa halnya saya, tidak diberi daya sebagaimana yang dikurniakan kepada engkau? Jawab Rasulullah s.a. w.: Adakah syaitanmu telah datang. Maka saya menjawab: Wahai Rasulullah. Adakah syaitan bersamaku? Jawab baginda: Ya. Saya bertanya lagi: Adakah terjadi pada tiap manusia. Jawab baginda: Ya. Maka saya pun bertanya: Adakah juga berlaku atasmu wahai Rasulullah. Jawab Rasulullah: Ya tetapi Tuhanku memelihara akan daku hingga aku selamat daripda tipu dayanya. Sesungguhnya tidak ada seorang daripada manusia (yang dilahirkan) melainkan dikembari Allah seorang jin sebagai kawan."



Setelah Iblis menguasai manusia secara ruhani, ia disebut Syaitan. Iblis, semula tidak tahu bagaimana ia dapat menggoda Nabi Adam (Alaihissalam). Namun setelah Hawa diciptakan, Iblis kemudian berspekulasi dengan menggunakan muslihat dengan menggunakan minat Adam pada kebendaannya. Sebuah pintu terbuka. Itulah pintu nafs yang muncul setelah ruh suci ditiupkan ke dalam jasad biologis Adam.





Karena esensi Iblis & Jin dari api, maka ia hanya bisa menyusup ke esensi manusia yang halus yakni nafs yang banyak berurusan dengan badan, kepemilikan, kebodohan, cinta/kebencian, dll. Targetnya menguasai akal manusia (sesuatu yang tidak dimilikinya) dengan menguatkan daya khayal dan angan-angan (ilusi dan delusi) pada MATERI dan menguatkan RASA TAKUT PADA KETERBATASAN FISIK MANUSIA (UNSUR ASAL MATERINYA) seperti kemiskinan, takut tidak mendapat jabatan, dan lain-lain. Jadi Iblis sebenarnya menggunakan pemahaman dasarnya yang menjadikannya sombong bahwa “ia dari api bukan tanah” – ia menggunakan perbandingan yang bersifat keduniawian dan materialistik. 

Akal dan pikiran adalah potensi strategis manusia yang dinisbahkan oleh Allah SWT untuk membedakannya dengan makhluk lainya. Manusia adalah citra kesempurnaan-Nya, maka dengan akal dan pikirannya, manusia semestinya (bahkan menjadi fitrahnya) untuk mampu mengenal dirinya dan mengenal Tuhannya. Iblis baru tahu hal ini kemudian manakala Nabi Adam (Alaihissalam) menguasai asmaa-kullahaa (Al-Baqarah, 2:31-33)(1). Jadi ia harus menguasai akal dan pikiran manusia melalui nafs yang paling rentan, yaitu melalui daya khayal dan angan-angan yang secara inheren sebenarnya ada di dalam setiap manusia. Ketika ia mengintip firman Tuhan,



“Jangan dekati pohon itu…” menyiratkan makna perintah dan larangan Allah, menyiratkan peribadahan manusia, ia mengetahui suatu celah untuk mempengaruhi Adam dan Hawa. Dan nafs adalah pintu masuknya. Dari nafs ia merasakan esensi dirinya, api yang membakar. Dengan menguasai potensi khayal dan angan-angan ia berharap lebih jauh lagi untuk berusaha menunggangi pengetahuan manusia. Maka, setiap manusia yang dikuasai nafs ammarah, esensi keapiannya, dilamarnya dengan maskawin kesombongan & ketakaburan (kebodohan) dan iri & dengki (kebencian).



Setelah akal terkuasai, aneksasi Iblis terhadap Jiwa atau nafs manusia melahirkan Syaitan yang mempunyai modus operasi canggih dengan menjadi pembisik di hati manusia yaitu was-was dihati (An-Nas, 114:4-5)(2). Maka, secara jasmani Iblis maujud di alam nyata sebagai Syaitan yang dapat muncul dari golongan manusia dan jin (Al-An’am, 6:112)(3). Dengan kata lain, muncul manusia dengan sifat-sifat yang satanik alias Dajjal yang matahatinya buta. Ia jauh lebih jahat dari Iblis yang aslinya Jin, dan dalam bentuk demikian obsesi lamanya yang anti-Tuhan (Tidak mentauhidkan) terwujud ke alam nyata. Dari sinilah semua petaka muncul di dunia.

Tipu daya selanjutnya adalah penguasaan tahap kedua setelah upayanya menyesatkan manusia berhasil dengan menguasai akal. Kemudian, Syaitan membangun benteng yang kuat untuk memenjarakan akal dan ruh manusia yang sejati. Ia menabiri manusia dengan benteng materi : keinginan, hasrat, kemaksiatan, kekayaan, kekuasaan yang semuanya akan membangkitkan karakter dasar bapaknya yaitu Iblis dalam bentuk kebodohan terselubung dengan kepandaian manusia yaitu ilmu pengetahuan. 

Namun, untuk bisa menguasai senjata andalan manusia ini, ia harus menguasai konsep pengetahuan manusia. Ia harus menyesatkannya, sesesat-sesatnya, tetapi tidak terlalu mencolok. Maka melalui beberapa keturunannya, Iblis memerintahkan raja-raja, filosof, ilmuwan, seniman, dan anak cucu lainnya yang ateis untuk membuat konsep tentang pengetahuan. Lahirlah kemudian pandangan yang sepintas terlihat benar yaitu konsepsi manusia tentang alam semesta yang dikatakanya; alam semesta adalah kontinuum ruang-waktu, alam semesta adalah material belaka. 



Iblis berkata, “harus sesuatu yang lebih lemah dari aku, dan materi itu lemah, maka biarkan saja bahawa alam semesta sekadar materi belaka, ada begitu saja (karena aku tidak tahu bagaimana kejadiannya), sehingga aku yang api dapat menjadi tuhan mereka yang mempercayainya.” Begitulah Iblis menanamkan pemikiran primordialnya kepada anak cucunya yang menjadi kaum ateis. 

Dari sini kemudian lahir filosofi kehidupan seperti materialisme-ateisme, hedonistis, dan filosofi lainnya yang mengumbar hawa syahwat yang membawa manusia kepada kemusnahannya sendiri. Saling memakan, saling menjajah, saling cakar-cakaran, saling berzinah, dan lain-lainnya. Sumpah Iblis untuk menyesatkan anak cucu Adam mulai mewujud. Tetapi belum sepenuhnya terwujud karena ada para Rasul, Nabi, Wali, dan cerdik cendikia yang lebih sadar akan diri kemanusiaannya mereka memberikan petunjuk kepada manusia. Maka Iblis pun semakin menjadi-jadi kebenciannya. Ia pun kemudian menelusup kedalam semua aspek yang dimiliki manusia, namun sejatinya tidak ia miliki. Kemudian ia menuduh bahwa semua itu sihir belaka, mimpi yang diada-adakannya seperti firman Allah:





Ia menyusup ke dalam cinta kasih yang melahirkan kaum Nabi Luth dan berkembang menjadi hedonisme seksual lainnya : homo seksualitas, lesbianisme, dan seks bebas lahir dari sini. 



Sebagian mudah dikelabui dengan cinta model Iblis yang tanpa norma. Namun, sebahagian lagi sulit ditipu. Maka iapun menggunakan akal pikiran para penyair, kaum gnostis, agamawan dan yang lainnya. Lahirlah syair-syair yang menyesatkan seolah menggambarkan bahwa “Dirinya adalah Pecinta Sejati Tuhan Yang Esa”. Ketika Iblis berhasil mengelabui manusia melalui jalur olah kata dengan cinta yang sebenarnya esensinya tidak ia ketahui, maka sebagian dari manusia pun tersesat (As-Shu’ara, 26:224).(4) Namun sebagian lagi tidak mudah dikelabui oleh tipu daya Iblis yang halus itu (As-Shu’ara, 26:227).(5)

