Sabtu, 09 Maret 2013

TIPU DAYA SETAN




Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh







Telah berkata Ummul Mukminin As-Sayyidah Aishah binti As-Siddiq: 
"Bahawasanya Rasulullah s. a. w telah keluar dari sisinya pada satu malam, tiba-tiba berlakulah satu tiupan (syaitan) terhadapnya. Maka Rasulullah pun datang melihat perkara yang sedang saya lakukan. Baginda bertanya: Apakah yang terjadi Aishah? Maka saya menjawab: Apa halnya saya, tidak diberi daya sebagaimana yang dikurniakan kepada engkau? Jawab Rasulullah s.a. w.: Adakah syaitanmu telah datang. Maka saya menjawab: Wahai Rasulullah. Adakah syaitan bersamaku? Jawab baginda: Ya. Saya bertanya lagi: Adakah terjadi pada tiap manusia. Jawab baginda: Ya. Maka saya pun bertanya: Adakah juga berlaku atasmu wahai Rasulullah. Jawab Rasulullah: Ya tetapi Tuhanku memelihara akan daku hingga aku selamat daripda tipu dayanya. Sesungguhnya tidak ada seorang daripada manusia (yang dilahirkan) melainkan dikembari Allah seorang jin sebagai kawan."



Setelah Iblis menguasai manusia secara ruhani, ia disebut Syaitan. Iblis, semula tidak tahu bagaimana ia dapat menggoda Nabi Adam (Alaihissalam). Namun setelah Hawa diciptakan, Iblis kemudian berspekulasi dengan menggunakan muslihat dengan menggunakan minat Adam pada kebendaannya. Sebuah pintu terbuka. Itulah pintu nafs yang muncul setelah ruh suci ditiupkan ke dalam jasad biologis Adam.





Karena esensi Iblis & Jin dari api, maka ia hanya bisa menyusup ke esensi manusia yang halus yakni nafs yang banyak berurusan dengan badan, kepemilikan, kebodohan, cinta/kebencian, dll. Targetnya menguasai akal manusia (sesuatu yang tidak dimilikinya) dengan menguatkan daya khayal dan angan-angan (ilusi dan delusi) pada MATERI dan menguatkan RASA TAKUT PADA KETERBATASAN FISIK MANUSIA (UNSUR ASAL MATERINYA) seperti kemiskinan, takut tidak mendapat jabatan, dan lain-lain. Jadi Iblis sebenarnya menggunakan pemahaman dasarnya yang menjadikannya sombong bahwa “ia dari api bukan tanah” – ia menggunakan perbandingan yang bersifat keduniawian dan materialistik. 

Akal dan pikiran adalah potensi strategis manusia yang dinisbahkan oleh Allah SWT untuk membedakannya dengan makhluk lainya. Manusia adalah citra kesempurnaan-Nya, maka dengan akal dan pikirannya, manusia semestinya (bahkan menjadi fitrahnya) untuk mampu mengenal dirinya dan mengenal Tuhannya. Iblis baru tahu hal ini kemudian manakala Nabi Adam (Alaihissalam) menguasai asmaa-kullahaa (Al-Baqarah, 2:31-33)(1). Jadi ia harus menguasai akal dan pikiran manusia melalui nafs yang paling rentan, yaitu melalui daya khayal dan angan-angan yang secara inheren sebenarnya ada di dalam setiap manusia. Ketika ia mengintip firman Tuhan,



“Jangan dekati pohon itu…” menyiratkan makna perintah dan larangan Allah, menyiratkan peribadahan manusia, ia mengetahui suatu celah untuk mempengaruhi Adam dan Hawa. Dan nafs adalah pintu masuknya. Dari nafs ia merasakan esensi dirinya, api yang membakar. Dengan menguasai potensi khayal dan angan-angan ia berharap lebih jauh lagi untuk berusaha menunggangi pengetahuan manusia. Maka, setiap manusia yang dikuasai nafs ammarah, esensi keapiannya, dilamarnya dengan maskawin kesombongan & ketakaburan (kebodohan) dan iri & dengki (kebencian).



Setelah akal terkuasai, aneksasi Iblis terhadap Jiwa atau nafs manusia melahirkan Syaitan yang mempunyai modus operasi canggih dengan menjadi pembisik di hati manusia yaitu was-was dihati (An-Nas, 114:4-5)(2). Maka, secara jasmani Iblis maujud di alam nyata sebagai Syaitan yang dapat muncul dari golongan manusia dan jin (Al-An’am, 6:112)(3). Dengan kata lain, muncul manusia dengan sifat-sifat yang satanik alias Dajjal yang matahatinya buta. Ia jauh lebih jahat dari Iblis yang aslinya Jin, dan dalam bentuk demikian obsesi lamanya yang anti-Tuhan (Tidak mentauhidkan) terwujud ke alam nyata. Dari sinilah semua petaka muncul di dunia.

