Jumat, 19 April 2013

Jangan berkata mendayu-dayu yang membangkitkan nafsu seseorang

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh   


JANGAN MELEBUTKAN PERKATAAN/MENDAYU-DAYU/SEKEDAR BASA-BASI.

Penyimpangan dalam adab ini, kalau diterapkan dalam obrolan chatting adalah dengan kata-kata yang lembut atau mendayu-dayu dari wanita yang menimbulkan godaan pada pria. Contoh menggunakan kata-kata yang sebenarnya layak untuk suami istri seperti "sayang", canda tawa, basa - basi, cari perhatian, dsb.

BAGAIMANA SELANJUTNYA.. ??

Syariat Islam telah memberikan rambu-rambu yang jelas untuk mengatur pola interaksi / IKHTILATH antara laki-laki (ikhwan) dan perempuan (akhwat). Islam tidak membenarkan adanya INTERAKSI seseorang dengan yang bukan muhrimnya.

" Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah seorang laki-laki sendirian dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya. Karena sesungguhnya yang ketiganya adalah syaitan." (HR. Ahmad).

Jangan mendayu-dayu saat berbicara, jangan memanja-manjakan suara, intinya harus tegas dalam berbicara baik melalui telepon mau pun ketika berbicara di forum-forum, di acara atau saat syura dan interaksi lainnya dengan orang-orang yang bukan mahram kita. Maka tegaskanlah cara bicara Anda. Tegas bukan berarti keras atau marah karena dengan tegas berarti kita telah membentengi hati dan menjaga izzah diri. Sebab jika tunduk berbicara maka telah membuka peluang bagi syeitan untuk mempermainkan nafsu, menghembus penyakit dalam hati, menikmati rasa yang tidak biasa dan pada akhirnya akan menjerumuskan kepada zina hati. Karena pada hakikatnya, hati seseorang dapat diketahui dari apa yang diucapkan oleh lidahnya. Apa yang diucapkan oleh lidah bisa dijadikan parameter untuk menilai keistiqamahan iman seseorang.

Setan itu sangat lihai mengambil celah untuk menggoda manusia dengan mempermainkan nafsunya. Ikhtilath tidak hanya terjadi dalam interaksi nyata namun bisa juga terjadi melalui jejaring sosial dunia maya. Dengan adanya orang yang mendampingi saat membahas hal urgen tersebut melalui telepon diharapkan komunikasi menjadi lebih terjaga.

"Tidak akan istiqamah iman seorang hamba sehingga hatinya beristiqamah (terlebih dahulu), dan tidak akan istiqamah hatinya sehingga lidahnya beristiqamah (terlebih dahulu)." (HR. Ahmad dari Anas RA).

Dan pada hadits lain dikatakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Bila seorang hamba berada di pagi hari, maka semua anggota tubuh akan memberikan peringatan kepada lidah dan berkata, 'Takutlah engkau kepada Allah, sesungguhnya kami ini tergantung kepadamu. Bila kamu istiqamah kami akan istiqamah, dan bila kamu melenceng kami pun ikut melenceng'." (HR. Tirmidzi dan dihasankan oleh Al-Albani).

Yahya bin Mu'adz berkata:

Hati itu bagaikan panci yang sedang menggodok apa yang ada di dalam hatinya, dan lidah itu bagaikan gayungnya. Maka perhatikanlah seseorang saat dia berbicara, sebab lidah orang itu sedang menciduk untukmu apa yang ada di dalam hatinya, manis atau asam, tawar atau asin dan sebagainya. Ia menjelaskan kepada Anda bagaimana "rasa" hatinya, adalah apa yang ia keluarkan dari lidahnya.

"Dan ucapkanlah perkataan yang baik." termasuk penggalan ayat dalam surah Al-Ahzab ayat 32. Perkataan yang baik yaitu berbicara dalam hal-hal yang dapat membawa manfaat dan kebaikan serta mampu menahan lidah dari ucapan yang bathil yang bisa merusak hati.

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia mengatakan hal-hal yang baik atau diam saja" (HR. Bukhari-Muslim).

LALU BAGAIMANA.. ??

Jika ada hal urgen yang memang harus diselesaikan melalui TELP, SMS, FB, TWITER antara ikhwan dan akhwat, Maka hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana cara kita menyampaikan hal tersebut dengan baik dan efektif. Baik dalam arti menggunakan kata-kata yang formal, singkat, padat, jelas dan tegas. Dan efektif menggunakan waktu dalam menyampaikan hal itu melalui MEDIA.

Fokus pada tujuan awal agar hal-hal di luar bahasan tidak perlu diutarakan ( hemat ). Mengapa hal ini perlu dilakukan? Agar hal yang disampaikan baik dan efektif sesuai dengan urgentifitas hal tersebut dan untuk mengantisipasi terjadinya ikhtilath. Jika Laki-laki bertanya pada seorang akhwat, akhwat merekomedasikan untuk bertanya kepada ikhwan, misalkan " Maaf lebih baik anda bertanya sesama ikhwan. - sebaliknya untuk akhwat.

Allah Ta'ala berfirman yang artinya:

"Karena itu janganlah kamu (isteri-isteri Rasul) tunduk(yakni melembutkan suara) dalam berbicara sehingga orang yang dalam hatinya ada penyakit memiliki keinginan buruk. Tetapi ucapkanlah perkataan yang baik". (QS. al-Ahzab: 32)

Imam Qurtubi menafsirkan kata 'Takhdha'na' (tunduk) dalam ayat di atas dengan arti lainul qaul (melembutkan suara) yang memberikan rasa ikatan dalam hati. Yaitu menarik hati orang yg mendengarnya atau membacanya adalah dilarang dalam agama kita.

Artinya pembicaraan yang dilarang adalah pembicaraan yang menyebabkan fitnah dengan melembutkan suara. Termasuk di sini adalah kata-kata yang diungkapkan dalam bentuk tulisan. Karena dengan tulisan seseorang juga bisa mengungkapkan kata-kata yang menyebabkan seseorang merasakan hubungan istimewa, kemudian menimbulkan keinginan yang tidak baik.

Termasuk juga dalam melembutkan suara adalah kata-kata atau isyarat yang mengandung kebaikan, namun ia boleh menyebabkan fitnah. Iaitu dengan cara dan bentuk yang menyebabkan timbulnya perasaan khusus atau keinginan yang tidak baik pada diri lawan bicara yang bukan mahram. Baik dengan suara ataupun melalui tulisan.

Jika ada unsur-unsur demikian ia adalah dilarang meskipun pembicara itu mempunyai niat yang baik atau niatnya biasa-biasa saja.


Wallahu a’lam bish-shawab
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar