Rabu, 12 September 2012

PERGUNAKAN NIKMAT PANCA INDRA UNTUK MEMAHAMI FIRMA ALLAH, JANGAN SOMBONG!!!


Assalamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh
Bismillaahirrahmaanirrahiim

 
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (Al A'raaf: 179).

Karena itu sahabat dan saudaraku, syukurilah nikmat panca indera yang ada padamu, karena tidak semua orang seberuntung kita, memiliki panca indera yang berfungsi sempurna. Bersyukur tentunya tidak hanya sebatas berucap "alhamdulilah" atau segala bentuk ucapan syukur lainnya. Tapi juga memanfaatkan panca indera tersebut untuk hal2 yang baik.

Menggunakan Lisan kita hanya untuk mengucapkan kalimat2 yang baik. Sebisa mungkin menghindari perkataan2 sia2, apalagi sampai menebar perkataan2 haram. Jika memang tak bisa berkata baik lebih baik diam.

Bahkan lisan memegang kunci surga n neraka. Rasul saw bahkan sampai menjanjikan surga bagi yang bisa menjaga farji dan lisannya. Dan karena lisan juga, seseorang bisa memperoleh surga atau bahkan ditelungkupkan ke neraka, hanya karena lisan "yang mungkin dia tidak sadar bahwa ucapannya akan berdampak sebesar itu"

Menggunakan penglihatan kita hanya untuk memandang yang halal2 saja, menghindari segala kesia2an apalagi yang haram. Kita bisa memilih mau menjadikan rabunnya penglihatan kita ketika tua, disebabkan melihat hal2 yang sia2 -membaca majalah2 sampah misalnya- , melihat yang haram, atau melihat yang halal2 –membaca qur’an, membaca buku2 bermanfaat-.

Namun tanpa berniat, terkadang hal2 haram berseliweran di depan kita "aurat2 terbuka misalnya", tapi beruntung Allah memaafkan pandangan pertama yang tanpa disengaja. Dan untuk menghindari pandangan2 yang haram itu kita diperintahkan untuk "gadhul bashar" (menundukkan pandangan), tidak mengumbar pandangan kita.

Juga pendengaran kita, gunakan untuk mendengar hal2 yang baik, hindari segala bunyi kesia2an apalagi bunyi2 yang jelas2 haram seperti musik misalnya.

Karena semua panca indera kita akan dimintai pertanggungjawaban, mereka akan menjadi saksi untuk apa mereka digunakan.

Alangkah beruntung mereka yang tuli, bisu dan buta. Tuli dari mendengar hal2 yang haram, bisu dari berucap yang haram dan buta dari memandang yang haram.

Tidak heran mengapa kita disunnahkan berdzikir meminta keselamatan badan, pendengaran dan penglihatan tiap pagi dan sore

Perhatikan firman Allah:

"Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka: "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" Kulit mereka menjawab: "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan." Kamu sekali-sekali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu kepadamu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. " (QS. Fushshilat: 20-22)

Semoga ulasan ini bisa membuat kita, khususnya saya sendiri untuk berusaha semaksimal mungkin memanfaatkan panca indera kita hanya untuk hal2 yang bisa mendatangkan ridhoNya, minimal yang mubah. Dan semoga Allah memaafkan segala dosa yang diperbuat panca indera kita.


Dan perhatikan kisah-kisah orang sombong yang tidak PERGUNAKAN NIKMAT PANCA INDRA UNTUK MEMAHAMI FIRMA ALLAH !!!

Karena sifat takabur pula, sosok-sosok sepert Fir'aun si Raja Mesir kuno, Qarun, Hamaan dan Abu Jahal juga mendapatkan azab yang sangat pedih di dunia dan pasti kelak di akhirat.

Pada zaman sekarang, manusia sombong yang selalu menentang Allah bukanberkurang, sebaliknya malah bertambah. Ada yang sibuk mengumpulkan harta dan lalu menonjolkan diri dengan kekayaannya. Yang lain rajin mencari ilmu, namun kemudian takabur dan merasa paling pintar. Sebagian berbangga dengan asal usul keturunan; turunan ningrat, anak kiai, dan sebagainya. Ada juga yang merasa diri paling cantik, paling putih, paling mulus dibanding manusia lain.

