Jumat, 31 Agustus 2012

JANGAN BICARA & MENULIS TANPA ILMU



Assalamu'alaikum Warahmatullah wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahim

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, artinya:
"Dan janganlah engkau ikuti apa yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang-nya, sesungguhnya pendengaran, pengelihatan dan hati semuanya itu akan di tanya" (QS Al-Isra': 36).

Dan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Barang siapa berbicara tentang al Qur’an dengan akalnya atau tidak dengan ilmu, maka hendaklah ia menyiapkan tempatnya di neraka"(Hadist seperti ini ada dari 2 jalan, yaitu Ibnu Abas dan Jundub. Lihat Tafsir Qur’an yang diberi mukaddimah oleh Syeikh Abdul Qadir Al-Arnauth hal. 6, Tafsir Ibnu Katsir dalam Mukaddimah hal. 13, Jami’ As-Shahih Sunan Tirmidzi jilid 5 hal.183 no. 2950 dan Tuhfatul Ahwadzi jilid 8 hal. 277).

"Barang siapa mengamalkan sesuatu amal yang tidak ada perintah kami atasnya, maka amalnya itu tertolak." (Shahih Muslim, Syarah Arba’in An-Nawawi hal. 21 Pembatalan Kemungkaran dan Bid’ah).

Dari Salamah bin Akwa berkata, Aku telah mendengar Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang mengatakan atas (nama)ku apa-apa yang tidak pernah aku ucapkan, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di Neraka." (HR Al-Bukhari I/35 dan lainya).

"Cukup bohong seseorang manakala dia membicarakan setiap apa yang dia dengar." (HR. Muslim dalam muqaddimah shahihnya).

Nasihat Salafus Shalih.
Abu Darda berkata: "Kamu tidak akan menjadi orang yang bertaqwa sehingga kamu berilmu, dan kamu tidak menjadi orang yang berilmu secara baik sehingga kamu mau beramal." (Adab dalam majelis-Muhammad Abdullah Al-Khatib). Beliau juga berkata : "Orang-orang yang menganggap pergi dan pulang menuntut ilmu bukan termasuk jihad, berarti akal dan pikiranya telah berkurang."

Imam Hasan Al Basri mengatakan: Tafsir Surat-Baqarah ayat 201; "Ya Tuhan, berikanlah kami kebaikan di dunia (ilmu dan ibadah) dan kebaikan di akhirat (Surga)."

Imam Syafi'i berkata : "Barang siapa yang menginginkan dunia maka hendaklah dengan ilmu, barang siapa yang menginginkan akhirat maka hendaklah dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka hendaklah dengan ilmu." (Al-Majmu', Imam An-Nawawi).

Imam Malik berkata : "Ilmu itu tidak diambil dari empat golongan, tetapi diambil dari selainnya. Tidak diambil dari orang bodoh, orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya, yang mengajak berbuat bid’ah dan pendusta sekalipun tidak sampai tertuduh mendustakan hadits-hadits Rasulullah, juga tidak diambil dari orang yang dihormati, orang saleh, dan ahli ibadah yang mereka itu tidak memahami permasalahanya."

Imam Muhammad Ibnu Sirin berkata: "Sesungguhnya ilmu itu dien, maka lihatlah dari siapa kamu mengambil dienmu. Para ulama salaf memahami betul bahwa sebab-sebab terjadinya penyimpangan di kalangan orang-orang yang sesat pada asalnya karena kekeliruan tashawur (pandangan/wawasan) mereka tentang batasan ilmu." (Lihat Al-Ilmu Ushulu wa Mashadiruhu wa Manahijuhu Muhammad bin Abdullah Al-Khur’an, cet. I 1412 H, Dar Al-Wathan lin Nasyr, Riyadh, hal. 7).

Orang-Orang salaf berkata : "Waspadalah terhadap cobaan orang berilmu yang buruk (ibadahnya) dan ahli ibadah yang bodoh." (Al-wala'wal bara' hal. 230)

Imam Asy-Syafi'i memberi nasihat kepada murid-muridnya : "Siapa yang mengambil fiqih dari kitab saja, maka ia menghilangkan banyak hukum." (Tadzkiratus sami' wal mutakallim, Al-Kannani, hal.87, Efisiensi Waktu Konsep Islam. Jasmin M. Badr Al-Muthawi, hal 44).

Abdullah bin Al-Mu'tamir berkata: "Jika engkau ingin mengerti kesalahan gurumu, maka duduklah engkau untuk belajar kepada orang lain." (riwayat Ad-Darimi dalam Sunannya I/153).

Riwayat Ibnu Wahab yang diterima dari Sofyan mengatakan: "Tidak akan tegak ilmu itu kecuali dengan perbuatan, juga ilmu dan perbuatan tidak akan ada artinya kecuali dengan niat yang baik. Juga ilmu, perbuatan dan niat yang baik tidak akan ada artinya kecuali bila sesuai dengan sunnah-sunnah." (Syeikh Abu Ishaq As-Syatibi, Menuju jalan Lurus).

Ibrahim Al-Hamadhi berkata: "Tidaklah dikatakan seorang itu berilmu, sekalipun orang itu banyak ilmunya. Adapun yang dikatakan Allah orang itu berilmu adalah orang-orang yang mengikuti ilmu dan mengamalkanya, dan menetap dalam perkara As-Sunnah, sekalipun jumlah ilmu-ilmu dari orang-orang tersebut hanya sedikit." (Syeikh Abu Ishaq As–Syatibi, Menuju jalan Lurus).

Keutamaan pencari ilmu dan yang mengatakan seseorang itu ahli ilmu
Rasulullah Shallallahu ''alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang mencari satu jalan menuntut ilmu niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju Surga." (HR. Muslim, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,artinya: "Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin itu pergi semaunya (ke medan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali." (At-Taubah: 122).

Imam Muslim mengatakan kepada Imam Bukhari: "Demi Allah tidak ada di dunia ini yang lebih pandai tentang ilmu hadist dari engkau." (Tarikh Bukhari, dalam Mukadimah Fathul Bari).

Imam Syafi'i berkomentar tentang Imam Ahmad: "Saya pergi dari kota Baghdad dan tidak saya tinggalkan di sana orang yang paling alim dalam bidang fiqih, yang paling wara' dalam agamanya dan paling berilmu selain Imam Ahmad." (Thobaqatus Syafi'I, As-Subki / Efisiensi Waktu Konsep Islam, Jasim m. Badr Al-Muthawi, hal.91)

Orang yang menuntut ilmu bukan kepada ahlinya
Dari Abdullah bin Ash ia berkata, aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu di kalangan umat manusia setelah dianugerahkan kepada mereka, tetapi Allah mencabut ilmu tersebut di kalangan umat manusia dengan dimatikannya para ulama, sehingga ketika tidak tersisa orang alimpun, maka manusia menjadikan orang-orang bodoh menjadi pimpinan. Mereka dimintai fatwanya, lalu orang-orang bodoh tersebut berfatwa tanpa ilmu."

Dalam riwayat lain: "dengan ra'yu/akal. Maka sungguh perbuatan tersebut adalah sesat dan menyesatkan." (HR.Al-Bukhari I/34).

"Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah saatnya (kebinasaannya)." (Shahih Bukhari bab Ilmu).

"Sesungguhnya termasuk tanda-tanda kiamat adalah dicarinya ilmu dari orang rendahan." (lihatkitab Silsilah Hadist Shahih no. 695).

"Ya Allah aku mohon perlindungan-Mu agar aku dijauhkan dari ilmu yang tidak berguna (ilmu yang tidak aku amalkan, tidak aku ajarkan dan tidak pula merubah akhlakku), dan dari hati yang tidak khusyu', dari nafsu yang tidak pernah puas dan do’a yang tidak terkabulkan." ( HR. Ahmad, Ibnu Hiban dan Al-Hakim)

"Ya Allah berikanlah kepadaku manfaat dari ilmu yang Engkau anugerahkan kepadaku , dan berilah aku ilmu yang bermanfaat bagiku dan tambahkanlah kepadaku ilmu" (Jami' Ash-Shahih, Imam Tirmidzi no. 3599 Juz V hal. 54)

"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang bermanfaat dan amal yang diterima" (Hisnul Muslim, hal. 44 no. 73).

"Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu sedangkan kamu mengetahuinya." (Al-Baqarah: 42).

"Wahai orang-orang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." (Al-Baqarah: 208).

Diantara buku dalam masalah ilmu :
- Tiga puluh satu nasihat untuk anda para penuntu ilmu-Faihan bin Sulaiman Al-Gharbi
- Muslim memilih ilmu – Abu Bakar Al-Jazairi
- Hilyatuthalibil’ilmi - Bakr bin Abdullah Abu Zaid



Wallahu a'lam bish-shawab


By : Mencari Rezky

Kamis, 30 Agustus 2012

ETIKA SEORANG MUSLIM BER-FACEBOOK

Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahim



 Facebook adalah jejaring sosial. Itu berarti kita hidup dalam kawasan pertemanan dan pergaulan. Maka etika-etika bergaul harus diperhatikan. Ada beberapa etika yang perlu kami sampaikan kepada pengguna Facebook sebagai nasihat bagi kita semuanya:

1. Jadikan sebagai ladang pahala

Hendaknya seorang yang masuk pada situs ini meluruskan niatnya terlebih dahulu, dia benar-benar ingin menjadikan Facebook untuk sesuatu yang bermanfaat sebagai ajang silaturrahmi, berdakwah, menimba ilmu, dan sebagainya.

