Jumat, 07 Juni 2013

Konsekuen Dengan Apa Yang Diucapakan Maupun Ditulis Di Akun Facebook

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh

Maka dari itu konsistenlah antara ucapan dengan perbuatan

Dalam kehidupan manusia di dunia ini, sering terjadi kesalahpahaman disebabkan ucapan seseorang yang tidak sesuai dengan kenyataannya.

Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bersikap konsekuen dan jujur. Dalam pepatah Arab juga dikatakan Salaamatul insaani fii qifzillisaani. Maksudnya, selamatnya manusia itu tergantung dia dalam menjaga lisannya.

Pentingnya penyelarasan antara ucapan dan perbuatan dengan dasar firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Surah As-Saff Ayat 2-3, yang artinya;

"Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?"

"( Itu ) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." ( Q.S. As-Saff : 2-3 )

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dalam Surah Al-Baqarah Ayat 44, yang artinya;

"Mengapa kamu menyuruh orang lain ( mengerjakan ) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri..." ( Q.S Al-Baqarah : 44 )

Sebagai orang yang beriman, kita harus mampu menyelaraskan antara ucapan dan perbuatan. Jangan hanya pandai berbicara, tetapi harus berusaha melakukan apa yang diucapkannya.

Meskipun demikian, bukan berarti kita tidak boleh menyampaikan kebenaran jika belum mampu melakukannya. Sebagai contoh seorang mubalig mengajarkan dan menganjurkan jamaahnya untuk melakukan ibadah haji. Namun mubalig itu sendiri belum melaksanakannya. Dia belum mampu secara materi. Hal seperti ini bukan termasuk kesalahan meskipun dia sendiri belum melaksanakan ibadah haji tersebut. Haji adalah kewajiban bagi mereka yang mampu. Lain halnya jika mubalig itu sudah mampu tetapi tidak mau.

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda
" Orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia, tetapi dia tidak mengamalkannya maka ia seperti lilin, yaitu ia menerangi orang banyak, tetapi dirinya habis terbakar." (HR. Tabrani)

Untuk mengetahui betapa berat ancaman bagi penganjur atau pengajar kebaikan, tetapi tidak mau melakukannya.

Dari Usamah bin Zaid Radhiyallahu'anhu, ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam. bersabda: Pada hari kiamat nanti seorang lelaki dilemparkan ke dalam neraka, lalu seluruh isi perutnya keluar, kemudian ia berputar membawa isi perutnya itu seperti seekor keledai memutari penggilingan. Lalu penghuni neraka mengerumuninya dan bertanya: Hai Fulan, kanapa kamu disiksa seperti ini, bukankah kamu menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran? Ia jawab: Benar, aku dahulu menyeru kepada kebaikan, tetapi aku tidak melakukannya dan mencegah kemungkaran namun aku tetap menjalankannya. (HR. Muslim No.5305)

Dari hadis itu, jelaslah kiranya betapa besar akibat orang yang tidak selaras antara ucapan dan perbuatan. Dengan demikian, kita harus memiliki sikap konsekuen dan jujur, yaitu selaras antara ucapan dan perbuatan sehingga terbebas dari ancaman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

 

wallahu a'lam bish-shawab

Menuju Puncak Kesuksesan Dengan Sabar

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh
Kesuksesan dan keberhasilan tidak semua yang baik dapat dihasilkan dengan cepat dan tergesa-gesa. Karena sifat tergesa-gesa dan ingin cepat menuju pucak kesuksesan adalah berasal dari setan. Prilaku tergesa-gesa dan ingin cepat sukses menjurus kepada perbuatan yang menyimpang, contohnya korupsi, mencuri serta menipu dll.

Sifat selalu tergesa-gesa dan tidak mau bersabar untuk menuju kesuksesan. Padahal sifat tergesa-gesa itu terdapat sebuah hadits dari Anas, di mana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Sifat perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allah. Sedangkan sifat ingin tergesa-gesa itu berasal dari setan." (Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya'la dalam musnadnya dan Baihaqi dalam Sunanul Qubro. Syaikh Al Albani dalam Al Jami' Ash Shoghir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Untuk berhasil dan sukses, kita harus bersedia untuk bersabar menanti dampak dari upaya kita. Bukankah rahasia utama untuk mencapai keberhasilan dalam semalam, adalah bekerja keras dan terus berusaha serta berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Kesuksesan dan keberhasilan itu butuh proses dan latihan serta belajar dari pengelaman. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Barangsiapa berusaha melatih dirinya melakukan kebaikan, maka dia akan mendapatkannya, dan barangsiapa berusaha menghindari keburukan, maka dia dihindarkan dari keburukan tersebut."(HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad dan dihasankan Al-Albani dalam As-Shahihah No. 342)

Kalau kita gagal, jangan menyerah terus berusaha. Sesulit apapun kita alami pasti ada kemudahan. Seperti Janji Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Al-Quran disurat Al Insyirah ayat 6. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, yang artinya:

"sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan" (Qs.Al Insyirah;94:6)

Untuk mencapai kerhasilan dan kesuksesan, kita harus terus-menerus dalam berusaha walaupun sedikit. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta'ala adalah amalan yang kontinyu walaupun itu sedikit." ( HR. Muslim no. 783 Dari 'Aisyah radhiyallahu anha)

Seorang trainer pernah mengatakan Kesuksesan besar adalah hasil dari kumpulan kesuksesan-kesuksesan kecil.

