Sabtu, 08 September 2012

Mempunyai Sifat Malu, Aset Berharga Wanita Beriman

Assalaamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh

Bismillahirrahmanirrahim




 

SIFAT malu merupakan aset berharga wanita mukmin yang mampu menolongnya menjaga kehormatan dirinya, martabat, dan statusnya. Para istri shalihah adalah para muslimah yang memiliki sifat malu dalam akhlak, berpakaian, tindak-tanduk, obrolan, interaksi, dan budi pekerti. Sifat malu positif yang dimiliki seorang istri shalihah membuatnya senantiasa patuh pada aturan berpakaian Islami, baik itu jilbab, cadar, ataupun burqa. Dia tidak akan pernah mau mengenakan pakaian yang transparan, ketat, sama dengan pakaian pria, dipakai untuk niatan pamer dan berlagak, lalu memakai wewangian dan menggoda.


Wanita yang beriman adalah wanita yang memiliki sifat malu. Sifat malu tampak pada cara dia berbusana. Ia menggunakan busana takwa, yaitu busana yang menutupi auratnya. Para ulama sepakat bahwa aurat seorang wanita di hadapan pria adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan.

Bahkan, Rasulullah saw. menjadikan sifat malu sebagai bagian dari cabang iman. Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Iman memiliki 70 atau 60 cabang. Paling utama adalah ucapan 'Laa ilaaha illallah ' , dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan di jalan. Dan sifat malu adalah cabang dari keimanan." (HR. Muslim dalam Kitab Iman, hadits nomor 51)

Dari hadits itu, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa tidak akan ada sifat malu dalam diri seseorang yang tidak beriman. Akhlak yang mulia ini tidak akan kokoh tegak dalam jiwa orang yang tidak punya landasan iman yang kuat kepada Allah swt. Sebab, rasa malu adalah pancaran iman.

Tentang kesejajaran sifat malu dan iman dipertegas lagi oleh Rasulullah saw., "Malu dan iman keduanya sejajar bersama. Ketika salah satu dari keduanya diangkat, maka yang lain pun terangkat." (HR. Hakim dari Ibnu Umar. Menurut Hakim, hadits ini shahih dengan dua syarat-syarat Bukhari dan Muslim dalam Syu'ban Iman. As-Suyuthi dalam Al-Jami' Ash-Shagir menilai hadits ini lemah.)

Karena itu, sifat malu tidak akan mendatangkan kemudharatan. Sifat ini membawa kebaikan bagi pemiliknya. "Al-hayaa-u laa ya'tii illa bi khairin, sifat malu tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan," begitu kata Rasulullah saw. (HR. Bukhari dalam Kitab Adab, hadits nomor 5652)

Dengan kata lain, seseorang yang kehilangan sifat malunya yang tersisa dalam dirinya hanyalah keburukan. Buruk dalam ucapan, buruk dalam perangai. Tidak bisa kita bayangkan jika dari mulut seorang muslimah meluncur kata-kata kotor lagi kasar. Bertingkah dengan penampilan seronok dan bermuka tebal. Tentu bagi dia surga jauh. Kata Nabi, "Malu adalah bagian dari iman, dan keimanan itu berada di surga. Ucapan jorok berasal dari akhlak yang buruk dan akhlak yang buruk tempatnya di neraka." (HR. Tirmidzi dalam Ktab Birr wash Shilah, hadits nomor 1932)

Karena itu, menjadi penting bagi kita untuk menghiasi diri dengan sifat malu. Dari mana sebenarnya energi sifat malu bisa kita miliki? Sumber sifat malu adalah dari pengetahuan kita tentang keagungan Allah. Sifat malu akan muncul dalam diri kita jika kita menghayati betul bahwa Allah itu Maha Mengetahui, Allah itu Maha Melihat. Tidak ada yang bisa kita sembunyikan dari Penglihatan Allah. Segala lintasan pikiran, niat yang terbersit dalam hati kita, semua diketahui oleh Allah swt.

wallahu a'lam bish-shawab
 
By Mencari Rezky

Tidak ada komentar:

Posting Komentar