2. Mengatur waktu

Hendaknya pengguna Facebook memahami akan mahalnya waktu. Janganlah ia terjebak dalam kesia-siaan atau terlena keenakan chatting sehingga lalai dari shalatnya, kewajiban, dan tugasnya di rumah atau tempat kerja.

3. Waspadailah zina mata dan hati
Dalam Facebook akan di-posting foto-foto pengguna Facebook lainnya yang terkadang mereka adalah foto-foto lawan jenis. Tidak menutup kemungkinan muncul nafsu birahi dengan melihatnya. Maka hendaknya kita takut kepada Allah dan menyadari bahwa semua itu adalah ujian akan keimanan kita kepada-Nya.

4. Jagalah kata-kata

Janganlah kita merasa bebas menulis status atau komentar dan kata-kata di Facebook. Pilihlah kata-kata yang baik dan menyenangkan. Jangan menulis kata-kata yang kotor, fitnah, provokasi, gosip, ghibah (gunjingan), dan sebagainya. Seorang muslim harus menjaga anggota tubuhnya dari hal-hal yang dapat menodai keimanannya.

Semoga apa yang kami sampaikan ini membawa manfaat bagi semuanya. Aamiin Ya Rabbal A'lamin


wallahu a'lam bish-shawab

By : Mencari Rezky 

Rabu, 29 Agustus 2012

ADZAN

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahim


 
Adzan..adalah panggilan dari Allah pemilik sekalian alam yang mengendalikan & memelihara seluruh raga kita, pikiran dan hati kita. Akan tetapi masih banyak muslim yang mengabaikan panggilan sayang ini dengan alasan masih ada urusan yang lebih penting. Benarkah ada urusan yang lebih penting daripada memenuhi panggilan Sang Khaliq?


" Marilah mendirikan shalat,marilah menuju kemenangan.."

Itulah panggilan adzan,...yang sehari bisa kita dengar sebanyak lima kali, namun beberapa kali jua kita mengabaikannya..
Manusia sering mengeluh..
Mengapa hidupku banyak masalah,banyak ruwetnya ketimbang tentramnya..
Mengapa susah banget mendapatkan apa yang aku inginkan..
Mengapa lebih banyak sedihnya ketimbang senengnya..

Ya.. bagaimana tidak susah, Allah telah mengajak kita menuju kemenangan,bahkan sehari lima kali, akan tetapi kita malah mengabaikannya. Allah mengajak menuju kemenangan bukan hanya kemenangan di dunia yang berupa terpenuhinya segala kebutuhan hidup kita tetapi juga kemenangan di akherat. Belum faham jugakah peran adzan ?

Bukankah Allah juga telah berfirman," dirikan segera shalat setelah itu bertebaranlah kalian di muka bumi untuk mencari karuniaKu."
Kita diperintahkan mendahulukan shalat baru kemudian mencari karuniaNya untuk kebahagian hidup kita,bukan mencari karuniaNya didahulukan dan shalat diakhirkan.. begitu bukan?

Jadi… jika begitu..siapa sumber kesulitan dalam hidup selama ini?

wallahu a'lam bish-shawab

By : Mencari Rezky

JAGA MATA MU


Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahim


Pandangan mata yang diumbar dan tidak dikendalikan akan merusak hati kita.

Ia ibarat panah beracun yang dilesakkan Iblis ke arah hati kita. Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits Nabi dari Anas bin Malik, bahwasanya Rasulullah saw bersabda,
"Pandangan mata adalah panah beracun yang dilesakkan oleh Iblis. Barangsiapa memejamkan matanya (dari yang haram) karena Allah, maka Allah akan memberikan pada hatinya lezatnya iman, yang akan ia dapat sampai ia berjumpa dengan-Nya."

Pandangan mata yang diumbar dan tidak dikendalikan juga akan menyibukkan hati kita, sehingga kita menjadi lupa pada berbagai kebaikan dan amal shalih. Ketika itulah kita bisa terjebak untuk menuruti dorongan hawa nafsu dan terlena dalam kelalaian tersebut.
"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingati kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (QS Al-Kahfi: 28)

Karena sedemikian berbahayanya pandangan mata jika diumbar dan tidak dikendalikan, Allah menyeru kepada orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan, agar menundukkan pandangan mereka dari hal-hal yang terlarang. Dalam QS An-Nuur: 30-31, Allah berfirman,
"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: 'Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat.' Katakanlah kepada wanita yang beriman: 'Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya. Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak darinya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya ...."

wallahu a'lam bish-shawab
 
By : Mencari Rezky

Selasa, 28 Agustus 2012

Berapa lama dari umur kita yang dipergunakan untuk Ibadah pada Allah SWT?,...Kemana Umur Kita DiHabiskan !!!

Assalamu'alaikum Warahmatullah wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahim

“Sekedar mengingatkan… semoga bermanfaat..”

Berapa lama dari umur kita yang dipergunakan untuk Ibadah pada Allah SWT?
Rata- rata manusia meninggal dunia antara usia 60 thn-70thn (mayoritas) Pukul rata manusia meninggal ± 65 th, beruntung yg diberikan umur panjang dan dimanfaatkan sisa umurnya.

Baligh : Start untuk seseorang di perhitungkan amal baik atau buruknya selama hidup di dunia?
Laki-laki Baligh ± 15 tahun, Wanita Baligh ± 12 tahun
Usia Yang tersisa untuk kita beribadah kepada-Nya kita pukul rata dengan rumus:

MATI – BALIGH = sisa USIA => 65-15= 50 tahun , Lalu 50 tahun ini digunakan untuk apa saja ?

1 hari = 24 jam , 12 jam siang & 12 jam malam

Mari kita telaah bersama.

Waktu kita tidur ± 8 jam/hari
Dalam 50 tahun waktu yang habis dipakai tidur 18250 hari x 8 jam= 146000 jam=16 tahun, 7 bulan => di bulatkan jadi 17 tahun

Logikanya : Alangkah sayangnya waktu 17 tahun habis di gunakan untuk tidur, padahal kita akan tertidur dari dunia untuk selamanya?

Catatan : Yang lebih bermasalah lagi bagi mereka yang tumor alias tukang molor, bisa jadi 12 jam/hari =25 tahun habis tertidur!!!
Hati-hati dengan penyakit TUMOR !!

Waktu aktivitas kita di siang hari ± 12 jam
Dalam 50 tahun waktu yang habis dipakai aktivitas:18250 hari x12 jam=219000 jam= 25 tahun

Aktivitas disiang hari :
Ada yang bekerja, atau bercinta, ada yang belajar atau mengajar, ada yang sekolah atau kuliah, ada yang makan sambil jalan-jalan, ada pula yang gambling sambil maling? dan masih banyak lagi aktivitas lainnya yang tak pernah bisa disamaratakan satu dengan yang lain??..

Waktu aktivitas santai atau rilexsasi ± 4 jam
Dalam 50 tahun waktu yang dipakai rileksasi 18250 hari x 4 jam= 73000 jam = 8 tahun

Realisasi rileksasi: biasanya nonton tv sambil minum kopi, ada pula yang belajar mati-matian/ bikin contekan habis-habisan buat ujian, atau mungkin dihabiskan termenung di buai khayalan??

17 tahun + 25 tahun + 8 tahun = 50 tahun Plus plos/ Balance
Tidur??Ngelembur? Nganggur

Lalu kapan Ibadahnya?
Padahal manusia diciptakan-Nya tiada lain dan tiada bukan hanyalah untuk beribadah kepada-Nya, karena satu hal yang pasti kita akan kembali ke alam hakiki Illahi.

Maut datang menjemput tak pernah bersahut
Malaikat datang menuntut untuk merenggut
Manusia tak kuasa untuk berbicara
Tuhan Maha Kuasa atas syurga dan Neraka?
Memang benar! kuliah itu ibadah, kalau niat kuliahnya untuk ibadah, lha wong banyak yang kuliah mau nyari ijazah, bakal nanti bekerja agar mudah mencari nafkah?

Memang benar ! Bekerja cari nafkah itu ibadah, tapi bekerja yang bagaimana? Kalau bekerja sikut sana sikut sini, banting tulang banting orang, tujuan utamanya cari uang buat beli barang-barang biar dipandang orang-orang? ..

Lalu kapan ibadahnya?
Oh mungkin saat sholat yang 5 waktu itu dianggap cukup ?!
Karena kita pikir; sholat begitu besar pahalanya, sholat amalan yang dihisab paling pertama, sholat jalan untuk membuka pintu surga.. Kenapa kita sudah merasa cukup ibadah hanya dengan sholat ?

Berapa sholat kita dalam 50 tahun ?

1x sholat = ± 10 menit ?..5x sholat ± 1 jam
Dalam waktu 50 tahun waktu yang terpakai sholat=18250 hari x I jam =18250 jam= 2 tahun
Ini dengan asumsi semua sholat kita diterima oleh Allah swt.