Banyak sekali tipu daya yang dilakukan Iblis yang sudah menanamkan benih-benih Syaitan ke dalam akal pikiran manusia, setelah konsepsi tentang pengetahuan alam semesta disusupi, setelah para penyair ditipu daya dengan olah kata, setelah para pecinta pun disesatkannya, nampaknya daya upayanya tidak pernah berhenti. Bahkan sejatinya tidak akan berhenti sampai akhir zaman seperti sumpahnya dulu. Dalam suka dan duka manusia, maka ia akan berusaha menyusup, dengan terang-terangan maupun tipu muslihat yang manusia pun tidak sadar kalau itu tipu muslihatnya. Maka iapun kemidian menyusup kepada “kemanusiaan”, suatu konsep yang sejatinya ingin mengembalikan manusia ke jalan yang lurus. Namun, karena iblis sudah menguasai akal pikiran, konsep pengetahuan, olah kata dan bahasa, cinta dan birahi, maka ia dengan mudah menggunakan bala tentaranya itu untuk membelokkan konsepsi “kemanusiaan” menjadi konsepsi “ego” dirinya. 



Dengan tertawa puas nampaknya ia sudah bisa membelokkan jalan manusia menuju Tuhan. Ia sudah mampu membuat rambu-rambu yang menyesatkan. Tapi, kenapa masih saja ada manusia yang beribadah dan menyembah-Nya. Apa yang salah? Ya, pasti ada yang salah pada sepak terjangnya yang menjerumuskan anak-anak Adam dan Hawa. Itulah qolbu yang ternyata tidak sepenuhnya ia kuasai. Disana ia tidak mampu menembus sesuatu yang sudah inheren ada pada manusia yakni hati nurani. Temannya dulu, si malaikat suka bersemayam disana membisik-bisiki manusia tentang dosa, tentang yang baik dan jahat, tentang kisah Iblis yang durhaka, dan tentang Tuhan yang menghukumnya. 

Qalbu adalah jalan masuknya, tetapi ternyata juga benteng terakhir manusia untuk menghanguskannya, melumpuhkannya. Qalbu dengan senjata ampunan dan tobat, ketaqwaan, keimanan, istiqamah, ikhlas, ridha, cinta, tauhid dan yang lainnya ternyata susah sekali ditaklukkan dengan penuh. Allah berfirman, 



Iblis nyengir getir, kebodohannya semakin nyata manakala ia yang pernah disesatkannya pun bisa dengan mudahnya tersungkur di pintu tobat. Kenapa ia begitu bodoh tidak meminta pintu ini ditutup? Tetapi semuanya terlambat, karena Allahsudah memfirmankan pembangkangannya dan mengabulkan keinginan materialistiknya yang bodoh “tangguhkanlah aku…” (Al-Hijr, 15:36-37),(6) maka Allahpun mengabulkan keinginannya untuk kekal sampai kiamat tiba. Namun, karena memang dasarnya bodoh, ternyata tipu daya dan semua upayanya dapat dilumpuhkan dengan mudah oleh manusia cuma dengan Tobat, suatu ampunan yang muncul dari penyesalan Adam dan Hawa dulu (Al-A’Raf, 7:23).(7) Ini namanya “penipu yang tertipu oleh kebodohannya sendiri”. Iblis yang bodoh menangis, diam-diam iapun semakin terpuruk dalam kesesatannya karena ia terus berputus asa dari rahmat Tuhannya, padahal sudah difirmankan-Nya,





Maka semakin kuatlah ia berupaya menjerumuskan dan menganiaya semua anak cucu Adam dan Hawa ke dalam kesesatan, ia telah mempersiapkan anak cucunya berupa Syaitan dari golongan manusia dan jin (Al-An’am, 6:112)(8) untuk menemani dirinya sebanyak-banyaknya di neraka, 



Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan Syaitan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan. (Al-An’am, 6:43)

Wallahu a'lam

-----------

Note:

