Jumat, 07 Juni 2013

Konsekuen Dengan Apa Yang Diucapakan Maupun Ditulis Di Akun Facebook

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh

Maka dari itu konsistenlah antara ucapan dengan perbuatan

Dalam kehidupan manusia di dunia ini, sering terjadi kesalahpahaman disebabkan ucapan seseorang yang tidak sesuai dengan kenyataannya.

Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bersikap konsekuen dan jujur. Dalam pepatah Arab juga dikatakan Salaamatul insaani fii qifzillisaani. Maksudnya, selamatnya manusia itu tergantung dia dalam menjaga lisannya.

Pentingnya penyelarasan antara ucapan dan perbuatan dengan dasar firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Surah As-Saff Ayat 2-3, yang artinya;

"Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?"

"( Itu ) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." ( Q.S. As-Saff : 2-3 )

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dalam Surah Al-Baqarah Ayat 44, yang artinya;

"Mengapa kamu menyuruh orang lain ( mengerjakan ) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri..." ( Q.S Al-Baqarah : 44 )

Sebagai orang yang beriman, kita harus mampu menyelaraskan antara ucapan dan perbuatan. Jangan hanya pandai berbicara, tetapi harus berusaha melakukan apa yang diucapkannya.

Meskipun demikian, bukan berarti kita tidak boleh menyampaikan kebenaran jika belum mampu melakukannya. Sebagai contoh seorang mubalig mengajarkan dan menganjurkan jamaahnya untuk melakukan ibadah haji. Namun mubalig itu sendiri belum melaksanakannya. Dia belum mampu secara materi. Hal seperti ini bukan termasuk kesalahan meskipun dia sendiri belum melaksanakan ibadah haji tersebut. Haji adalah kewajiban bagi mereka yang mampu. Lain halnya jika mubalig itu sudah mampu tetapi tidak mau.

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda
" Orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia, tetapi dia tidak mengamalkannya maka ia seperti lilin, yaitu ia menerangi orang banyak, tetapi dirinya habis terbakar." (HR. Tabrani)

Untuk mengetahui betapa berat ancaman bagi penganjur atau pengajar kebaikan, tetapi tidak mau melakukannya.

Dari Usamah bin Zaid Radhiyallahu'anhu, ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam. bersabda: Pada hari kiamat nanti seorang lelaki dilemparkan ke dalam neraka, lalu seluruh isi perutnya keluar, kemudian ia berputar membawa isi perutnya itu seperti seekor keledai memutari penggilingan. Lalu penghuni neraka mengerumuninya dan bertanya: Hai Fulan, kanapa kamu disiksa seperti ini, bukankah kamu menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran? Ia jawab: Benar, aku dahulu menyeru kepada kebaikan, tetapi aku tidak melakukannya dan mencegah kemungkaran namun aku tetap menjalankannya. (HR. Muslim No.5305)

Dari hadis itu, jelaslah kiranya betapa besar akibat orang yang tidak selaras antara ucapan dan perbuatan. Dengan demikian, kita harus memiliki sikap konsekuen dan jujur, yaitu selaras antara ucapan dan perbuatan sehingga terbebas dari ancaman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

 

wallahu a'lam bish-shawab

Menuju Puncak Kesuksesan Dengan Sabar

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh
Kesuksesan dan keberhasilan tidak semua yang baik dapat dihasilkan dengan cepat dan tergesa-gesa. Karena sifat tergesa-gesa dan ingin cepat menuju pucak kesuksesan adalah berasal dari setan. Prilaku tergesa-gesa dan ingin cepat sukses menjurus kepada perbuatan yang menyimpang, contohnya korupsi, mencuri serta menipu dll.

Sifat selalu tergesa-gesa dan tidak mau bersabar untuk menuju kesuksesan. Padahal sifat tergesa-gesa itu terdapat sebuah hadits dari Anas, di mana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Sifat perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allah. Sedangkan sifat ingin tergesa-gesa itu berasal dari setan." (Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya'la dalam musnadnya dan Baihaqi dalam Sunanul Qubro. Syaikh Al Albani dalam Al Jami' Ash Shoghir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Untuk berhasil dan sukses, kita harus bersedia untuk bersabar menanti dampak dari upaya kita. Bukankah rahasia utama untuk mencapai keberhasilan dalam semalam, adalah bekerja keras dan terus berusaha serta berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Kesuksesan dan keberhasilan itu butuh proses dan latihan serta belajar dari pengelaman. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Barangsiapa berusaha melatih dirinya melakukan kebaikan, maka dia akan mendapatkannya, dan barangsiapa berusaha menghindari keburukan, maka dia dihindarkan dari keburukan tersebut."(HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad dan dihasankan Al-Albani dalam As-Shahihah No. 342)

Kalau kita gagal, jangan menyerah terus berusaha. Sesulit apapun kita alami pasti ada kemudahan. Seperti Janji Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Al-Quran disurat Al Insyirah ayat 6. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, yang artinya:

"sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan" (Qs.Al Insyirah;94:6)

Untuk mencapai kerhasilan dan kesuksesan, kita harus terus-menerus dalam berusaha walaupun sedikit. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta'ala adalah amalan yang kontinyu walaupun itu sedikit." ( HR. Muslim no. 783 Dari 'Aisyah radhiyallahu anha)

Seorang trainer pernah mengatakan Kesuksesan besar adalah hasil dari kumpulan kesuksesan-kesuksesan kecil.