Kesimpulan: waktu yang kita manfaatkan dalam 50 tahun di dunia cuma 2 tahun untuk sholat????
2 tahun dari 50 tahun kesempatan kita?.itupun belum tentu sholat kita bermakna berpahala dan di terima..
Dan sekiranya sholat kita selama 2 tahun berpahala rasa-rasanya tidak sebanding dengan perbuatan dosa-dosa kita selama 50 tahun; dalam ucap kata kita yang selalu dusta, baik yang terasa maupun yang di sengaja, dalam ucap kata kita yang selalu cerca terhadap orangtua, dalam harta kaya kita yang selalu kikir terhadap orang faqir, dalam setiap laku langkah kita yang selalu bergelimang dosa.

Logika dari logikanya:
Bukan satu yang tidak mungkin kita umat di akhir jaman akan berhamburan di neraka untuk mendapatkan balasan kelalaian.
Terlalu banyak waktu yang terbuang percuma selama manusia hidup di dunia dan semuanya itu akan menjadi bencana.

Solusi:
Tiada kata terlambat walaupun waktu bergulir cepat, isilah dengan sesuatu apa yang bermanfaat . Jangan di tunda-tunda lagi?
Ingat malaikat maut akan datang kepada siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Akhirat adalah tujuan kita yang terakhir ! Apakah kita siap menyambut malaikat maut kapan saja dan dimana saja ?
Wallahu a'lam bish-shawab
By : Mencari Rezeky

Rabu, 22 Agustus 2012

ISTIQAMAH KAN HATIKU

PIRANTI HATI YANG RETAK

Assalaamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh

Ada sebuah Cerpen Islami yang begitu bagus untuk mu dan untuk ku wahai ukhti muslimah. "seorang penulis yang membuat aku kagum padanya"!! "karya: bunda'HelvyTianaRosa"

Semoga ini Sebagai renungan juga berIstiqamah nya hati dalam menatap perjuangan ketentang kebenaran'!!! (Dan Tak Selamanya Seorang Anak itu salah'!!! Dan Tak Selamanya pula Orangtua merasa paling benar)!! 

Bismillahirrahmanirrahim

Perlahan sekali Mia masuk ke rumah lewat pintu garasi. Perlahan pula dibukanya pintu samping ruang tamu. Ia berjingkat-jingkat menuju kamarnya…. “Mia!” Deg! Suara Mama! “Mia, keterlaluan kamu! Kenapa kamu pakai lagi jilbab sialan itu! Kenapaaa? Belum puas kamu kemarin, ya!? Berani sekali kamu sama Mama! Mama kandung-mu! Dasar anak durhakaaaaaaaaa!” tangan Mama, wanita setengah baya itu, sibuk memukuli Mia. Kemudian tangannya yang lain bergerak merenggut jilbab Mia…

“A…duh…Astagh…fi…rullah,” seru Mia lemah. Dagu dan sebagian lehernya ber-darah terkena goresan peniti. “Bi Nuuung? Bi Nuuuuuuuuunggg!!” “III…ya, Nyah!” suara Bi Nung, pem-bantu rumah tangga mereka. “Bakar semua jilbab dan pakaian panjangnya!” Mia tersentak! “mama, maaf, tapi Mama nggak punya hak melakukan hal itu…, itu Mia dapat dari teman-teman Mia…” “Bakar, Bi! Bakar!” “Ttttapi… Nyah…” Langkah kaki Mama menghentak-hentak menuju kamar Mia. Dengan kasar wanita itu mengobrak-abrik lemari pakaian putri satu-satunya itu. Baju panjang, rok panjang, gamis, jilbab, kaos kaki panjang, semua tak ada yang luput! “Bakar, Bi!” “Ja…jangan, Ma! Maaa…, jangan!” Mata Bi Nung memerah. Sebentar lagi airmatanya akan menetes. “Baik aku yang akan bakar sendiri!” teriak Mama kasar. Jam empat sore. Baju, rok panjang, gamis, jilbab dan kaos kaki Mia sudah jadi abu di halaman belakang.

Awalnya tiga bulan yang lalu, Mia dan teman-temannya mengikuti pengajian bulanan yang diadakan oleh Rohis SMA-nya. Waktu itu Mia terkesan sekali dengan apa yang diadakan oleh Pak Jayid, guru agama Islam mereka yang baru itu. Pak Jayid banyak membahas soal dan problematika remaja Islam masa kini dan pemecahannya.

Dan… tiba-tiba saja Mia merasa semua itu menyindir dan menyentil-nya. Begitu dalam. “Konsep wanita shalihat itu… masya Allah…,” kata Pak Jayid. “Ia adalah seorang wanita yang mampu membawa kemaslahatan, berdayaguna bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya, bagi masyarakat dan ummatnya! Wanita yang diridhoi oleh Allah! Allah dan Rasulullah adalah kekasih sejati baginya.” Dan… entah mengapa Mia merasa…, selama ini ia tak berdayaguna bagi dirinya sendiri. Apalagi orang lain. Ia bukan larut dalam kebaikan, tetapi dalam kesia-siaan! Kesemuan semata. Bahkan menjaga dirinya dari amarah Allah pun ia tak mampu… bukan hanya tak mampu, namun juga tak pernah berusaha untuk itu!

Dan ketika di akhir pengajian Pak Jayid menanyakan siapa saja yang ingin menjadi pria shalih dan wanita shalihah, serta-merta Mia berteriak, “saya, Pak! Do’ain saya, Pak!” Yang berteriak memang Cuma Mia. Kemudian sepi. “Aamiiin, terdengar suara ramah Pak Jayid dari balik hijab mushalla, diikuti cekikikan teman-teman Mia yang lelaki dan perempuan. “Gue sungguh-sungguh, In! Gue sungguh-sungguh, Neng! Do’ain gue! Dosa lu pada ngetawain orang yang mau tobat!” Teman-teman Mia tambah ngakak. “Hus, kok abis ngaji masih kumat, sih?!” kata Via, teman sekelas Mia yang baru dua bulan ini berjilbab.

Seminggu setelah itu Mia mantap mengenakan busana muslimah. Rapi sekali. Nggak Cuma orang rumah atau sesekolah yang geger! Sekampung bingung! Bayangin…, Mia? Mia Prasanti, wakil ketua OSIS es em a 111, pemimpin paduan suara dan "dance club" di SMA-nya itu berjilbab? Mia yang manis dan imut-imut, orator berat, yang selalu rangking I sejurusan Fis, kesayangan guru-guru yang dijuluki “bintang segala bintang” di es em a-nya itu? Mia, yang langganan ngewakilin sekolah dalam berbagai lomba tingkat es em a, satu-satunya cewek yang berhasil merebut hati Andika, idola di SMA 111 itu…? Mia…? Ya, Mia sudah sangat mantap.

Ia tak ingin hidayah yang sudah dirasakan menghujam dalam, tercabut lagi dari hatinya hanya karena ia menunda me-lakukan sesuatu hal yang jelas-jelas membawa kebaikan. Perintah Allah! “Mama tidak setuju kamu pakai pakaian seperti orang kampung atau orang-orang tua. Mama tidak dan tidak akan pernah setuju!” kata Mama, dua hari sebelum Mia memutuskan berjilbab “Ini bukan pakaian seperti itu, Ma. ini pakaian seorang muslimah,” jawab Mia lembut. “Banyak hajjah nggak pakai jilbab, Mama juga nggak… apa mereka bukan muslimah? Apa Mama bukan orang Islam…!?” “Bukan begitu, Ma… Mia Cuma ingin…” “Mama nggak peduli, Mia. Pokoknya Mama nggak mau anak Mama kelihatan aneh. Apa kata orang lain melihat kamu tertutup seperti itu,” kata Mama, kali ini lembut sambil membelai rambut Mia. “Rambut kamu bagus sekali, Mia…, sadari itu.” “Justru karena Mia sadari itu, Ma…!” ajuk Mia. “Udah, nggak usah dibicarakan lagi. Menurut Mama, yang penting kita berbuat baik selama hidup di dunia ini.



Cukup. Jilbab itu nggak penting, buat apa berjilbab kalau hati berkudis. Kan munafik nama-nya.” “Tapi jilbab itu perintah Allah, Ma! Dan sebagai seorang Muslimah yang baik, kita harus menyesuaikan diri dengan jilbab kita,” jawab Mia. “Udahlah, Mama mau pergi latihan aerobik. Eh, mau ikut nggak? Banyak yang sudah kangen sama kamu. Udah jangan punya pikiran macam-macam ya, Yang.” Mama mengecup kedua pipi Mia dan berlalu. “Bi Nuuuuung, kalau Tuan pulang, bilang suruh makan malam duluan, jangan tungguin saya!” pesan Mama di antara deru Kijang-nya.