Lakukanlah perubahan itu, meski pun kecil, sebab tidak ada yang kecil jika kita melakukan secara terus menerus.

Akhirnya, semua itu tergantung pada diri kita menghadapinya dengan sabar atau tidak?. Bagaimana mengelola mindset serta mental kita ketika mengahadapi perubahan. Sekaligus secara tegas dan berkomitmen berubah hingga meraih apa yang kita impikan

wallahu a'lam bish-shawab

Selasa, 04 Juni 2013

Konsekuen Dengan Apa Yang Diucapakan Maupun Ditulis Di Akun Facebook(Bukan Jago Teori Dan Koar-Koar Saja)

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh 


 Maka dari itu konsistenlah antara ucapan dengan perbuatan

Dalam kehidupan manusia di dunia ini, sering terjadi kesalahpahaman disebabkan ucapan seseorang yang tidak sesuai dengan kenyataannya.

Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bersikap konsekuen dan jujur. Dalam pepatah Arab juga dikatakan Salaamatul Insaan Fii Hifdzil Lisaan. Maksudnya, selamatnya manusia itu tergantung dia dalam menjaga lisannya.

Pentingnya penyelarasan antara ucapan dan perbuatan dengan dasar firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Surah As-Saff Ayat 2-3, yang artinya;

"Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?"

"( Itu ) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." ( Q.S. As-Saff : 2-3 )

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dalam Surah Al-Baqarah Ayat 44, yang artinya;

"Mengapa kamu menyuruh orang lain ( mengerjakan ) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri..." ( Q.S Al-Baqarah : 44 )

Sebagai orang yang beriman, kita harus mampu menyelaraskan antara ucapan dan perbuatan. Jangan hanya pandai berbicara, tetapi harus berusaha melakukan apa yang diucapkannya.

Meskipun demikian, bukan berarti kita tidak boleh menyampaikan kebenaran jika belum mampu melakukannya. Sebagai contoh seorang mubalig mengajarkan dan menganjurkan jamaahnya untuk melakukan ibadah haji. Namun mubalig itu sendiri belum melaksanakannya. Dia belum mampu secara materi. Hal seperti ini bukan termasuk kesalahan meskipun dia sendiri belum melaksanakan ibadah haji tersebut. Haji adalah kewajiban bagi mereka yang mampu. Lain halnya jika mubalig itu sudah mampu tetapi tidak mau.

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda
" Orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia, tetapi dia tidak mengamalkannya maka ia seperti lilin, yaitu ia menerangi orang banyak, tetapi dirinya habis terbakar." (HR. Tabrani)

Untuk mengetahui betapa berat ancaman bagi penganjur atau pengajar kebaikan, tetapi tidak mau melakukannya.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam. bersabda:
"Pada hari kiamat nanti seorang lelaki dilemparkan ke dalam neraka, lalu seluruh isi perutnya keluar, kemudian ia berputar membawa isi perutnya itu seperti seekor keledai memutari penggilingan. Lalu penghuni neraka mengerumuninya dan bertanya: Hai Fulan, kanapa kamu disiksa seperti ini, bukankah kamu menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran? Ia jawab: Benar, aku dahulu menyeru kepada kebaikan, tetapi aku tidak melakukannya dan mencegah kemungkaran namun aku tetap menjalankannya. (HR. Bukhari no. 3027 dan Muslim No.5305)

Dari hadis itu, jelaslah kiranya betapa besar akibat orang yang tidak selaras antara ucapan dan perbuatan. Dengan demikian, kita harus memiliki sikap konsekuen dan jujur, yaitu selaras antara ucapan dan perbuatan sehingga terbebas dari ancaman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

wallahu a'lam bish-shawab




Seorang Muslim Disebut Berilmu Harus Mengamalkan Ilmunya (Bukan Jago Teori Dan Koar-Koar Saja)



Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh 


*Disebut berilmu jika mengamalkannya

Sahabat Abu Dar'da radhiallahu anhu berkata,


"Tidaklah seorang berlimu sampai ia belajar (sebelumnya), tidaklah seorang berilmu terhadap suatu ilmu sampai ia mengamalkannya."[Awa'iqut Thalab hal. 5, syamilah]


Fudhail bin 'Iyadh rahimahullah berkata,


"Seorang 'Alim (berilmu) itu masih dianggap Jaahil (bodoh) apabila dia belum beramal dengan ilmunya. Apabila dia sudah mengamalkan ilmunya maka jadilah dia seorang yang benar-benar 'Alim (berilmu)."['Awa'iqut Thalab hal. 6, syamilah]


*Berusaha mengamalkan ilmu

Imam Ahmad rahimahullah berkata,

"Tidak pernah aku menulis sebuah hadits pun kecuali aku akan berusaha mengamalkan hadits tersebut. Hingga pada suatu ketika, sampai kepadaku sebuah hadits yang menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berbekam dan memberi upah kepada Abu Thayyibah (tukang bekam) sebanyak satu dinar, maka aku pun memberikan upah satu dinar kepada tukang bekam setiap kali aku berbekam."[Siyar A'laamun Nubala' 9/213]

Asy-Sya'bi rahimahullah berkata,

"Kami berusaha menghapal hadits dengan mengamalkannya dan kami berusaha menuntut ilmu dengan bantuan berpuasa."['Awa'iqut Thalab hal. 6, syamilah]

Oleh karena itu Allah Azza wa Jalla berfirman,

"Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan." [QS. Al-Waqi'ah: 24]


*Kemurkaan Allah jika sekedar teori dan tidak mengamalkan ilmu

ِAllah Ta'ala berfirman,

"Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan. Hal (itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS. ash-Shaff: 3)



Untuk mengetahui betapa berat ancaman bagi penganjur atau pengajar kebaikan, tetapi tidak mau melakukannya.


Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam. bersabda: 

"Pada hari kiamat nanti seorang lelaki dilemparkan ke dalam neraka, lalu seluruh isi perutnya keluar, kemudian ia berputar membawa isi perutnya itu seperti seekor keledai memutari penggilingan. Lalu penghuni neraka mengerumuninya dan bertanya: Hai Fulan, kanapa kamu disiksa seperti ini, bukankah kamu menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran? Ia jawab: Benar, aku dahulu menyeru kepada kebaikan, tetapi aku tidak melakukannya dan mencegah kemungkaran namun aku tetap menjalankannya." [HR. Bukhari no. 3027 dan Muslim No.5305]

*Ilmu akan ditanya dan dipertanggung jawabkan

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sampai dia ditanya tentang umurnya untuk apa dihabiskan; tentang ilmunya, apa yang dia amalkan; tentang hartanya, dari mana dia dapatkan dan pada perkara apa dia infakkan (belanjakan); serta tentang badannya, pada perkara apa dia gunakan."[HR. At-Tirmidzi dan beliau katakan, "Hadits hasan sahih." Lihat Silsilah ash-Shahihah 2/666]

Beliau juga besabda,

"Al-Quran akan menjadi hujjah (yang akan membela) engkau atau akan menjadi bumerang yang akan menyerangmu. "[HR Muslim no 223]

*Semoga kita selalu bisa mengamalkan ilmu kita

Dengan senantiasa berdoa (terutama sebelum salam shalat) agar kita selalu mendapat bantuan dari Allah agar kita bisa beribadah kepada-Nya.

"Allahumma a'inni 'ala dzikrika wa syukrika wa husni 'ibadatik. [Ya Allah, tolonglah aku untuk berdzikir pada-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu]." [HR. Abu Daud no. 1522. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih]

Semoga kita segera sadar bahwa ilmu yang tidak kita amalkan ternyata menunjukkan bahwa niat kita menuntut ilmu tidak benar, bisa jadi pujian dan sanjungan manusia saja.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

"Setiap ilmu dan amal yang tidak menambah kekuatan dalam keimanan dan keyakinan maka telah termasuki (terkontaminasi niat ikhlasnya, pent), dan setiap iman yang tidak mendorong untuk beramal maka telah termasuki (tercoreng)."[Al Fawaid hal. 86]

Wa shallallahu 'ala nabiyyina Muhammad wa 'ala alihi wa shohbihi ajma'in. Walamdulillahi robbil 'alamin.

*NB;

Akan tetapi kami berharap semoga Allah selalu meluruskan niat kami dan kita semua dalam beribadah dan bedakwah di jalan-Nya.

Kita tidak berharap semoga setiap tulisan tentang ilmu dan yang kami tulis, kamilah yang pertama mempraktekkanya.

Kami berharap setiap status nasehat yang kami posting, kamilah yang pertama melakukannya.


Kami berharap setiap petikan faidah yang kami petik, kamilah yang pertama menerapkannya.


Wallahu a’lam bish-shawab

Sabtu, 11 Mei 2013

Bahasa Lisan & Tulisan Sebaiknya Dijaga Dari Bahaya Lisan

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh    


Hati-hatilah berbicara, menulis status dan komentar di Facebook, dll !

HENDAKLAH BERBICARA KEPADA FAKTOR-FAKTOR PENDORONG TENTANG KEBAIKAN DAN TAQWA


Umur manusia adalah rahasia Allah......Mungkin ada sebagian sahabat FB kita yang telah lebih dahulu ajalnya datang (wafat :red)........namun perkataannya, tulisannya, gambar pada artikel tulisan FB atau sebuah websitenya ... yang baik maupun tidak senonoh masih tertera pada dindingnya.....entah itu pada status-status atau komentar - komentar yang mengandung keburukan, caci-makian, fitnah atau kebaikan......semuanya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak...maka berhati-hatilah bagi kita untuk menulis sebuah status, komentar atau membagikan sebuah gambar........

Allah berfirman :

Dan bicarakanlah tentang membuat KEBAJIKAN dan TAKWA. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan." [QS. Al Mujadilah : 9]

....Sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang MENGAWASI (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang MENCATAT (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka MENGETAHUI apa yang kamu kerjakan. [QS. Al Infithar :10-12]


Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: " Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia. [QS. Al Isra' :53]

Taat dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka). [QS. Muhammad :21]

Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil". [QS. Al Qashash : 55]

Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, [QS. Al Qalam : 10-11]

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda,"Bukanlah seorang Mukmin, yaitu seorang yang suka mencela, tidak pula seorang yang suka melaknat, bukan seorang yang keji dan kotor ucapannya."[HR. Bukhari dalam Kitabnya Al Adabul Mufrad halaman 116 dari hadits Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu].

Ketahuilah, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan kulit menjadi saksi di akhirat nanti terhadap apa-apa yang telah kita kerjakan.

Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan.

Dan mereka berkata kepada kulit mereka: Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" Kulit mereka menjawab: "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali yang pertama dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. [QS. Fushilat : 21]

Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu terhadapmu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. [QS. Fushilat :20-22]

Tak ada satu katapun yang terucap, dan setiap kata-kata yang tertulis dalam status- statusmu dan komentar-komentar di Facebookmu, seluruh artikel dan catatanmu melainkan Allah mengetahuinya dan dicatat oleh para malaikat sebagai sebuah kebaikan atau keburukan bagimu.

Allah berfirman : "Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir."[QS. Qaaf :18]

"Tuhanku mengetahui semua perkataan di langit dan di bumi dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". [QS. Al Anbiya : 4]


Ingatlah! Setiap perbuatan dan tingkah laku kita hingga yang remeh sekalipun akan dicatat pada kitab amalan. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya),"Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang pun juga." (QS. Al Kahfi [18] :49).

Kitab tersebut akan memuat amalan kebaikan dan kejelekan yang telah kita lakukan di dunia. Kitab tersebut akan diambil di sisi kanan dan kiri. Maka sungguh beruntung orang mukmin yang mendapat kitab tersebut dengan tangan kanannya dan dia akan sangat berbahagia. Dan sangat merugilah orang kafir yang mendapatkan catatan amalnya dengan tangan kirinya dan dia akan celaka.

Setiap orang bersama dengan amalan dan kitab amalannya akan ditimbang di suatu mizan (timbangan) yang memiliki dua daun timbangan. "Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah." (QS. Al Qari’ah [101] : 6-9)

Allah berfirman :

Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Qur'an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biar pun sebesar zarah (atom) di bumi atau pun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz).[QS. Yunus : 61]

....dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), [QS. Al An'aam :59]

Apakah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi mereka. [QS. Az Zukhruf : 80]

Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan." [QS. Al Infithar: 10-12]

Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.(Allah berfirman): "Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan." [QS. Al Jatsiyah : 28-29]

(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. [QS. Qaaf : 17]

Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan. [QS. Al Qamar : 52]


Muhasabahlah Sebelum Dan Sesudah Beramal

Duduklah bersama orang-orang yang cinta kepada Allah dan jujur serta menimba perkataan-perkataan mereka yang baik dan janganlah berbicara kecuali jika pembicaraan tersebut telah benar-benar baik dan diketahui dapat memberikan tambahan bagi keadaan sekarang dan manfaat bagi orang lain.

Ibnu Qayyim rahimahullah menyebutkan bahwa muhasabah hendaknya dilakukan di dua waktu. Yakni sebelum beramal dan setelah beramal. Hal ini sangat perlu, agar amal yang akan dilakukan bermanfaat dan menghasilkan pahala.

Sebelum beramal, periksalah selalu niat dan tujuan dalam melakukan sesuatu. Prinsip yang baik adalah tidak tergesa-gesa sampai melihat apakah perbuatan tersebut lebih berhak dilakukan ataukah ditinggalkan.

Al Hasan Al Bashri rahimahullah berkata: "Semoga Allah merahmati seorang hamba yang berhenti sejenak ketika berniat untuk melakukan sesuatu; jika ternyata ikhlas karena Allah, ia segera melanjutkan, dan jika ternyata bukan karena Allah, ia mundur."

Setelah beramal, sebaiknya memperhatikan tiga perkara berikut:

a. Mengevaluasi diri, apakah ketaatan yang telah dilakukan masih terdapat kekurangan-kekurangan. Perlu diperhatikan bahwa hak Allah dalam ketaatan ada didalam enam perkara, yaitu: Ikhlas, melakukannya dengan sebagus-bagusnya, mengikuti contoh Rasul, persaksian ihsan, persaksian ni’mat Allah, dan melihat kekurangan yang ada padanya.

b. Menghisab diri terhadap semua perbuatan yang lebih baik ditinggalkan dari pada dilakukan.

c. Bermuhasabah terhadap perbuatan yang mubah yang biasa dikerjakan. Yakni dengan cara bertanya kepada diri sendiri, mengapa ia lakukan? Apakah mengharapkan keridhaan Allah, ataukah mengharapkan kehidupan dunia belaka?

Dengan cara-cara di atas, seorang hamba dapat melakukan muhasabah yang benar. Pertama, ia menghisab dirinya dalam amalan yang wajib. Jika ia ingat ada kekurangan padanya, ia segera memperbaikinya. Kedua, ia menghisab dirinya dalam perbuatan yang terlarang. Jika ia mengetahui bahwa ia telah melakukan sebuah dosa, ia segera bertaubat dan memohon ampun dan beramal kebaikan.

Selain itu, dengan cara-cara tersebut hamba Allah selalu sempat untuk menghisab kelalaiannya. Jika dirinya telah lalai dari tujuan penciptaannya, maka ia segera mengingat Allah dan kembali kepada-Nya. Kemudian ia menghisab ucapan-ucapannya, yang dilakukan oleh kedua kaki dan tangannya, dan yang didengar oleh telinganya.

Selalu bertanya kepada diri sendiri:

Apa yang diinginkan dari semua itu? Karena siapa? Bagaimana caranya?

Berpikirlah Sebelum Berucap

Hendaklah seseorang berpikir dulu sebelum berbicara. Siapa tahu karena lisannya, dia akan dilempar ke neraka. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Sesungguhnya ada seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dipikirkan bahayanya terlebih dahulu, sehingga membuatnya dilempar ke neraka dengan jarak yang lebih jauh dari pada jarak antara timur dan barat." (HR. Muslim)

Ulama besar Syafi'iyyah, An Nawawi rahimahullah dalam Syarh Muslim tatkala menjelaskan hadits ini mengatakan, "Ini merupakan dalil yang mendorong setiap orang agar selalu menjaga lisannya sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah." (HR. Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu, selayaknya setiap orang yang berbicara dengan suatu perkataan atau kalimat, hendaknya merenungkan dalam dirinya sebelum berucap. Jika memang ada manfaatnya, maka dia baru berbicara. Namun jika tidak, hendaklah dia menahan lisannya.” Itulah manusia, dia menganggap perkataannya seperti itu tidak apa-apa, namun di sisi Allah itu adalah suatu perkara yang bukan sepele.

Allah Ta'ala berfirman, "Kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar." (QS. An Nur [24] : 15)

Ingatlah selalu sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam;

"Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam pada hari kiamat nanti dari sisi Rabbnya sampai ditanya tentang lima perkara:
(1) tentang umurnya untuk apa dia habiskan,
(2) tentang masa mudanya untuk apa dia gunakan,
(3) tentang hartanya dari mana dia dapatkan, dan
(4) untuk apa dia belanjakan,
(5) tentang apa yang dia amalkan setelah mengetahui ilmunya."
[Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah hadits no. 946]

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia mengucapkan perkataan yang baik atau Diam" [HR. Bukhori & Muslim]

Sebagai seorang muslim yang baik, senantiasa dan sudah sepatutnya mengetahui bahwa setiap gerakan dan ucapan akan ditampakkan padanya dua pertanyaan: Karena siapa kamu melakukan dan bagaimana caranya?

Seperti yang dinyatakan oleh firman Allah:

"Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, Tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu." (QS AI Hijir: 92-93).



Wallahu a’lam bish-shawab

Rabu, 08 Mei 2013

Berpegang Teguh Kepada Al-Qur'an dan As-sunnah

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh     



  
Berpegang Teguh Kepada Al-Qur'an dan As-sunnah Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam Supaya Kita Tidak Sesat

Firman Allah Ta'ala, artinya:

"Dan hendaklah kamu sekalian berpegang teguh kepada kitab Allah Al-Qur'an .. (QS. Ali-Imran : 103).

".. Dan apa jua suruhan yang dibawa oleh Rasulullah kepada kamu, maka ambillah akan dia serta amalkan, dan apa jua yang dilarangnya kamu melakukannya maka patuhilah larangannya ..." (QS. Al-Hasyr: 7).

Dari Abu Hurairah, r.a. Nabi Muhammad sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Aku tinggalkan dalam kalangan kamu dua perkara yang kamu tidak sekali-kali akan sesat selagi kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnah Rasulullah," (sallallahu alaihi wasallam).
(Imam Malik).

Perintah untuk berpegang teguh kepada As-Sunnah adalah perintah Allah yang banyak sekali disebutkan dalam Al-Qur'an, sehingga kedudukannya jauh lebih kuat dibandingkan hadits tsaqalain. Sedangkan hadits tsaqalain sendiri pada kenyataannya adalah perintah untuk berpegang teguh kepada Kitabullah dan perintah untuk memperhatikan ahlul bait.

Lalu apa yang dimaksud dengan sunnah disini? As-Sunnah menurut istilah syari'at ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dalam bentuk qaul (ucapan), fi'il (perbuatan), taqrir (penetapan), sifat tubuh serta akhlak yang dimaksudkan dengannya sebagai tasyri (pensyariatan) bagi ummat Islam (Qawaa'idut Tahdits (hal. 62), Muhammad Jamaluddin al-Qasimi, Ushul Hadits, Dr. Muhammad 'Ajjaj al-Khathib, cet. IV Darul Fikr 1401 H, Taisir Muthalahil Hadits (hal. 15), Dr. Mahmud ath-Thahhan)

Contoh-contoh ayat Al-Qur'an yang memerintahkan untuk berpegang kepada As-Sunnah

"Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang ia kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya dan mendapatkan siksa yang menghinakan."(Q.S. An Nisa': 13-14)

"Dan tidaklah patut bagi laki-laki maupun perempuan mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya menetapkan suatu ketetapan dalam urusan mereka, mereka memilih pilihan lain. Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, sungguh, dia telah nyata-nyata sesat." (Q.S. Al Ahzab: 36)

Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (Q.S. An Nisa': 69)

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…"
(QS. Al Ahzaab: 21)

Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka (Q.S. An Nisa': 80)

"Sesungguhnya sebenar-benar ucapan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallâhu ‘alaihi Wa Sallam sementara seburuk-buruk perkara adalah hal-hal yang diada-adakan, dan setiap hal yang diada-adakan itu adalah bid’ah dan setiap bid'ah itu adalah sesat dan setiap kesesatan itu berada di neraka." (HR. an-Nasa'i)

"Orang yang berpegangan kepada sunahku pada saat umatku dilanda kerusakan maka pahalanya seperti seorang syahid." (HR. Ath-Thabrani)

"Berpegangteguhlah kalian dengan Sunnah-ku dan sunnah para Khulafa Rasyidin yang mendapat petunjuk (setelahku)." (HR. Al-'Irbadh bin Sariyah)

"Hendaklah kalian berpegang teguh kepada sunnah Khulafaur Rasyidin yang diberi petunjuk (Allah). Peganglah kuat-kuat sunnah itu dengan gigi geraham dan jauhilah ajaran-ajaran yang baru (dalam agama) karena semua bid'ah adalah sesat." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

"Barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku maka dia bukan golonganku." (HR. Bukhari)

Kesimpulan : Berpegang teguh kepada Kitabullah dan Sunnah diperintahkan oleh Allah dalam Kitabullah, dan Rasul-Nya dala hadits-hadits beliau, sehingga jika kita berpegang kepada Kitabullah, secara otomatis kita wajib berpegang kepada Sunnah Rasul shalallahu 'alaihi wasalam, hal ini menunjukkan perintah berpegang kepada sunnah bersamaan dengan Kitabullah adalah sangat kuat, bahkan seandainya tidak ada satu hadits pun yang memerintahkan hal ini, cukuplah perintah ini kita dapatkan dari Al-Qur'an.



Wallahu a’lam bish-shawab

Jumat, 19 April 2013

Jangan berkata mendayu-dayu yang membangkitkan nafsu seseorang

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh   


JANGAN MELEBUTKAN PERKATAAN/MENDAYU-DAYU/SEKEDAR BASA-BASI.

Penyimpangan dalam adab ini, kalau diterapkan dalam obrolan chatting adalah dengan kata-kata yang lembut atau mendayu-dayu dari wanita yang menimbulkan godaan pada pria. Contoh menggunakan kata-kata yang sebenarnya layak untuk suami istri seperti "sayang", canda tawa, basa - basi, cari perhatian, dsb.

BAGAIMANA SELANJUTNYA.. ??

Syariat Islam telah memberikan rambu-rambu yang jelas untuk mengatur pola interaksi / IKHTILATH antara laki-laki (ikhwan) dan perempuan (akhwat). Islam tidak membenarkan adanya INTERAKSI seseorang dengan yang bukan muhrimnya.

" Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah seorang laki-laki sendirian dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya. Karena sesungguhnya yang ketiganya adalah syaitan." (HR. Ahmad).

Jangan mendayu-dayu saat berbicara, jangan memanja-manjakan suara, intinya harus tegas dalam berbicara baik melalui telepon mau pun ketika berbicara di forum-forum, di acara atau saat syura dan interaksi lainnya dengan orang-orang yang bukan mahram kita. Maka tegaskanlah cara bicara Anda. Tegas bukan berarti keras atau marah karena dengan tegas berarti kita telah membentengi hati dan menjaga izzah diri. Sebab jika tunduk berbicara maka telah membuka peluang bagi syeitan untuk mempermainkan nafsu, menghembus penyakit dalam hati, menikmati rasa yang tidak biasa dan pada akhirnya akan menjerumuskan kepada zina hati. Karena pada hakikatnya, hati seseorang dapat diketahui dari apa yang diucapkan oleh lidahnya. Apa yang diucapkan oleh lidah bisa dijadikan parameter untuk menilai keistiqamahan iman seseorang.

Setan itu sangat lihai mengambil celah untuk menggoda manusia dengan mempermainkan nafsunya. Ikhtilath tidak hanya terjadi dalam interaksi nyata namun bisa juga terjadi melalui jejaring sosial dunia maya. Dengan adanya orang yang mendampingi saat membahas hal urgen tersebut melalui telepon diharapkan komunikasi menjadi lebih terjaga.

"Tidak akan istiqamah iman seorang hamba sehingga hatinya beristiqamah (terlebih dahulu), dan tidak akan istiqamah hatinya sehingga lidahnya beristiqamah (terlebih dahulu)." (HR. Ahmad dari Anas RA).

Dan pada hadits lain dikatakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Bila seorang hamba berada di pagi hari, maka semua anggota tubuh akan memberikan peringatan kepada lidah dan berkata, 'Takutlah engkau kepada Allah, sesungguhnya kami ini tergantung kepadamu. Bila kamu istiqamah kami akan istiqamah, dan bila kamu melenceng kami pun ikut melenceng'." (HR. Tirmidzi dan dihasankan oleh Al-Albani).

Yahya bin Mu'adz berkata:

Hati itu bagaikan panci yang sedang menggodok apa yang ada di dalam hatinya, dan lidah itu bagaikan gayungnya. Maka perhatikanlah seseorang saat dia berbicara, sebab lidah orang itu sedang menciduk untukmu apa yang ada di dalam hatinya, manis atau asam, tawar atau asin dan sebagainya. Ia menjelaskan kepada Anda bagaimana "rasa" hatinya, adalah apa yang ia keluarkan dari lidahnya.

"Dan ucapkanlah perkataan yang baik." termasuk penggalan ayat dalam surah Al-Ahzab ayat 32. Perkataan yang baik yaitu berbicara dalam hal-hal yang dapat membawa manfaat dan kebaikan serta mampu menahan lidah dari ucapan yang bathil yang bisa merusak hati.

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia mengatakan hal-hal yang baik atau diam saja" (HR. Bukhari-Muslim).

LALU BAGAIMANA.. ??

Jika ada hal urgen yang memang harus diselesaikan melalui TELP, SMS, FB, TWITER antara ikhwan dan akhwat, Maka hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana cara kita menyampaikan hal tersebut dengan baik dan efektif. Baik dalam arti menggunakan kata-kata yang formal, singkat, padat, jelas dan tegas. Dan efektif menggunakan waktu dalam menyampaikan hal itu melalui MEDIA.

Fokus pada tujuan awal agar hal-hal di luar bahasan tidak perlu diutarakan ( hemat ). Mengapa hal ini perlu dilakukan? Agar hal yang disampaikan baik dan efektif sesuai dengan urgentifitas hal tersebut dan untuk mengantisipasi terjadinya ikhtilath. Jika Laki-laki bertanya pada seorang akhwat, akhwat merekomedasikan untuk bertanya kepada ikhwan, misalkan " Maaf lebih baik anda bertanya sesama ikhwan. - sebaliknya untuk akhwat.

Allah Ta'ala berfirman yang artinya:

"Karena itu janganlah kamu (isteri-isteri Rasul) tunduk(yakni melembutkan suara) dalam berbicara sehingga orang yang dalam hatinya ada penyakit memiliki keinginan buruk. Tetapi ucapkanlah perkataan yang baik". (QS. al-Ahzab: 32)

Imam Qurtubi menafsirkan kata 'Takhdha'na' (tunduk) dalam ayat di atas dengan arti lainul qaul (melembutkan suara) yang memberikan rasa ikatan dalam hati. Yaitu menarik hati orang yg mendengarnya atau membacanya adalah dilarang dalam agama kita.

Artinya pembicaraan yang dilarang adalah pembicaraan yang menyebabkan fitnah dengan melembutkan suara. Termasuk di sini adalah kata-kata yang diungkapkan dalam bentuk tulisan. Karena dengan tulisan seseorang juga bisa mengungkapkan kata-kata yang menyebabkan seseorang merasakan hubungan istimewa, kemudian menimbulkan keinginan yang tidak baik.

Termasuk juga dalam melembutkan suara adalah kata-kata atau isyarat yang mengandung kebaikan, namun ia boleh menyebabkan fitnah. Iaitu dengan cara dan bentuk yang menyebabkan timbulnya perasaan khusus atau keinginan yang tidak baik pada diri lawan bicara yang bukan mahram. Baik dengan suara ataupun melalui tulisan.

Jika ada unsur-unsur demikian ia adalah dilarang meskipun pembicara itu mempunyai niat yang baik atau niatnya biasa-biasa saja.


Wallahu a’lam bish-shawab
 

Jangan malu dan takut untuk berbuat baik dalam rangka berbagi ilmu pengetahuan dan mengajarkan, Insya Allah pahala akan mengalir

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh   


Analoginya sebagai berikut:

A: "Hah? Yang bener mas?"
B: "Masnya punya anak?"
A: "Punya mas."
B: "Nah, masnya sudah ngajarin anak baca Al Fatihah? Sholat dan lain-lain?"
A: "Tentu saja mas, sudah."
B: "Masya Allah, besar sekali pahalanya mas. Mas tahu kalau misalnya anak mas baca Al Qur'an dan sholat maka pahalanya akan mengalir kepada mas?"
A: "Emang bisa ya mas?"
B: "Tentu saja bisa. Dari Abu Hurairah -radhiallahu anhu- bahwa Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda:
"Jika manusia meninggal maka semua amalannya terputus kecuali tiga perkara: Kecuali sedekah jariyah, atau ilmu yang dimanfaatkan, atau anak saleh yang mendoakan untuknya." (HR. Muslim no. 1631)
Masnya kan sudah mengajarkan membaca Al Qur'an, sudah punya mengajarkan sholat. Itu semua adalah ilmu dan pahalanya akan terus mengalir kepada mas. Bahkan, kalau misalnya nanti masnya punya cucu, dan anaknya mas ngajarin ke cucunya, maka pahala cucu ini pun akan sampai kepada mas.


 Wallahu a’lam bish-shawab

Beramal tanpa ilmu ditolak, beramal tanpa niat ikhlas di tolak

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh   


Imam Ghazali berkata: "Ilmu tanpa amal adalah gila dan pada masa yang sama, amalan tanpa ilmu merupakan suatu amalan yang tidak akan berlaku dan sia- sia."

Kenapa harus tahu ilmunya? Karena kalau kita mengerjakan sesuatu tidak tahu ilmunya, maka pekerjaan kita tidak ada nilainya dan tidak diterima oleh Allah SWT.

Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang beramal tidak mengikuti perintah kami, maka akan ditolak." (HR Muslim)

Imam Syafii berkata, "Setiap orang yang beramal tanpa ilmu, maka amalnya akan ditolak sia-sia." (Matan Zubad, juz I, hlm 2, Majallatul buhuts al-Islamiyah, juz 42, hlm 279).

Dalam kitab Zubad karangan Ibn Ruslan dikatakan:
wa kullu man bi ghairi ilmin ya'malu // a'maluhu mardudatun la tuqbalu. Setiap orang yang mengamalkan sesuatu tanpa ilmu // maka amalnya ditolak, tidak diterima. Itu namanya amal-amalan, bukan amal yang sesungguhnya.

Jelas sekali, kan?

Itu sebabnya, Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu. Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda; "Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim." (Ibnu Majah)

Dasar kewajiban ini, karena Islam menginginkan umatnya mengerjakan sesuatu berlandaskan ilmu yang diketahuinya, sehingga apa yang dikerjakan sesuai dengan al-Qur'an dan Sunah Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam . Sebab, ilmu tanpa amal ibarat pohon tak berbuah dan amal tanpa ilmu sama halnya perbuatan yang sia-sia.

*****
Yang menjadi ukuran amal seseorang ialah ke"Ikhlasannya".

Membicarakan soal ikhlas haruslah didahului dengan uraian tentang niat, sebab antara keduanya sangat erat hubungannya, tak ubahnya laksana pohon dan bibit.

Niat(ikhlas) itu adalah titik tolak permulaan dalam segala amal perbuatan, perjuangan dan lain-lain. Dia menjadi ukuran yang menentukan tentang baik buruknya sesuatu perkataan atau perbuatan. Fungsi dan peranan niat itu sangat menentukan, sehingga sebagian ulama salaf (dahulu kala) menyimpulkan : "Kerap kali amal yang kecil menjadi besar karena baik niatnya(ikhlas), dan kerap kali pula amal yang besar menjadi kecil karena salah niatnya."

Niat(ikhlas), Iradah atau qashad ialah dorongan yang tumbuh dalam hati manusia, yang menggerakkan untuk melaksanakan amal perbuatan ataupun ucapan tertentu.

Kedudukan niat(ikhlas) itu dijelaskan dalam sebuah hadits

"Dari Amiril Mu'minin Abi Hafsin Umar Bin Khattab r.a berkata : "Saya dengar Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda : "Sesungguhnya segala amal perbuatan bergantung kepada niat dan sesungguhnya tiap-tiap orang memperoleh sesuatu dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrah pada jalan Allah dan Rasul-Nya. Maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrah karena ingin memperoleh keduniaan, atau untuk mengawini seorang wanita, maka hijrahnya itu ialah ke arah yang ditujunya itu". (H.R. Bukhari dan Muslim)

Menurut hadits itu tiap-tiap amal perbuatan harus berlandaskan niat yang ikhlas, dan nilai amal yang dikerjakan itu pada sisi Allah, bergantung kepada niat orang yang mengerjakannya, atau kepada nawaitu-nya. Jika niatnya baik, maka amalnya akan diterima. Sebaliknya kalau niatnya ada "udang dibalik batu", maka amalnya itu pun akan ditolak.

Didalam setiap niat yang penting adalah ikhlas. Arti ikhlas ialah memperindah ibadah atau kebajikan karena Allah semata-mata dan mengharapkan keridhaan-Nya. 


Wallahu a’lam bish-shawab