(1) Al-Baqarah, 2: 31-33 - "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!"" (32) "Mereka menjawab: ""Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." " (33) "Allah berfirman: ""Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini"". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?""
(2) An-Nas, 114:4-5 – (4) “ dari kejahatan (bisikan) Syaitan yang biasa bersembunyi, (5) yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.”
(3) An-An’am, 6,112 – “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu Syaitan-Syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.”
(4) As-Shu’ara, 26:224 – “Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat.”
(5) As-Shu’ara, 26:227 – “kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kelaliman (dianiaya). Dan orang-orang yang lalim (zalim) itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.”
(6) Al-Hijr, 15:36-37) (36)"Berkata iblis: ""Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan""." (37) "Allah berfirman: ""(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh,"
(7) Al-A’raf, 7:23 - "Keduanya berkata: ""Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”.’’
(8) Al-An’am, 6:12 - "Katakanlah: ""Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?"" Katakanlah: ""Kepunyaan Allah"". Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh-sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman."
____________
Disunting dari : DAJJAL DAN SYAITAN Dalam Bentuk Manusia,
Perselingkuhan Iblis/Jin dengan Nafsu Manusia


 Wallahu a’lam bish-shawab

Selasa, 05 Maret 2013

Menjaga Lisan Dari Bahaya Lisan




Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh



Kalau bicara jaga lisanmu

Jika menulis jagalah bahasamu

Lidahmu adalah pedangmu

Mulutmu adalah harimaumu

Ungkapan atau peribahasa diatas seringkali kita dengar sejak zaman kita duduk di bangku sekolah bahkan hingga kini masih terus saja terngiang. Dan ungkapan seperti itu memang seperti wasiat dari orang -orang sebelum kita agar kita lebih berhati-hati dalam menjaga lisan kita.

Banyak orang merasa bangga dengan kemampuan lisannya (lidah) yang begitu fasih berbicara.
Bahkan tak sedikit orang yang belajar khusus agar memiliki kemampuan bicara yang bagus.

Lisan memang karunia Allah yang demikian besar.
Dan ia harus selalu disyukuri dengan sebenar-benarnya.
Caranya adalah dengan menggunakan lisan untuk bicara yang baik atau diam.
Bukan dengan mengumbar pembicaraan semaunya sendiri.

Orang yang banyak bicara bila tidak diimbangi dengan ilmu agama yang baik, akan banyak terjerumus ke dalam kesalahan.
Karena itu Allah dan Rasul-Nya memerintahkan agar kita lebih banyak diam.
Atau kalaupun harus berbicara maka dengan pembicaraan yang baik.

Allah Ta’ala berfirman yang artinya :  
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (Al-Ahzab: 70)

Lisan (lidah) memang tak bertulang, sekali engkau gerakkan sulit untuk kembali pada posisi semula.
Demikian berbahayanya lisan, hingga Allah dan Rasul-Nya mengingatkan kita agar berhati-hati dalam menggunakannya.

Dua orang yang berteman penuh keakraban bisa dipisahkan dengan lisan.
Seorang bapak dan anak yang saling menyayangi dan menghormati pun bisa dipisahkan karena lisan.
Suami istri yang saling mencintai dan saling menyayangi bisa dipisahkan dengan cepat karena lisan.
Bahkan darah seorang muslim dan mukmin yang suci serta bertauhid dapat tertumpah karena lisan.
Sungguh betapa besar bahaya lisan.

Rasulullah bersabda: 
“Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dibenci oleh Allah yang dia tidak merenungi (akibatnya), maka dia terjatuh dalam neraka Jahannam.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 6092)
Muslim meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 2581 dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda.
“Artinya : 
"Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut ?

Para sahabat pun menjawab, 
‘Orang yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki uang dirham maupun harta benda.

‘Beliau menimpali, 

‘Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa dan zakat, akan tetapi, ia juga datang membawa dosa berupa perbuatan mencela, menuduh, memakan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain.
Kelak kebaikan-kebaikannya akan diberikan kepada orang yang terzalimi.
Apabila amalan kebaikannya sudah habis diberikan sementara belum selesai pembalasan tindak kezalimannya, maka diambillah dosa-dosa yang terzalimi itu, lalu diberikan kepadanya. Kemudian dia pun dicampakkan ke dalam neraka”.