Hari itu juga, di meja makan Mia bicara pada Papa. “Jilbab?Tidak! Kamu anak Papa…, kalau anak ustadz, lain masalah,” kata beliau. “Kalau tetap mau pakai juga gimana, Pa?” Papa menghentikan makannya dan memandang Mia tajam “Kalau dilarang, itu tandanya Papa masih sayang. Jangan malu-maluin Papa. Bagaimana nanti dengan masa depan kamu, mau kerja dimana? Pesantren? Mau nikah sama siapa? Guru ngaji yang di kampung-kampung?” “Papa kok sinis gitu…, banyak kok muslimah berjilbab jadi usahawati, nikah dengan insinyur atau dokter… Kan semua ditangan Allah. Nikah dengan guru ngaji di kampung, bagi Mia nggak apa, yang penting dia bisa ngajak ke syurga…” Kamu ngomong apa sih, Mia? Papa nggak suka dengernya!” kata Papa setengah membentak. Tapi tekad Mia sudah bulat. Ia harus berjilbab.

Akhirnya ia pun pergi ke toko busana muslimah dan membeli beberapa stel pakaian muslimah, lengkap beserta jilbab dan kaos kaki. Ia rela ngabisin uang jajannya sebulan untuk itu. “Hari pertama berjilbab, pagi-pagi sekali ia sudah rapi. Via datang membantu Mia mengenakan Jilbab. Mereka pergi ke sekolah dengan leluasa. Cuma Bi Nunung yang tahu. Papa ada acara di luar kota dan Mama belum bangun tidur. Siangnya ketika pulang sekolah, Mia masuk rumah dengan mengendap-ngendap. Di garasi, ia langsung membuka jilbabnya dan memasukkan kain putih itu ke dalam tasnya. Aman. Lagi pula siang-siang begitu biasanya Mama masih di kantor beliau. Seminggu Mia berjilbab dan orang rumah yang tahu Cuma Bi Nung. “Bagaimana kursus modelling kamu, Mia? Tanya Mama suatu hari. “Kok Mbak Soraya nanyain kamu ke Mama. Sudah hampir sebulan kamu nggak hadir.” “Mau berhenti aja, Ma,” jawab Mia enteng. “Apa?” Mama terkejut. “Dulu kamu yang memaksa masuk!” “Mia sudah kelas tiga, Ma. Banyak tugas sekolah,” elaknya.

Tapi hari berikutnya, ketika ia dengan santainya pulang ke rumah karena tak melihat mobil Mama di garasi…, Mia benar-benar terkejut! Mama dengan mata melotot meman-dangnya dari sofa ruang tamu. “Assalaamu’alaikum,” sapanya. Mama diam. “Darimana kamu? Pengajian?” “Dari sekolah, Ma.” “Buka jilbab kamu! Bukaaaaaaaaa!!! sekarang juga anak durhaka! Nggak tahu disayang!!” bentak Mama tiba-tiba. “Ma, maafin Mia…, Mia sayang Mama, tapi Mia harus ngikutin perintah Allah…,” air mata Mia mengalir. “Kamu…ka…mu…,” Mama melotot sambil memegangi dadanya, kemudian… pingsan! “Ni Nung! Bibiiiii!!! Mama, Biiii!” seru Mia panik. **** “Mamamu kena serangan jantung,” kata Dokter Rita. “Ia terkejut, shock! Apa yang mengejutkannya?” Mia menggeleng, “Entah Dok, mungkin Mama shock lihat ini,” kata Mia sedih sambil memegang jilbabnya. Dokter Rita mengernyitkan dahi dan tersenyum. “Jaga Mamamu baik-baik,” kata dokter keluarganya itu.

Malamnya Papa marah-marah dan menggunting-gunting dua jilbab yang tergantung di belakang pintu kamar Mia. Suaranya menggelegar! Keras sekali! Mia betul-betul takut. Esoknya pagi-pagi sekali sebelum Mama dan Papa bangung, Mia sudah ke sekolah. Dengan derai airmata, ia menceritakan semua pada Via. Apa aku lepas saja jilbab ini untuk selama-lamanya, Via? Aku tak tahan disebut anak durhaka…,” suara Mia lirih. “Istiqomah, Mia… Tegarlah! Sabar! Bertahan!” kata Via mengokohkan hatinya. “Ini cobaan, saudaraku!” kata Via sambil menyerahkan sebuah bungkusan besar. “Jilbab dan baju dari teman-teman…”

Kemarin Papa memukulnya! Hal yang paling jarang Papa lakukan. Papa menamparnya berkali-kali hanya karena melihat ia pulang sore dengan jilbabnya. Waktu itu ia memang habis ikut mentoring agama Islam di sekolah. Sungguh, ia tak menyangka kalau Papa pulang cepat. Kemarin itu bahkan Papa sudah menuang-kan minyak tanah ke atas jilbab putihnya! Ia hanya bisa beristighfar berulangkali dan dan menangis. Bi Nung teriak-teriak,sedang Mama hanya memandang sambil me-megangi dadanya! Habis maghrib, Mama masuk ke dalam kamarnya. Mencoba untuk bicara baik-baik. “Kamu minta apa saja Mama turuti, asal kamu jangan berjilbab seperti orang kampung! Apa saja! Mama bahkan berpikir untuk sekolahin kamu ke Harvard. Kalau perlu besok juga Mama belikan kamu mobil, supaya kalau ke lintas Melawai, kamu punya mobil sendiri. Nggak nebeng.” “Mia nggak perlu itu semua, Ma. Mia … Cuma ingin lebih dekat sama Allah,” suara Mia pelan. “Yang penting kita bertaqwa, Mia.” Kata Mama. “Jilbab adalah realisasi taqwa, Ma…” “Buang jilbab-jilbab itu, ya…” Mia cuma diam.

Malamnya itu Mia shalat malam. Ia berdoa agar Allah membuka hati Mama dan Papa, dan semua orang Islam… agar mereka lapang menerima apa yang telah ditetapkan Allah… atau minimal tidak menghalangi mereka yang ingin melaksana-kan ketetapan Allah. Dan hari ini semuanya sudah dibakar Mama. Mama memergokinya mengenakan busana muslimah lagi. “Mbok ya nurut aja sama orangtua toh neng. Ridha Allah itu khan tergantung ridha orangtua. Apalagi Neng orang kota, orang modern, pantesnya ya seperti dulu,” kata Bi Nung. “Kita hanya taat kepada orang tua selama mereka tidak menuruti hawa nafsunya dan tidak menentang Allah, Bi…” “Iyo yo, Neng.” “Itu kata Al-Qur’an, Bi…” “Neng, badan Neng yang biru dan bengkak-bengkak itu Bibi olesin minyak, ya!” Mia mengangguk. Titik airmatanya jatuh. Hanya setitik.

Besoknya badan Mia tiba-tiba menggigil. Ia demam. Dan itu juga jadi alasan bagus dia buat nggak sekolah (karena ia benar-benar nggak punya baju panjang dan jilbab buat ke sekolah). Mama dan Papa tidak pergi ke mana-mana. Mereka mengawasi Mia. Dokter Rita datang, menurut beliau Mia hanya demam biasa. Siangnya, Mia mendengar suara Andika di ruang tamu. Mau apa si Dika datang kemari? Kan udah putus” pikir Mia. Deg! Tiba-tiba saja Mia takut. Dika disuruh Mama Papa untuk melihat keadaannya yang terbaring di kamar ini… atau dia yang disuruh menemui si ‘Pierce Brosnan’ itu! Jujur, Mia kangen…, tapi… astaghfirullah, Mia beristighfar. Seharusnya Mia nggak boleh mikirin itu lagi. “Masuk aja ke dalam yuk. Om temani” Deg! “Nggak usah,Om…, salam aja buat Mia,” “Salam sayang?” suara Mama. “Salam Islam, tante, alias assalaa-mu’alaikum, sama salam jihad selamanya! Permisi Tante.” Mia tertawa di kamar. Alhamdulillah, berarti Kamal si ketua OSIS dan Yayan si ketua Rohis berhasil mengajak Dika ikut mentoring! Tiba-tiba terdengar suara gemerisik dari balik jendela… “Ssst…,Mia… Mia… Sssst!” Mia membuka jendela kamarnya. Subhanallah! Via dan Linda! “Baju dan jilbab alakadarnya. Thanks to Andika yang udah bikin sibuk Mama dan Papa kamu. Udah ya, istiqomah!” Mia tersenyum, tersentuh. Ia bangkit dari tempat tidur dan menyimpan rapi semua pemberian teman-temannya itu.

Mia masih demam. Tapi pagi-pagi buta ia sudah berangkat ke rumah Via dan rencananya langsung ke sekolah. Bi Nung yang tahu ketakutan. “Neng, ati-ati… Aduh, Bibi takut ketahuan!” “Doakan saja saya, Bi. Siang nanti insya Allah saya sudah pulang kok! Saya ke sekolah dulu,” kata Mia sambil mencium tangan Bi Nung. “Mbok ya sing ati-ati…, perasaan Bibi kok ya ndak enak…,” ujar Bibi gemetar.
Di sekolah, anak-anak Rohis juga teman-teman yang lain menyambutnya dengan gembira. Kangen, kata mereka. Padahal setahu Mia, dia Cuma nggak masuk tiga hari. Mia juga sempat melihat Dika. Dika nunduk dan diam saja waktu ketemu. Jam setengah satu siang, bel sekolah berbunyi. Mia baru saja membereskan peralatan sekolahnya ketika tiba-tiba dilihatnya… Papa sudah berkacak pinggang dalam kelasnya! “Pulang!” “Pa…pa…” “Mama menunggu di mobil! Cepat!” seru Papa. Anak-anak ramai memandang. Dengan tenaga yang kuat, Papa menarik tangan Mia. Beberapa peralatan sekolahnya jatuh berceceran. Tapi Papa tak peduli…,terus menariknya… “Pa…pa!” “Anak durhaka! Bikin malu orang tua! Durhaka!” “Pa…,” tangis Mia. Mia merasa satu sekolah menatapnya! “Buka jilbab kamu! Buka! Orang-orang harus tahu kamu punya rambut bagus! Nanti mereka kira kamu botak! Buka! Tangan Papa menarik Jilbab Mia. Mia berontak! “Jjjjangan Pa…, jangan! Jangaaaaaa!! Astaghfirullah!!” Tapi Papa sudah tak peduli! Di-cengkeramnya jilbab Mia. Jilbab itu kemudian terlepas dari kepala Mia! Dagu dan sebagian lehernya berdarah lagi terkena tusukan peniti! Papa terus menyeretnya melewati koridor sekolah…
“Sabar, Pak! Sabar!” seru Pak Jayid dan wakil kepala sekolah. “Mia anak baik, kebanggaan kami, jangan diperlakukan seperti itu!” “Saudara jangan ikut campur! Ini urusan keluarga!” kata Papa kasar. “Ayo pulang, Mia! Pulang!” “Om…, suara Andika. “Sabar Om!” Mia menangis. Oh, kini semua melihatnya tanpa jilbab… juga Dika! Tiba-tiba ia merasakan nyeri merejam hatinya! Astaghfirullah…! “Mau apa kamu, Dika!” “Jangan perlakukan Mia seperti itu!” Dika melempar taplak meja yang sedari tadi dipegangnya pada Mia. Mia buru-buru menutup bagian kepalanya dengan taplak tersebut. “Kalian semua sama saja!”kata Papa. Mia yang tiba-tiba lepas dari cengkeram-an Papa, segera berlari melewati pintu gerbang sekolah. Taplak meja itu masih membungkus kepalanya! Masih didengar-nya suara Via, Linda dan para jilbaber lain yang menyuruhnya bersabar dan istiqomah. hatinya pedih… Mama berhasil mengejar Mia, dan dengan paksa memasukkannya ke mobil. Sepanjang perjalanan pulang Mama mencubitnya dan Papa tak henti memarahi-nya. “Ketahuan sekali lagi kamu pakai jilbab ke sekolah. Mama akan datang ke sekolah kamu tanpa busana!” kata Mama. Mia tersentak! “Dan berhenti saja jadi anak tunggal Papa, kalau hanya untuk memalukan Papa. Papa nggak keberatan untuk memungut anak dan mulai dari awal lagi!” kata Papa. Hati Mia terhempas-hempas! Sampai di rumah, semua baju panjang dan jilbab kembali dibakar Mama dan Papa tanpa ada yang luput. “Ini karena kami sayang sama kamu,” kata Papa akhirnya sambil mencium pipi Mia. “Apalagi kamu satu-satunya putri kami,” kata Mama sambil membelai rambutnya. Mia Cuma diam. beku.

Hanya Allah yang tahu betapa Mia sangat sayang Mama dan Papa…, tapi… apakah untuk membuktikan kecintaannya, ia harus menanggalkan muslimahnya dan kembali seperti dulu? Ya Allah…,berat benar cobaan-Mu ini…? Rintih Mia. Usai shalat malam, Mia membungkus tiga buku dengan rapi. Buku kisah Mush’ab bin Umair, Mu’adz bin Jabal dan Sa’ad bin Abi Waqqash. Kisah tiga tokoh sahabat Nabi Muhammas SAW yang beriman dan berislam mendapat berbagai halangan dan aniaya dari orangtua mereka. Mia ingin Mama dan Papa membacanya, agar mereka menyadari bahwa ni’mat beriman dan berislam tak dapat ditukar dengan apapun… Bahkan dengan dunia dan se-isinya. Mia juga membuat surat untuk Mama dan Papa. Menyatakan bahwa Mia sangat mencintai mereka, tetapi seperti kata Allah dalam surat At-Taubah ayat 24, seperti juga yang disampaikan pak Jayid, bahwa Allah adalah cinta atas segala cinta. Ia ingin menurut pada orangtua sebatas tidak membawa maksiat. Sebatas tidak meng-halangi berjilbab (An-Nur 31 dan Al-Ahzab 59). Dan ia sadar bahwa cinta itu perlu pengorbanan. Begitulah hidup. Berulang kali pula Mia menegaskan bahwa ia sangat cinta pada Papa dan Mama… tetapi kecintaan kepada Allah itu sudah selayaknya jauh lebih besar dan tak terhingga. Dan ia berharap suatu ketika Mama dan Papa sadar dan bisa menerima dia apa adanya.

Sehabis shalat subuh, Mia sibuk mengemasi beberapa potong pakaian dan bekal alakadarnya. Ia akan pergi untuk sementara. Entahlah kemana. Mungkin ke rumah Via atau Linda… atau ke pak Jayid dan istrinya… atau ke rumah Oma. Uang tang seberapa…, tapi untuk sebulan insya Allah sukup. Ia tak mau merepotkan banyak orang. Udara pagi dingin dan basah. Mia membuka jendela kamarnya lebar-lebar. Ia kenakan sweater, celana panjang dan rok sekolah serta kaos kaki dan mukena panjang. Dia tak peduli seperti apa penampilannya kini. Ia harus pergi. Ya, ia harus pergi lewat jendela. Kunci pintu rumah kini hanya ada pada Mama dan Papa.
Sesaat Mia merenung di depan jendela kamar yang terbuka lebar. Haruskah ia pergi? Ia harus tetap berjilbab! Bisakah berjilbab dan tetap berada di rumah ini? Rasa-rasanya tidak. Ia harus pergi… ya, walau sementara! Membawa piranti hatinya yang kini retak! Ma, Pa sayang, "Mia pergi sementara, Mia akan pulang setelah hati Ma dan Pa terbuka bagi Mia dan jilbab Mia… Maafkan Mia, yaaa, Ya Allah…, ampunilah kami agar kami dan semua orang Islam selalu lapang dalam menerima apa yang KAU tetapkan atau minimal tidak meng-halangi mereka yang ingin melaksana-kan ketetapan-Mu. Amin." "Peluk cium." "Ananda Mia Prasanti." Hati Mia teriris sendiri. Dingin udara pagi seolah jadi tak berarti. Tapi Mia tau ia tak sendiri. Astaghfirullah…, bismillah…, diteruskannya langkahnya di tengah gerimis pagi. Tabahkan hatiku,

Robbi……! "Depok, 1994" *DiCerpen dari* *Helvy Tiana Rosa

Aksara Lukisan Hati "Renungan Pribadi"

~°~ Istiqamah Kan Hatiku ~°~

Yaa Allahu Yaa Rahman Engkau Maha Penyayang.... dikala hati ku tertatih karena dunia DiriMu yang selalu.menguatkan hatiku.... Yaa Allahu Yaa Karim engkau Maha Mulia... hanya kepadaMu lah aku memohon dari kejamnya semua di dunia... Yaa Allahu Yaa Muqit engkau Maha Pemberi Kekuatan... di kala hatiku Rapuh hanya DiriMu yang selalu hadir dalam Dzikir ku... Yaa Allahu Yaa Ghafur engkau Maha Pengampun... aku memohon ampun atas semua yang terjadi dalam langkah ku.. Astaghfirullah robbal baroyaa.. Astaghfirullah minal khothooya... Ya Illahi Ya Tuhanku Ampunilah dosa dosa ku Aku rindukan kehadiranMu Sepanjang jalan hayat hidupku Tiada berharap hanya dariMu Ya Illahi mohon aku padaMu Penuh harapan petunjukMu Aku tersesat di jalan ini Tak tau lagi arah kembali Tuntunlah aku kemana pergi aku Berharap atas Keredhaan Mu... Irhamna Yaa Allah...Yaa Rahmaan Yaa Rahiim... dan Istiqamah kan hatiku Yaa Rabb dijalan meniti kehidupan ini!!

Renungan Pribadi... ( Muhasabah )!!! Wahai ayah aku hanya ingin menegakkan sebagian iman ku dijalan Allah azzawajalla... Wahai ibu aku hanya berusaha menjadi seorang manusia yang lebih baik dihadapan Allahu Rabbii... Dalam Doa ku Selalu terpanjat untuk kalian sebagaimana kalian telah menyayangi ku sejak kecil hingga aku dewasa... Allahu Rabbii lindungilah mereka dan bukakan lah mata hati mereka... Hanya sebuah doa yang dapat aku panjatkan.... Yaa Allah Yaa Rahman Yaa Rahim... Ampunilah dosa dosa kedua orangtua ku tiada berharap hanya dariMu.. aamiin Yaa Rabbal alamin....

Introspeksi diri ( Tafakkur ) !! Apa kamu ambil dari kisah ini?¿ Apa Menjadi pilihan kamu dari kisah ini?¿ Dan apa yang membuat kamu merasa yakin terhadap dipilih jika itu benar dari sebuah kisah ini?¿

Wallahu ta'ala alam bissowab!!

 ~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~

♥♥ ♥♥.•*´¨`*•. (`'•.¸ (`'•.¸*¤* ¸.•'´) ¸.•'´) .•*´¨`*•.♥♥ ♥♥

Jazaakumuallah Khoer Kastiiron Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika Semoga Pengingat Pribadi ini bermanfaat Untuk Semua Insyallah Aamiin... karena tiada sedikit pun kesempurnaan hati. Maaf tiada sedikit pun ingin menggurui atau mengajarkan melainkan hanya ingin berbagi ilmu...

 Keep Move On..!! ^_^ #

RenunganHati Salam Ukhwah Wa Istiqamah Walaikumsalam Warahmatullah Wabarakatuh.....!!

By : Dinda Zahratun Nissa

Orang yang Ikhlas itu keren.


Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahim
 
Orang yang Ikhlas itu keren. Dicaci atau dipuji, rasa hatinya tetap dalam kontrol. Ketika ada orang yang menghinanya, maka si penghina seperti sedang menghina udara yang diliputi bukit-bukit gunung, sesuatu yang tak tampak tapi memesona, sehingga kehinaan itu kembali pada si penghina. Seperti Gema.

Orang yang ikhlas itu keren. Ketika ia menyukai kekayaan, maka kekayaan pun berbondong-bondong menghampirinya. Tapi si ikhlas tidak kemaruk, ia pilih kekayaan yang halal dan bermanfaat saja bagi dirinya dan semesta. Sehingga justru, bukan si ikhlas yang sibuk mengejar kekayaan, tapi para kekayaanlah yang unjuk gigi di hadapannya. "Pilih aku saja!" begitu pinta beberapa kekayaan yang berburu sentuhan si ikhlas.

Orang yang ikhlas itu keren. Ketika ia menyukai seseorang maka yang disukainya merasa termagnetisasi dan ingin mendekatinya. Yang disukainya merasa aman jika berdekat-dekatan dengan orang yang ikhlas. Sulit menolak cinta orang yang ikhlas.

Orang yang ikhlas itu keren. Dadanya lapang. Nafasnya penuh kemaafan. Langkahnya ringan dan terarah. Ia tidak merasa bingung dengan dirinya, sebab ia hanya merasa menjalani hidup yang sudah diaturNya. Dia bergerak bukan karena keinginannya, tapi ia bergerak karena Tuhan menggerakkannya. Jadi, gerakannya nyaris sulit bernuansa kesia-siaan apalagi bermaksiat.

Mengapa demikian, karena ikhlas itu itu kosong (bersih) dan berada di bawah (tawadhu). Sedangkan energi pun air menglir ke tempat yang kosong dan rendah. Sehingga berbondong-bondonglah energi kehidupan menghampirinya, sehingga saking banyaknya, ia pun terus berbagi ke semesta. Dan jika pun ada energi negatif yang turut hadir, maka otomatis terpental darinya, sebab wadah hati yang kosong dan rendah itu sudah disaring oleh istighfar yang penuh dengan kemaafan.

Ya Allah, jadikanlah kami orang yang ikhlas, dan berikanlah kami tanda-tandanya, dan jauhkanlah kami dari kemusyrikan, kesombongan, dan kemunafikan....

Wallahu a'lam bis-bishawab
 
By : Mencari Rezky

Senin, 20 Agustus 2012

Antara Harus Sedih Atau Bahagia?

Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahim



TAK terasa kita telah berada di penghujung bulan Ramadhan. Dan nyatanya, ada dilema di diri saya yaitu harus bahagia menyambut datangnya hari raya ataukah harus sedih karena bulan penuh berkah akan pergi meninggalkan. Banyak orang yang menyambut hari raya dengan kemewahan. Namun sesungguhnya orang yang lulus melewati ujian Ramadhan, dan mendapat Lailatul Qadar menyambutnya dengan ketaqwaan.

Banyak yang berkata hari ini adalah puasa terakhir, jika demikian halnya maka hanya selama Ramadhan kita berpuasa selepasnya kita bisa makan sepuasnya tanpa mempedulikan orang disekitar kita. Dan saya tidak pernah menganggap hari raya adalah akhir dari perjalanan Ramadhan.

Bukankah Ramadhan adalah bulan kita belajar, dan sebelas bulan setelahnya adalah bulan saat kita mengaplikasikan ajaran Ramadhan. Dan tidakkah kita ingin berjumpa kembali dengan Ramadhan. Ini bukan puasa terakhir saya, karena selepas Ramadhan masih banyak waktu untuk ibadah layaknya Ramadhan seperti puasa sunah lainnya.

Orang berbondong-bondong membeli pakaian baru, tapi bagi orang yang beriman dikatakan bahwa iman itu telanjang, pakaiannya adalah taqwa, dan perhiasannya adalah malu. Jadi hari raya orang beriman bukan pakaian baru, tapi ketakwaan yang meningkat dan rasa malu terhadap Yang Maha Kuasa yang berlebih. Dan buah dari keimanan adalah ilmu, buah dari ilmu adalah akhlak, jadi jelas orang yang sukses Ramadhannnya pasti kepribadian, ibadah, maupun tutur katanya lebih baik dari sebelumnya.

Lihatlah bagaimana seekor ulat berpuasa dalam kepompongnya. Ia berhasil berubah menjadi makhluk yang lebih indah bernama kupu-kupu. Semoga setelah kita berpuasa kita pun bisa menjadi makhluk Allah yang lebih indah perangainya.

Bahagia karena hari raya dan sedih karena harus meninggalkan Ramadhan adalah resiko yang ditanggung. Sehingga konsekuensinya menyambut hari raya bukan dengan kemewahan tapi cukup kesederhanaan, tidak dengan foya-foya apalagi riya cukup dengan memohon maaf kepada keluarga dan tetangga.

Selamat tinggal Ramadhan semoga tahun depan umur kami masih bisa menjumpai nikmatnya berpuasa, indahnya tadarus Al Qur’an, bahagianya berzakat, lezatnya bersilaturahmi, cerianya beri’tikaf dan gembiranya shalat tarawih. Yang semua pahala  dilipat gandakan dan tidak kami temukan di bulan lainnya. Dan semoga semua itu konsisten kami lakukan selepas Ramadhan.

wallahu a'lam bish-shawab

By Mencari Rezky

Minggu, 12 Agustus 2012

4 Tingkat Manusia Dalam Menghadapi Ujian / Musibah


Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
 
Bismillahirrahmanirrahim
Manusia terbagi menjadi 4 tingkatan dalam menghadapi ujian atau musibah.

Tingkatan Pertama : Marah-Marah

Ini terbagi kepada beberapa macam:

Terjadi di dalam hati, misalnya jengkel terhadap Tuhan karena taqdir buruk menimpanya. Ini dilarang dalam Islam, terkadang malah bisa menjerumuskan kepada kekufuran. Allah Ta’ala berfirman: "Di antara manusia ada yang menyembah Allah dengan berada di tepi, maka jika memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keaadaan itu, dan jika ditimpa suatu bencana berbaliklah ia ke belakang. Ia rugi dunia dan akhirrat" [QS.Al-Hajj : 11]
Dengan lidah, misalnya meminta celaka dan binasa dan yang semisal itu. Ini juga dilarang.
Dengan anggota tubuh seperti menampar pipi, merobek saku, menjambak rambut dan semisalnya.

Semua ini dilarang karena bertentangan dengan sabar yang merupakan kewajiban setiap muslim.


Tingkatan Kedua : Bersabar

Seperti diucapkan oleh seorang penyair "sabar seperti namanya, pahit rasanya tetapi lebih manis akibatnya dari pada madu" Maka orang ini akan melihat bahwa suatu musibah itu berat, namun ia tetap menjaga imannya sehingga tidak marah-marah, meski ia berpandangan bahwa adanya musibah itu dan ketiadaannya tidaklah sama. Ini hukumnya wajib karena Allah Ta’ala memerintahkan untuk bersabar. Dia berfirman : "Bersabarlah kalian, sesunguhnya Allah berserta orang-orang yang sabar" [ QS.Al-Anfa : 46]

Tingkatan Ketiga: Ridha, dalam arti Ikhlas
 
Yakni manusia ridha dengan musibah yang menimpanya. Ia berpandangan bahwa ada dan tidaknya musibah sama saja baginya, sehingga adanya musibah tadi tidak memberatkannya. Ia pun tidak merasa berat memikulnya. Ini dianjurkan dan tidak wajib menurut pendapat yang kuat. Perbedaan tingkatan tiga ini dengan tingkatan sebelumnya nampak jelas karena adanya musibah dan tidak adanya sama saja dalam tingkatan ridha. Adapun pada tingkatan sebelumnya, jika ada musibah dia merasakan berat, namun ia tetap bersabar.

Tingkatan Keempat : Bersyukur

Ini merupakan tingkatan yang paling tinggi. Di sini seseorang bersyukur atas musibah yang menimpanya karena ia memahami bahwa musibah ini menjadi sebab pengampunan kesalahan-kesalahannya bahkan mungkin malah menambah kebaikannya.

"Tidaklah seorang Muslim menderita karena kesedihan, kedudukan, kesusahan, kepayahan, penyakit, dan gangguan duri yang menusuk tubuhnya kecuali dengan itu Allah mengampuni dosa-dosanya." (HR Bukhari)

wallahu a'lam bish-shawab
By : Mencari Rezky

Sumber: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Diam itu Emas, Bicara Baik dan Benar itu Berlian.

Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
 
Bismillahirrahmanirrahim

Bagi mereka yang beriman, lidah yang dikurniakan oleh Allah itu tidak digunakan untuk berbicara sesuka hati dan sia-sia. Sebaliknya digunakan untuk mengeluarkan mutiara-mutiara yang berhikmah. Oleh itu, DIAM adalah benteng bagi lidah manusia daripada mengucapkan perkataan yang sia-sia.

HIKMAH DIAM
1. Sebagai ibadah tanpa bersusah payah.
2. Perhiasan tanpa berhias.
3. Kehebatan tanpa kerajaan.
4. Benteng tanpa pagar.
5. Kekayaan tanpa meminta maaf kepada orang.
6. Istirihat bagi kedua malaikat pencatat amal.
7. Menutupi segala aib.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya”. [Bukhari no. 6018, Muslim no. 47]

Kalimat “barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat”, maksudnya adalah barang siapa beriman dengan keimanan yang sempurna, yang (keimanannya itu) menyelamatkannya dari adzab Allah dan membawanya mendapatkan ridha Allah, “maka hendaklah ia berkata baik atau diam” karena orang yang beriman kepada Allah dengan sebenar-benarnya tentu dia takut kepada ancaman-Nya, mengharapkan pahala-Nya, bersungguh-sungguh melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Yang terpenting dari semuanya itu ialah mengendalikan gerak-gerik seluruh anggota badannya karena kelak dia akan dimintai tanggung jawab atas perbuatan semua anggota badannya, sebagaimana tersebut pada firman Allah :

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya kelak pasti akan dimintai tanggung jawabnya”. (QS. Al Isra’ : 36)
dan firman-Nya: “Apapun kata yang terucap pasti disaksikan oleh Raqib dan ‘Atid”. (QS. Qaff : 18)
Bahaya lisan itu sangat banyak. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga bersabda:
“Bukankah manusia terjerumus ke dalam neraka karena tidak dapat mengendalikan lidahnya”.
Beliau juga bersabda :
“Tiap ucapan anak Adam menjadi tanggung jawabnya, kecuali menyebut nama Allah, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah kemungkaran”.

Barang siapa memahami hal ini dan beriman kepada-Nya dengan keimanan yang sungguh-sungguh, maka Allah akan memelihara lidahnya sehingga dia tidak akan berkata kecuali perkataan yang baik atau diam.
Sebagian ulama berkata: “Seluruh adab yang baik itu bersumber pada empat Hadits, antara lain adalah Hadits “barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam”. Sebagian ulama memaknakan Hadits ini dengan pengertian; “Apabila seseorang ingin berkata, maka jika yang ia katakan itu baik lagi benar, dia diberi pahala. Oleh karena itu, ia mengatakan hal yang baik itu. Jika tidak, hendaklah dia menahan diri, baik perkataan itu hukumnya haram, makruh, atau mubah”. Dalam hal ini maka perkataan yang mubah diperintahkan untuk ditinggalkan atau dianjurkan untuk dijauhi Karena takut terjerumus kepada yang haram atau makruh dan seringkali hal semacam inilah yang banyak terjadi pada manusia.
Allah berfirman :
“Apapun kata yang terucapkan pasti disaksikan oleh Raqib dan ‘Atid”. (QS.Qaaf : 18)
Para ulama berbeda pendapat, apakah semua yang diucapkan manusia itu dicatat oleh malaikat, sekalipun hal itu mubah, ataukah tidak dicatat kecuali perkataan yang akan memperoleh pahala atau siksa. Ibnu ‘Abbas dan lain-lain mengikuti pendapat yang kedua. Menurut pendapat ini maka ayat di atas berlaku khusus, yaitu pada setiap perkataan yang diucapkan seseorang yang berakibat orang tersebut mendapat pembalasan.

Kalimat “hendaklah ia memuliakan tetangganya…….., maka hendaklah ia memuliakan tamunya” , menyatakan adanya hak tetangga dan tamu, keharusan berlaku baik kepada mereka dan menjauhi perilaku yang tidak baik terhadap mereka. Allah telah menetapkan di dalam Al Qur’an keharusan berbuat baik kepada tetangga dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
“Jibril selalu menasehati diriku tentang urusan tetangga, sampai-sampai aku beranggapan bahwa tetangga itu dapat mewarisi harta tetangganya”.
Bertamu itu merupakan ajaran Islam, kebiasaan para nabi dan orang-orang shalih. Sebagian ulama mewajibkan menghormati tamu tetapi sebagian besar dari mereka berpendapat hanya merupakan bagian dari akhlaq yang terpuji.

Pengarang kitab Al Ifshah mengatakan : “Hadits ini mengandung hukum, hendaklah kita berkeyakinan bahwa menghormati tamu itu suatu ibadah yang tidak boleh dikurangi nilai ibadahnya, apakah tamunya itu orang kaya atau yang lain. Juga anjuran untuk menjamu tamunya dengan apa saja yang ada pada dirinya walaupun sedikit. Menghormati tamu itu dilakukan dengan cara segera menyambutnya dengan wajah senang, perkataan yang baik, dan menghidangkan makanan. Hendaklah ia segera memberi pelayanan yang mudah dilakukannya tanpa memaksakan diri”. Pengarang juga menyebutkan perkataan dalam menyambut tamu.

Selanjutnya ia berkata : Adapun sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam “maka hendaklah ia berkata baik atau diam” , menunjukkan bahwa perkatan yang baik itu lebih utama daripada diam, dan diam itu lebih utama daripada berkata buruk. Demikian itu karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam sabdanya menggunakan kata-kata “hendaklah untuk berkata benar” didahulukan dari perkataan “diam”. Berkata baik dalam Hadits ini mencakup menyampaikan ajaran Allah dan rasul-Nya dan memberikan pengajaran kepada kaum muslim, amar ma’ruf dan nahi mungkar berdasarkan ilmu, mendamaikan orang yang berselisih, berkata yang baik kepada orang lain. Dan yang terbaik dari semuanya itu adalah menyampaikan perkataan yang benar di hadapan orang yang ditakuti kekejamannya atau diharapkan pemberiannya.

DIAM ITU EMAS

•Dalam Upaya Mendewasakan Diri Kita, Salah Satu Langkah Yang Mesti Kita Pelajari Yaitu Bagaimana Menjaga Lisan Dengan Baik Dan Benar

•Sebagaimana Sabda Rasulullah : "Barang Siapa Yang Beriman Kepada Allah SWT Dan Hari Akhi
r Hendaklah

•Berkata Benar Atau Diam"

•HR.Al Bukhari

Diam itu Emas, Bicara Baik dan Benar itu Berlian.

Silence is the true friend that never betrays. Diam, akan memberi ruang untuk anda. Diam , akan memberi ruang untuk lingkungan anda.Diam, akan memberi ruang untuk telinga anda untuk mendengar: mendengar kebijakan , mendengar keindahan, mendengar kebaikan , mendengar bisikan -bisikan hati nurani , bahkan mendengar kesuksesan.
Diam! jangan berpikir
Perbanyak gunakan hati
Diam !jangan mengeluh
perbanyak mensyukuri dengan apa yang telah anda miliki
Diam! jangan mengatur
Perbanyak memberi ruang dan kebebasan
Diam ! jangan mengkritik
Perbanyak merenung dan memperbaiki diri
Diam! berhentilah berbicara
Perbanyak menikmati ketenangan
Dari pada seribu kata yang tidak berarti
lebih baik sepatah kata yang penuh arti
Yang dapat membuat sipendengar penuh damai.

Allah SWT menciptakan hanya satu mulut, sedangkan mata dan telinga masing-masing dua. Orang bijak mengatakan , agar kita lebih banyak melihat dan mendengar dibanding berbicara.
Keseimbangan antara bicara dan diam adalah kunci sukses kedalaman siapa anda.anda harus tahu kapan anda bicara dan kapan harus diam. keseimbangan ini hanya anda yang tahu. Coba renungkan …Jika saat ini anda terlalu diam dan kurang bisa bicara, maka belajarlah untuk mengeluarkan pendapat anda !namun bila anda sudah terlalu banayk bicara , maka sebaiknya anda diam.!
Segera berubahlah menuju titik keseimbangan dalam diam dan bicara. Perbanyak pula keheningan dalam lingkungan anda, agar untuk mendapatkan kejernihan berpikir, kejernihan dalam mengambil keputusan.

wallahu a'lam bis-shawab 

By : Mencari Rezky

Jumat, 10 Agustus 2012

Keistimewaan (Keutamaan) Dan Hikmah 10 Hari Terakhir Di Bulan Puasa Ramadhan

Assalamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Tidak terasa Ramadhan 2012 ini akan memasuki 10 hari terakhir. Sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan yang paling utama dinamakan Itqun Minan Nar atau Pembebasan dari Api Neraka. Rasulullah SAW Bersabda :
“Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha bahwa Rasulullah SAW apabila memasuki sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, Beliau menghidupkan malam dan membangunkan anggota keluarganya dan Beliau kencangkan pakaiannya” (H.R. Bukhari dan Muslim).
“Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha (dia berkata) Rasulullah SAW bersungguh-sungguh (beribadah apabila telah masuk) malam kesepuluh (terakhir), yang tidak pernah Beliau lakukan pada malam-malam lainnya” (HR. Muslim).
Pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, umat Islam dianjurkan untuk selalu beri’tikaf. I’tikaf merupakan penyempurnaan ibadah puasa di bulan Ramadhan, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
“Diriwayatkan dari `Aisyah Radhiyallahu Anha bahwa Rasulullah SAW beri`tikaf di malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan hingga ajal menjemputnya, kemudian sunnah ini dihidupkan lagi oleh isteri-isteri Rasulullah selepas kematiannya” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Sepuluh hari terakhir malam bulan Ramadhan merupakan keutamaan yang dipilih Allah SWT karena disaat itulah datangnya Lailatul Qadar, yang didalamnya sarat dengan keistimewaan yang tidak terdapat pada malam-malam yang lain.