Lakukanlah perubahan itu, meski pun kecil, sebab tidak ada yang kecil jika kita melakukan secara terus menerus.

Akhirnya, semua itu tergantung pada diri kita menghadapinya dengan sabar atau tidak?. Bagaimana mengelola mindset serta mental kita ketika mengahadapi perubahan. Sekaligus secara tegas dan berkomitmen berubah hingga meraih apa yang kita impikan

wallahu a'lam bish-shawab

Selasa, 04 Juni 2013

Konsekuen Dengan Apa Yang Diucapakan Maupun Ditulis Di Akun Facebook(Bukan Jago Teori Dan Koar-Koar Saja)

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh 


 Maka dari itu konsistenlah antara ucapan dengan perbuatan

Dalam kehidupan manusia di dunia ini, sering terjadi kesalahpahaman disebabkan ucapan seseorang yang tidak sesuai dengan kenyataannya.

Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bersikap konsekuen dan jujur. Dalam pepatah Arab juga dikatakan Salaamatul Insaan Fii Hifdzil Lisaan. Maksudnya, selamatnya manusia itu tergantung dia dalam menjaga lisannya.

Pentingnya penyelarasan antara ucapan dan perbuatan dengan dasar firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Surah As-Saff Ayat 2-3, yang artinya;

"Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?"

"( Itu ) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." ( Q.S. As-Saff : 2-3 )

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dalam Surah Al-Baqarah Ayat 44, yang artinya;

"Mengapa kamu menyuruh orang lain ( mengerjakan ) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri..." ( Q.S Al-Baqarah : 44 )

Sebagai orang yang beriman, kita harus mampu menyelaraskan antara ucapan dan perbuatan. Jangan hanya pandai berbicara, tetapi harus berusaha melakukan apa yang diucapkannya.

Meskipun demikian, bukan berarti kita tidak boleh menyampaikan kebenaran jika belum mampu melakukannya. Sebagai contoh seorang mubalig mengajarkan dan menganjurkan jamaahnya untuk melakukan ibadah haji. Namun mubalig itu sendiri belum melaksanakannya. Dia belum mampu secara materi. Hal seperti ini bukan termasuk kesalahan meskipun dia sendiri belum melaksanakan ibadah haji tersebut. Haji adalah kewajiban bagi mereka yang mampu. Lain halnya jika mubalig itu sudah mampu tetapi tidak mau.

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda
" Orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia, tetapi dia tidak mengamalkannya maka ia seperti lilin, yaitu ia menerangi orang banyak, tetapi dirinya habis terbakar." (HR. Tabrani)

Untuk mengetahui betapa berat ancaman bagi penganjur atau pengajar kebaikan, tetapi tidak mau melakukannya.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam. bersabda:
"Pada hari kiamat nanti seorang lelaki dilemparkan ke dalam neraka, lalu seluruh isi perutnya keluar, kemudian ia berputar membawa isi perutnya itu seperti seekor keledai memutari penggilingan. Lalu penghuni neraka mengerumuninya dan bertanya: Hai Fulan, kanapa kamu disiksa seperti ini, bukankah kamu menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran? Ia jawab: Benar, aku dahulu menyeru kepada kebaikan, tetapi aku tidak melakukannya dan mencegah kemungkaran namun aku tetap menjalankannya. (HR. Bukhari no. 3027 dan Muslim No.5305)

Dari hadis itu, jelaslah kiranya betapa besar akibat orang yang tidak selaras antara ucapan dan perbuatan. Dengan demikian, kita harus memiliki sikap konsekuen dan jujur, yaitu selaras antara ucapan dan perbuatan sehingga terbebas dari ancaman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

wallahu a'lam bish-shawab




Seorang Muslim Disebut Berilmu Harus Mengamalkan Ilmunya (Bukan Jago Teori Dan Koar-Koar Saja)



Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh 


*Disebut berilmu jika mengamalkannya

Sahabat Abu Dar'da radhiallahu anhu berkata,


"Tidaklah seorang berlimu sampai ia belajar (sebelumnya), tidaklah seorang berilmu terhadap suatu ilmu sampai ia mengamalkannya."[Awa'iqut Thalab hal. 5, syamilah]


Fudhail bin 'Iyadh rahimahullah berkata,


"Seorang 'Alim (berilmu) itu masih dianggap Jaahil (bodoh) apabila dia belum beramal dengan ilmunya. Apabila dia sudah mengamalkan ilmunya maka jadilah dia seorang yang benar-benar 'Alim (berilmu)."['Awa'iqut Thalab hal. 6, syamilah]


*Berusaha mengamalkan ilmu

Imam Ahmad rahimahullah berkata,

"Tidak pernah aku menulis sebuah hadits pun kecuali aku akan berusaha mengamalkan hadits tersebut. Hingga pada suatu ketika, sampai kepadaku sebuah hadits yang menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berbekam dan memberi upah kepada Abu Thayyibah (tukang bekam) sebanyak satu dinar, maka aku pun memberikan upah satu dinar kepada tukang bekam setiap kali aku berbekam."[Siyar A'laamun Nubala' 9/213]

Asy-Sya'bi rahimahullah berkata,

"Kami berusaha menghapal hadits dengan mengamalkannya dan kami berusaha menuntut ilmu dengan bantuan berpuasa."['Awa'iqut Thalab hal. 6, syamilah]

Oleh karena itu Allah Azza wa Jalla berfirman,

"Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan." [QS. Al-Waqi'ah: 24]


*Kemurkaan Allah jika sekedar teori dan tidak mengamalkan ilmu

ِAllah Ta'ala berfirman,

"Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan. Hal (itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS. ash-Shaff: 3)



Untuk mengetahui betapa berat ancaman bagi penganjur atau pengajar kebaikan, tetapi tidak mau melakukannya.


Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam. bersabda: 

"Pada hari kiamat nanti seorang lelaki dilemparkan ke dalam neraka, lalu seluruh isi perutnya keluar, kemudian ia berputar membawa isi perutnya itu seperti seekor keledai memutari penggilingan. Lalu penghuni neraka mengerumuninya dan bertanya: Hai Fulan, kanapa kamu disiksa seperti ini, bukankah kamu menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran? Ia jawab: Benar, aku dahulu menyeru kepada kebaikan, tetapi aku tidak melakukannya dan mencegah kemungkaran namun aku tetap menjalankannya." [HR. Bukhari no. 3027 dan Muslim No.5305]

*Ilmu akan ditanya dan dipertanggung jawabkan

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sampai dia ditanya tentang umurnya untuk apa dihabiskan; tentang ilmunya, apa yang dia amalkan; tentang hartanya, dari mana dia dapatkan dan pada perkara apa dia infakkan (belanjakan); serta tentang badannya, pada perkara apa dia gunakan."[HR. At-Tirmidzi dan beliau katakan, "Hadits hasan sahih." Lihat Silsilah ash-Shahihah 2/666]

Beliau juga besabda,

"Al-Quran akan menjadi hujjah (yang akan membela) engkau atau akan menjadi bumerang yang akan menyerangmu. "[HR Muslim no 223]

*Semoga kita selalu bisa mengamalkan ilmu kita

Dengan senantiasa berdoa (terutama sebelum salam shalat) agar kita selalu mendapat bantuan dari Allah agar kita bisa beribadah kepada-Nya.

"Allahumma a'inni 'ala dzikrika wa syukrika wa husni 'ibadatik. [Ya Allah, tolonglah aku untuk berdzikir pada-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu]." [HR. Abu Daud no. 1522. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih]

Semoga kita segera sadar bahwa ilmu yang tidak kita amalkan ternyata menunjukkan bahwa niat kita menuntut ilmu tidak benar, bisa jadi pujian dan sanjungan manusia saja.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

"Setiap ilmu dan amal yang tidak menambah kekuatan dalam keimanan dan keyakinan maka telah termasuki (terkontaminasi niat ikhlasnya, pent), dan setiap iman yang tidak mendorong untuk beramal maka telah termasuki (tercoreng)."[Al Fawaid hal. 86]

Wa shallallahu 'ala nabiyyina Muhammad wa 'ala alihi wa shohbihi ajma'in. Walamdulillahi robbil 'alamin.

*NB;

Akan tetapi kami berharap semoga Allah selalu meluruskan niat kami dan kita semua dalam beribadah dan bedakwah di jalan-Nya.

Kita tidak berharap semoga setiap tulisan tentang ilmu dan yang kami tulis, kamilah yang pertama mempraktekkanya.

Kami berharap setiap status nasehat yang kami posting, kamilah yang pertama melakukannya.


Kami berharap setiap petikan faidah yang kami petik, kamilah yang pertama menerapkannya.


Wallahu a’lam bish-shawab