Mereka yang beribadah, shalat siang malam, puasa, zakat dan berhaji merasa paling saleh dan sebagainya. Ada yang meninggalkan perintah-perintah Tuhan hanya karena mempertahankan dan bangga dengan budaya warisan nenek moyang, dan seolah-olah segala sesuatu di luar budaya itu tak bernilai. Tak sedikit juga yang mengesampingkan larangan-larangan Allah hanya karena menguber era laju zaman modern yang selalu dibanggakan.

Sebagai manusia, orang-orang semacam itu tak bermanfaat sama sekali. Mata jasmani mereka memang melihat, tapi mata hatinya sudah buta melihat kebenaran dan kebesaran Allah. Allah telah dijadikan nomor dua, sementara yang nomor satu adalah diri dan makluk lain di sekitar dirinya. Hati mereka menjadi gelap tanpa nur iman sebagai pelita. Akal mereka tidak dapat membedakan antara yang hak (benar) dengan yang batil (salah).

Kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri (takabur). (Al Muddatstsir: 23).

Iblis sebagai pelopor sifat takabur selalu mendoktrin kepada siapa saja sifat takabur, dan mewariskannya kepada jin dan manusia. Tujuannya jelas, untuk menyebarkan sumpah (Iblis) pada golongannya sebagaimana golongan setan dari jenis jin. Setan tentu dominan untuk menjerumuskan dan menyesatkan bangsa jin, begitu pula setan dari golongan jenis manusia, sangat dominan untuk menjerumuskan dan menyesatkan bangsa manusia.

Takabur / Sombong

Takabur adalah menganggap rendah orang lain, merasa lebih dibandingkan dengan orang lain. Biasanya di pengaruhi oleh kekayaan, kedudukan, kecantikan, ketampanan, kepandaian, dan sebagainya. Takabur merupakan sebagian dari sifat tercela (madmunah), yakni sifat yang mengingkari kebenaran, bahkan menganggap dirinya yang paling benar dan selalu merendahkan orang lain.

Mendengar kata dan istilahnya saja secara spontan tentu merasakan bahwa sombong merupakan perbuatan yang tidak menyenangkan. Dan siapapun tentu tidak senang bila berhadapan, bergaul, bahkan berkawan dengan orang yang sombong. Tanyakan kepada diri kalian masing-masing, apakah ada yang betah bersahabat dengan orang yang sombong ? Tentunya tidak ada yang suka sama sekali.

Namun, di sisi yang lain disadari atau tidak, terkadang seseorang menampakkan sikap angkuh dan sombongnya. Apabila sikap sombong ini hanya dilakukan sesekali, barangkali orang yang di sekelilingnya belum memberikan predikat sebagai orang yang sombong. Predikat sombong ini biasanya baru diberikan ketika perbuatan sombong itu berulang-ulang kali dilakukan dan ditampakkannya, baik berupa sikap, perkataan, maupun cara bertingkah laku.

Sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita menghindarkan diri dari sifat dan perilaku sombong ini. Teladan seorang muslim adalah Rasulullah SAW. Beliau adalah sosok manusia yang bergelimang kemuliaan dan kelebihan, namun beliau tidak pernah sedikitpun merasa lebih. Bahkan para pengikutnya pun dipanggilnya dengan sebutan “sahabat”. Sebutan sahabat ini mempunyai makna tersirat yakni kesetaraan. Jadi, Rasulullah SAW sebagai pemimpin yang mempunyai derajat tinggi, tetapi tidak menganggap dirinya lebih tinggi dari para pengikutnya yang disebutnya dengan sahabat itu.

Berkaitan dengan sifat sombong ini Rasulullah SAW bersabda : “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya tersimpan sedikit saja kesombongan. Lalu ada seorang sahabat berkata : sesungguhnya ada seseorang yang suka berpakaian bagus dan sandalnya juga bagus. Rasulullah bersabda : sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan, sedangkan sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan orang”. (HR. Muslim).