Tipu daya selanjutnya adalah penguasaan tahap kedua setelah upayanya menyesatkan manusia berhasil dengan menguasai akal. Kemudian, Syaitan membangun benteng yang kuat untuk memenjarakan akal dan ruh manusia yang sejati. Ia menabiri manusia dengan benteng materi : keinginan, hasrat, kemaksiatan, kekayaan, kekuasaan yang semuanya akan membangkitkan karakter dasar bapaknya yaitu Iblis dalam bentuk kebodohan terselubung dengan kepandaian manusia yaitu ilmu pengetahuan. 

Namun, untuk bisa menguasai senjata andalan manusia ini, ia harus menguasai konsep pengetahuan manusia. Ia harus menyesatkannya, sesesat-sesatnya, tetapi tidak terlalu mencolok. Maka melalui beberapa keturunannya, Iblis memerintahkan raja-raja, filosof, ilmuwan, seniman, dan anak cucu lainnya yang ateis untuk membuat konsep tentang pengetahuan. Lahirlah kemudian pandangan yang sepintas terlihat benar yaitu konsepsi manusia tentang alam semesta yang dikatakanya; alam semesta adalah kontinuum ruang-waktu, alam semesta adalah material belaka. 



Iblis berkata, “harus sesuatu yang lebih lemah dari aku, dan materi itu lemah, maka biarkan saja bahawa alam semesta sekadar materi belaka, ada begitu saja (karena aku tidak tahu bagaimana kejadiannya), sehingga aku yang api dapat menjadi tuhan mereka yang mempercayainya.” Begitulah Iblis menanamkan pemikiran primordialnya kepada anak cucunya yang menjadi kaum ateis. 

Dari sini kemudian lahir filosofi kehidupan seperti materialisme-ateisme, hedonistis, dan filosofi lainnya yang mengumbar hawa syahwat yang membawa manusia kepada kemusnahannya sendiri. Saling memakan, saling menjajah, saling cakar-cakaran, saling berzinah, dan lain-lainnya. Sumpah Iblis untuk menyesatkan anak cucu Adam mulai mewujud. Tetapi belum sepenuhnya terwujud karena ada para Rasul, Nabi, Wali, dan cerdik cendikia yang lebih sadar akan diri kemanusiaannya mereka memberikan petunjuk kepada manusia. Maka Iblis pun semakin menjadi-jadi kebenciannya. Ia pun kemudian menelusup kedalam semua aspek yang dimiliki manusia, namun sejatinya tidak ia miliki. Kemudian ia menuduh bahwa semua itu sihir belaka, mimpi yang diada-adakannya seperti firman Allah:





Ia menyusup ke dalam cinta kasih yang melahirkan kaum Nabi Luth dan berkembang menjadi hedonisme seksual lainnya : homo seksualitas, lesbianisme, dan seks bebas lahir dari sini. 



Sebagian mudah dikelabui dengan cinta model Iblis yang tanpa norma. Namun, sebahagian lagi sulit ditipu. Maka iapun menggunakan akal pikiran para penyair, kaum gnostis, agamawan dan yang lainnya. Lahirlah syair-syair yang menyesatkan seolah menggambarkan bahwa “Dirinya adalah Pecinta Sejati Tuhan Yang Esa”. Ketika Iblis berhasil mengelabui manusia melalui jalur olah kata dengan cinta yang sebenarnya esensinya tidak ia ketahui, maka sebagian dari manusia pun tersesat (As-Shu’ara, 26:224).(4) Namun sebagian lagi tidak mudah dikelabui oleh tipu daya Iblis yang halus itu (As-Shu’ara, 26:227).(5)

Banyak sekali tipu daya yang dilakukan Iblis yang sudah menanamkan benih-benih Syaitan ke dalam akal pikiran manusia, setelah konsepsi tentang pengetahuan alam semesta disusupi, setelah para penyair ditipu daya dengan olah kata, setelah para pecinta pun disesatkannya, nampaknya daya upayanya tidak pernah berhenti. Bahkan sejatinya tidak akan berhenti sampai akhir zaman seperti sumpahnya dulu. Dalam suka dan duka manusia, maka ia akan berusaha menyusup, dengan terang-terangan maupun tipu muslihat yang manusia pun tidak sadar kalau itu tipu muslihatnya. Maka iapun kemidian menyusup kepada “kemanusiaan”, suatu konsep yang sejatinya ingin mengembalikan manusia ke jalan yang lurus. Namun, karena iblis sudah menguasai akal pikiran, konsep pengetahuan, olah kata dan bahasa, cinta dan birahi, maka ia dengan mudah menggunakan bala tentaranya itu untuk membelokkan konsepsi “kemanusiaan” menjadi konsepsi “ego” dirinya. 



Dengan tertawa puas nampaknya ia sudah bisa membelokkan jalan manusia menuju Tuhan. Ia sudah mampu membuat rambu-rambu yang menyesatkan. Tapi, kenapa masih saja ada manusia yang beribadah dan menyembah-Nya. Apa yang salah? Ya, pasti ada yang salah pada sepak terjangnya yang menjerumuskan anak-anak Adam dan Hawa. Itulah qolbu yang ternyata tidak sepenuhnya ia kuasai. Disana ia tidak mampu menembus sesuatu yang sudah inheren ada pada manusia yakni hati nurani. Temannya dulu, si malaikat suka bersemayam disana membisik-bisiki manusia tentang dosa, tentang yang baik dan jahat, tentang kisah Iblis yang durhaka, dan tentang Tuhan yang menghukumnya. 

Qalbu adalah jalan masuknya, tetapi ternyata juga benteng terakhir manusia untuk menghanguskannya, melumpuhkannya. Qalbu dengan senjata ampunan dan tobat, ketaqwaan, keimanan, istiqamah, ikhlas, ridha, cinta, tauhid dan yang lainnya ternyata susah sekali ditaklukkan dengan penuh. Allah berfirman, 



Iblis nyengir getir, kebodohannya semakin nyata manakala ia yang pernah disesatkannya pun bisa dengan mudahnya tersungkur di pintu tobat. Kenapa ia begitu bodoh tidak meminta pintu ini ditutup? Tetapi semuanya terlambat, karena Allahsudah memfirmankan pembangkangannya dan mengabulkan keinginan materialistiknya yang bodoh “tangguhkanlah aku…” (Al-Hijr, 15:36-37),(6) maka Allahpun mengabulkan keinginannya untuk kekal sampai kiamat tiba. Namun, karena memang dasarnya bodoh, ternyata tipu daya dan semua upayanya dapat dilumpuhkan dengan mudah oleh manusia cuma dengan Tobat, suatu ampunan yang muncul dari penyesalan Adam dan Hawa dulu (Al-A’Raf, 7:23).(7) Ini namanya “penipu yang tertipu oleh kebodohannya sendiri”. Iblis yang bodoh menangis, diam-diam iapun semakin terpuruk dalam kesesatannya karena ia terus berputus asa dari rahmat Tuhannya, padahal sudah difirmankan-Nya,





Maka semakin kuatlah ia berupaya menjerumuskan dan menganiaya semua anak cucu Adam dan Hawa ke dalam kesesatan, ia telah mempersiapkan anak cucunya berupa Syaitan dari golongan manusia dan jin (Al-An’am, 6:112)(8) untuk menemani dirinya sebanyak-banyaknya di neraka, 



Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan Syaitan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan. (Al-An’am, 6:43)

Wallahu a'lam

-----------

Note:

(1) Al-Baqarah, 2: 31-33 - "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!"" (32) "Mereka menjawab: ""Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." " (33) "Allah berfirman: ""Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini"". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?""
(2) An-Nas, 114:4-5 – (4) “ dari kejahatan (bisikan) Syaitan yang biasa bersembunyi, (5) yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.”
(3) An-An’am, 6,112 – “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu Syaitan-Syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.”
(4) As-Shu’ara, 26:224 – “Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat.”
(5) As-Shu’ara, 26:227 – “kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kelaliman (dianiaya). Dan orang-orang yang lalim (zalim) itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.”
(6) Al-Hijr, 15:36-37) (36)"Berkata iblis: ""Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan""." (37) "Allah berfirman: ""(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh,"
(7) Al-A’raf, 7:23 - "Keduanya berkata: ""Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”.’’
(8) Al-An’am, 6:12 - "Katakanlah: ""Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?"" Katakanlah: ""Kepunyaan Allah"". Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh-sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman."
____________
Disunting dari : DAJJAL DAN SYAITAN Dalam Bentuk Manusia,
Perselingkuhan Iblis/Jin dengan Nafsu Manusia


 Wallahu a’lam bish-shawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar