Selasa, 05 Maret 2013

Menjaga Lisan Dari Bahaya Lisan




Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh



Kalau bicara jaga lisanmu

Jika menulis jagalah bahasamu

Lidahmu adalah pedangmu

Mulutmu adalah harimaumu

Ungkapan atau peribahasa diatas seringkali kita dengar sejak zaman kita duduk di bangku sekolah bahkan hingga kini masih terus saja terngiang. Dan ungkapan seperti itu memang seperti wasiat dari orang -orang sebelum kita agar kita lebih berhati-hati dalam menjaga lisan kita.

Banyak orang merasa bangga dengan kemampuan lisannya (lidah) yang begitu fasih berbicara.
Bahkan tak sedikit orang yang belajar khusus agar memiliki kemampuan bicara yang bagus.

Lisan memang karunia Allah yang demikian besar.
Dan ia harus selalu disyukuri dengan sebenar-benarnya.
Caranya adalah dengan menggunakan lisan untuk bicara yang baik atau diam.
Bukan dengan mengumbar pembicaraan semaunya sendiri.

Orang yang banyak bicara bila tidak diimbangi dengan ilmu agama yang baik, akan banyak terjerumus ke dalam kesalahan.
Karena itu Allah dan Rasul-Nya memerintahkan agar kita lebih banyak diam.
Atau kalaupun harus berbicara maka dengan pembicaraan yang baik.

Allah Ta’ala berfirman yang artinya :  
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (Al-Ahzab: 70)

Lisan (lidah) memang tak bertulang, sekali engkau gerakkan sulit untuk kembali pada posisi semula.
Demikian berbahayanya lisan, hingga Allah dan Rasul-Nya mengingatkan kita agar berhati-hati dalam menggunakannya.

Dua orang yang berteman penuh keakraban bisa dipisahkan dengan lisan.
Seorang bapak dan anak yang saling menyayangi dan menghormati pun bisa dipisahkan karena lisan.
Suami istri yang saling mencintai dan saling menyayangi bisa dipisahkan dengan cepat karena lisan.
Bahkan darah seorang muslim dan mukmin yang suci serta bertauhid dapat tertumpah karena lisan.
Sungguh betapa besar bahaya lisan.

Rasulullah bersabda: 
“Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dibenci oleh Allah yang dia tidak merenungi (akibatnya), maka dia terjatuh dalam neraka Jahannam.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 6092)
Muslim meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 2581 dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda.
“Artinya : 
"Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut ?

Para sahabat pun menjawab, 
‘Orang yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki uang dirham maupun harta benda.

‘Beliau menimpali, 

‘Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa dan zakat, akan tetapi, ia juga datang membawa dosa berupa perbuatan mencela, menuduh, memakan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain.
Kelak kebaikan-kebaikannya akan diberikan kepada orang yang terzalimi.
Apabila amalan kebaikannya sudah habis diberikan sementara belum selesai pembalasan tindak kezalimannya, maka diambillah dosa-dosa yang terzalimi itu, lalu diberikan kepadanya. Kemudian dia pun dicampakkan ke dalam neraka”.

Memang lisan tidak bertulang.
Apabila keliru menggerakkannya akan mencampakkan kita dalam murka Allah yang berakhir dengan neraka-Nya.
Lisan akan memberikan ta’bir (mengungkapkan) tentang baik-buruk pemiliknya.

Inilah ucapan beberapa ulama tentang bahaya lisan:

1. Anas bin Malik:
“Segala sesuatu akan bermanfaat dengan kadar lebihnya, kecuali perkataan. Sesungguhnya berlebihnya perkataan akan membahayakan.”

2. Abu Ad-Darda’:
“Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali salah satu dari dua orang yaitu orang yang diam namun berpikir atau orang yang berbicara dengan ilmu.”
3. Al-Ahnaf bin Qais:
“Diam akan menjaga seseorang dari kesalahan lafadz (ucapan), memelihara dari penyelewangan dalam pembicaraan, dan menyelamatkan dari pembicaraan yang tidak berguna, serta memberikan kewibawaan terhadap dirinya.”
4. Abu Hatim:
“Lisan orang yang berakal berada di belakang hatinya.
Bila dia ingin berbicara, dia mengembalikan ke hatinya terlebih dulu, jika terdapat (maslahat) baginya maka dia akan berbicara.
Dan bila tidak ada (maslahat) dia tidak (berbicara).
Adapun orang yang jahil (bodoh), hatinya berada di ujung lisannya sehingga apa saja yang menyentuh lisannya dia akan (cepat) berbicara.
Seseorang tidak (dianggap) mengetahui agamanya hingga dia mengetahui lisannya.”
5. Yahya bin ‘Uqbah:
“Aku mendengar Ibnu Mas’ud berkata:
‘Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang benar selain-Nya, tidak ada sesuatu yang lebih pantas untuk lama dipenjarakan dari pada lisan.”
Menjaga lisan jelas akan memberikan banyak manfaat.
Di antaranya:

1. Akan mendapat keutamaan dalam melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”(Shahih, HR. Al-Bukhari no. 6090 dan Muslim no. 48)

2. Akan menjadi orang yang memiliki kedudukan dalam agamanya.
Dalam hadits Abu Musa Al-Asy’ari, Rasulullah ketika ditanya tentang orang yang paling utama dari orang-orang Islam, beliau menjawab:
“Orang Islam yang paling utama adalah orang yang orang lain selamat dari kejahatan tangan dan lisannya.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 11 dan Muslim no. 42)
Asy-Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali mengatakan: “Hadits ini menjelaskan larangan mengganggu orang Islam baik dengan perkataan ataupun perbuatan.” (Bahjatun Nazhirin, 3/8)

3. Mendapat jaminan dari Rasulullah untuk masuk ke surga.
Rasulullah bersabda dalam hadits dari Sahl bin Sa’d :
“Barangsiapa yang menjamin untukku apa yang berada di antara dua rahangnya (mulut) dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku akan menjamin baginya al-jannah (surga).” (HR. Al-Bukhari no. 6088)
4. Allah akan mengangkat derajat-Nya dan memberikan ridha-Nya kepadanya.
Rasulullah bersabda dalam hadits riwayat Bukhari :
“Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat dari apa yang diridhai Allah yang dia tidak menganggapnya (bernilai) ternyata Allah mengangkat derajatnya karenanya.” (HR. Al-Bukhari no. 6092)
Dalam riwayat Al-Imam Malik, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali dalam Bahjatun Nazhirin (3/11), dari shahabat Bilal bin Al-Harits Al-Muzani bahwa Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kalimat yang diridhai oleh Allah dan dia tidak menyangka akan sampai kepada apa (yang ditentukan oleh Allah), lalu Allah mencatat keridhaan baginya pada hari dia berjumpa dengan Allah.”
Demikianlah beberapa keutamaan menjaga lisan.

Semoga kita diberi kemampuan oleh Allah untuk melaksanakan perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya dan diberi kemampuan untuk mengejar keutamaan tersebut.

Wallahu a’lam bish-shawab



Tidak ada komentar:

Posting Komentar