Allah Berfirman : “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.” (Q.S. An-Nahl ayat 23 )

“Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (Q.S. Al Mukmin ayat 60)

Sabda Rasulullah SAW : “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari sifat kesombongan.” (HR. Muslim)

Bentuk-bentuk Takabur

Sombong ada dua macam, yaitu sombong lahir (takabur zahir) dan sombong batin (takabur batin). Sombong lahir yaitu perbuatan sombong yang dilakukan oleh anggota badan dan jelas terlihat. Sombong batin yaitu sifat kesombongan di dalam jiwa atau hati yang tidak terlihat.

Orang yang sombong tidak memiliki perasaan untuk mencintai dan menyayangi sesama saudaranya yang mukmin sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Orang yang sombong banyak memiliki sifat yang buruk, misalnya merendahkan orang lain, pemarah, pembohong, khianat, dan sebagainya. Orang yang sombong tidak segan-segan menggunakan hal-hal yang buruk untuk mempertahankan kemuliaannya.

Rasulullah saw menjelaskan, bahwa ada dua macam sifat yang merupakan himpunan dari sifat sombong, yaitu menolak kebenaran dan menghina orang lain, sebagaimana sabdanya : “Sombong adalah (sifat) orang yang mengingkari kebenaran dan menghina orang lain.” (HR. Abu Daud dan Hakim)

Itulah sifat orang yang sombong, ia senantiasa menolak kebenaran yang dianggapnya akan merugikan dirinya dan menghina atau merendahkan orang lain. Orang yang sombong sering lupa diri; siapa dia, dari mana, dan hendak ke mana ia sebenarnya. Fir’aun adalah bukti sejarah dari seorang yang sombong yang membanggakan pangkat dan kedudukannya sampai mendaulat dirinya sebagai Tuhan. Perangai Fir’aun yang sombong itu benar-benar dan terangterangan menentang Tuhan.

Orang yang sombong telah merampas suatu sifat yang sebenarnya tidak pantas disandangnya karena sifat itu hanyalah milik Allah SWT. Perilaku orang yang sombong ibarat seorang budak yang mengambil mahkota raja, kemudian ia memakainya. Setelah itu ia duduk di singgasana raja bertingkah seperti raja yang patut dihormati. Tentu saja sang raja sangat murka terhadap budak yang kurang ajar itu dan menjatuhkan hukuman yang sangat berat.

Banyak hal yang dapat memungkinkan seseorang terjerumus ke dalam kesombongan, antara lain : keturunan, kekayaan harta, kepandaian atau ilmu pengetahuan, kedudukan, kecantikan / ketampanan, kekuatan tubuh. Demikianlah banyak celah yang dapat menjadikan seseorang bersifat sombong. Oleh sebab itu, hendaklah kita memohon kepada Allah agar diberi petunjuk ke jalan yang benar dan terhindar dari sifat sombong.

Akibat Negatif Takabur

Sifat takabur adalah sifat tercela yang harus di jauhi oleh setiap mukmin, karena akan berakibat sangat fatal di antaranya :
Tidak mau menerima kebenaran
Tidak menyadari bahwa segala keberhasilan yang diperolehnya adalah karunia Allah
Menganggap rendah pada orang lain
Setan sudah menguasai dirinya
Tidak pernah bersyukur kepada Allah
Dalam pergaulan tidak disenangi oleh orang lain
Di akhirat hanya di neraka tempatnya

Cara Menghindari Takabur

1. Memahami dan menyadari tentang bahaya takabur, baik bahayanya di dunia maupun bahaya di akhirat nanti.

2. Menerima setiap nikmat maupun kelebihan yang dimiliki semata-mata karena karunia Allah SWT.

3. Menyadari bahwa asal kejadian semua manusia adalah sama, yakni dari sel sperma dan ovum. Yang mungkin manusia itu sendiri merasa jijik bila melihatnya. Kalau kemudian menjadi makhluk yang sangat bagus bentuknya semua itu karena kehendak dan kasih sayang dari Allah SWT, dan diri kita sendiri tidak pernah memesannya kepada Allah SWT.

4. Berusaha untuk dapat bergaul dengan siapa saja denga baik, tanpa membeda-bedakannya.

5. Segera mengikis benih-benih kesombongan di dalam hati yang setiap saat dihembuskan oleh setan, dengan cara membaca istighfar manakala kita menyadari telah berbuat sombong.



wallahu a'lam bis-shawab



By : Mencari Rezky

Tidak ada komentar:

Posting Komentar