Memang lisan tidak bertulang.
Apabila keliru menggerakkannya akan mencampakkan kita dalam murka Allah yang berakhir dengan neraka-Nya.
Lisan akan memberikan ta’bir (mengungkapkan) tentang baik-buruk pemiliknya.

Inilah ucapan beberapa ulama tentang bahaya lisan:

1. Anas bin Malik:
“Segala sesuatu akan bermanfaat dengan kadar lebihnya, kecuali perkataan. Sesungguhnya berlebihnya perkataan akan membahayakan.”

2. Abu Ad-Darda’:
“Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali salah satu dari dua orang yaitu orang yang diam namun berpikir atau orang yang berbicara dengan ilmu.”
3. Al-Ahnaf bin Qais:
“Diam akan menjaga seseorang dari kesalahan lafadz (ucapan), memelihara dari penyelewangan dalam pembicaraan, dan menyelamatkan dari pembicaraan yang tidak berguna, serta memberikan kewibawaan terhadap dirinya.”
4. Abu Hatim:
“Lisan orang yang berakal berada di belakang hatinya.
Bila dia ingin berbicara, dia mengembalikan ke hatinya terlebih dulu, jika terdapat (maslahat) baginya maka dia akan berbicara.
Dan bila tidak ada (maslahat) dia tidak (berbicara).
Adapun orang yang jahil (bodoh), hatinya berada di ujung lisannya sehingga apa saja yang menyentuh lisannya dia akan (cepat) berbicara.
Seseorang tidak (dianggap) mengetahui agamanya hingga dia mengetahui lisannya.”
5. Yahya bin ‘Uqbah:
“Aku mendengar Ibnu Mas’ud berkata:
‘Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang benar selain-Nya, tidak ada sesuatu yang lebih pantas untuk lama dipenjarakan dari pada lisan.”
Menjaga lisan jelas akan memberikan banyak manfaat.
Di antaranya:

1. Akan mendapat keutamaan dalam melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”(Shahih, HR. Al-Bukhari no. 6090 dan Muslim no. 48)

2. Akan menjadi orang yang memiliki kedudukan dalam agamanya.
Dalam hadits Abu Musa Al-Asy’ari, Rasulullah ketika ditanya tentang orang yang paling utama dari orang-orang Islam, beliau menjawab:
“Orang Islam yang paling utama adalah orang yang orang lain selamat dari kejahatan tangan dan lisannya.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 11 dan Muslim no. 42)
Asy-Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali mengatakan: “Hadits ini menjelaskan larangan mengganggu orang Islam baik dengan perkataan ataupun perbuatan.” (Bahjatun Nazhirin, 3/8)

3. Mendapat jaminan dari Rasulullah untuk masuk ke surga.
Rasulullah bersabda dalam hadits dari Sahl bin Sa’d :
“Barangsiapa yang menjamin untukku apa yang berada di antara dua rahangnya (mulut) dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku akan menjamin baginya al-jannah (surga).” (HR. Al-Bukhari no. 6088)
4. Allah akan mengangkat derajat-Nya dan memberikan ridha-Nya kepadanya.
Rasulullah bersabda dalam hadits riwayat Bukhari :
“Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat dari apa yang diridhai Allah yang dia tidak menganggapnya (bernilai) ternyata Allah mengangkat derajatnya karenanya.” (HR. Al-Bukhari no. 6092)
Dalam riwayat Al-Imam Malik, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali dalam Bahjatun Nazhirin (3/11), dari shahabat Bilal bin Al-Harits Al-Muzani bahwa Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kalimat yang diridhai oleh Allah dan dia tidak menyangka akan sampai kepada apa (yang ditentukan oleh Allah), lalu Allah mencatat keridhaan baginya pada hari dia berjumpa dengan Allah.”
Demikianlah beberapa keutamaan menjaga lisan.

Semoga kita diberi kemampuan oleh Allah untuk melaksanakan perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya dan diberi kemampuan untuk mengejar keutamaan tersebut.

Wallahu a’lam bish-shawab