Pertama, karena sepuluh terkahir ini merupakan penutupan bulan Ramadhan, sedangkan amal perbuatan itu tergantung pada penutupannnya atau akhirnya. Rasulullah saw berdoa: “Ya Allah, jadikan sebaik-baik umurku adalah penghujungnya. Dan jadikan sebaik-baik amalku adalah pamungkasnya. Dan jadikan sebaik-baik hari-hariku adalah hari di mana saya berjumpa dengan-Mu Kelak.”
Sepuluh akhir Ramadhan merupakan pamungkas bulan ini, sehingga diharapkan, setiap manusia mengakhiri Ramadhan dengan kebaikan, yaitu dengan mencurahkan daya dan upaya untuk meningkatkan amaliyah ibadah di sepanjang sepuluh hari akhir Ramadhan ini.

Kedua, karena dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan kuat dugaan datangnya lailatul qadar, karena lailatul qadar bisa saja datang pada bulan Ramadhan secara keseluruhan, sesuai dengan firman Allah swt: “Sesungguhnya Kami telah turunkan Alquran pada malam qadar.” Dan firmanNya: “Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkan di dalamnya Alquran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan dari petunjuk dan pembeda -antara yang hak dan yang batil.”

Alquran juga menyebutkan: “Lailatul qadar, adalah malam lebih baik dari seribu bulan.” Karenanya Rasul berpesan: “Carilah lailatul, terutama pada malam-malam ganjil pada sepuluh terakhir Ramadhan.”
Semoga dengan artikel di atas, semakin menambah kesempurnaan ibadah kita di sisa 10 hari terakhir Ramadhan ini.

wallahu a'lam bish-shawab

By : Mencari Rezky

perintah untuk membaca (iqra' = bacalah)...Iqra, "Bacalah dengan Akal dan Qalbu"

Assalamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Iqra, "Bacalah dengan Akal dan Qalbu"


Wahyu pertama yang diterima oleh rasulullah Saw.

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang

menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari

'alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah.

Yang mengajar manusia dengan pena, mengajar manusia

apa yang tidak diketahuinya" (QS Al-'Alaq [96]: 1-5).

Firman Allah yang mengawali kitab suci Alquran, di awali dengan perintah untuk membaca (iqra' = bacalah).

Fi’l amar atau kalimat perintah iqra (bacalah) di dalam firman Allah ini sama sekali tidak menjelaskan obyek (maf 'ul bih) nya.

Dalam tinjauan ilmu Nahwu berarti bahwa perintah tersebut tidak ditujukan pada obyek tertentu. akan tetapi memiliki makna yang bersifat umum.

Menurut ilmu balaghah kalimat perintah ini tidak bersifat mutlaq, tetapi mu qayyat (bersyarat), yakni bahwa perintah iqra (membaca) pada konteks ayat bukanlah membaca sesuatu yang bebas nilai.

Akan tetapi mempunyai nilai hakiki, bismirabbika, alladzi khalaq (dengan nama Tuhanmu, Yang Maha Menciptakan).

Inilah yang membedakan antara membaca yang bernilai ibadah dengan membaca dalam bentuk yang lain dan tidak memiliki nilai apapun kecuali kesia-siaan.

Makna iqra' ditafsirkan dengan bermacam ragam makna oleh para mufassirin (ulama tafsir).

Di antaranya, perintah iqra (bacalah) menghendaki perpindahan dari pasif menjadi aktif dan diam kepada bergerak. yaitu;

"Bacalah yang tertulis, sehingga pengetahuan dan keahlian bertambah.

Bacalah yang didiktekan, diajarkan oleh utusan Tuhan. Sampai kamu sendiri mengerti dan yang mendengar memahami.

Bacalah yang termaktub dalam rahasia alam yang beraneka warna, agar kamu jadi sadar dan mendapat sinar iman."

Membaca memiliki proses timbal balik antara individu secara total dengan informasi yang dibaca. Seseorang yang membaca akan memperoleh pengetahuan (ilmu).

Membaca Al-Qur’an berarti menimba ilmu dari Al Qur'an. Membaca alam berarti menggali pengetahuan dan alam.

Membaca tidak sekedar melihat atau mengeja bacaan tanpa mengetahui arti.

Disimpulkan makna perintah iqra’ (membaca) tersebut mengandung beberapa pengertian.

Pertama, bacalah ayat-ayat Allah sebagai kalamullah yang ada dalam Alquranul Karim (al Aayaat al Qauliyyah).

Kedua, bacalah ayat-ayat Allah yang tercipta dan terbentang di alam semesta (al Aayaat al Kauniyah).

Dalam Alquran terdapat ratusan ayat yang memerintahkan manusia agar melihat. memperhatikan. memikirkan. merenungkan.


Demi terlaksananya perintah ini, maka Allah membekali manusia dengan beberapa instrumen. yang menjadi alat bagi mereka untuk memperoleh pengetahuan, di antaranya ;

Pancaindra manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba menempati posisi yang sangat penting bagi manusia dan sangat berguna untuk menangkap pesan tentang benda-benda dan keadaan yang ada di lingkungan sekelilingnya.

Akal, yang berfungsi pada tataran rasionalitas. Akal memiliki kemampuan untuk mengumpul data, menganalisa, mengolah dan membuat kesimpulan dari yang telah tertangkap dan diinformasikan oleh pancaindra.

Iqra disini dapat berarti bacalah, telitilah, dalamilah, bacalah alam, tanda-tanda zaman. Artinya kita membaca dan mentafakuri suatu objek dengan akal dan qolbu kita. Dengan kemampuan iqra, kita bisa menciptakan kemashlahatan di muka bumi. Teknologi canggih dizaman sekarang merupakan bukti keberhasilan manusia iqra dengan menggunakan akalnya. Akan tetapi terkadang kita gagal meng-iqra-kan sesuatu dengan qalbu kita.

Oleh karena itu alangkah baiknya jika manusia sebagai makhluk khalifah di bumi, agar dapat menyelaraskan iqra dengan menggunakan akal dengan qolbu. Sehingga manusia tidak hanya cerdas dalam akalnya saja tetapi juga jenius dalam mengolah qolbunya. itulah

"Ketahuilah bahwa dalam jasad ini ada segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila ia buruk maka buruklahlah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah qolbu".(HR. Riwayat Al Bukhari dan Muslim).

wallahu a'lam bish-shawab
 
By : Mencari Rezky

Kunci Sukses Rasulullah Dalam Bisnis,...Bisnis yang benar menurut islam adalah bisnis yang menerapkan nilai-nilai syariat islam tentunya.

Assalamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh.
 
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Kunci Sukses Rasulullah Dalam Bisnis


PERTAMA
Bekerja sebagai sarana menuju surga. Bekerja bukan semata mata mencari dunia, tetapi di niatkan untuk mencari bekal ibadah

DUA
Tidak pernah main-main dengan "kejujuran"dan "kepercayaan". Salah satu hal tersebut adalah kunci keberhasilan. Kejujuran akan menumbuhkan kepercayaan

TIGA
Berfikir visioner, kreativ dan siap menghadapi perubahan.Usaha harus dikembangkan dengan visi jauh ke depan.

EMPAT
Memiliki rencana dan tujuan yang ingin di capai. Rasulullah selalu merencanakan pekerjaan dengan baik dan melaksanakan dengan ketekunan, keuletan dan kecerdasan untuk mencapai sukses

LIMA
Memperhatikan karyawan dengan lebih baik. Rasulullah menganjurkan memberi gaji selagi keringat belum kering

ENAM
Mengembangkan usaha dengan sinergi yang baik. Dengan berninergi banyak mendapatkan keuntungan

TUJUH
Semua pekerjaan dilakukan dengan kasih sayang dan cinta sehingga tidak akan muncul keterpaksaan dalam melaksanakan pekerjaan

DELAPAN
Pandai bersyukur dan berucap terima kasih atas apa yang telah di peroleh. Dengan bersyukur Allah dijanjikan akan di tambah.

SEMBILAN
Berusaha untuk menjadi yang bermanfaat bagi orang lain



Bisnis yang benar menurut islam adalah bisnis yang menerapkan nilai-nilai syariat islam tentunya.

Kesuksesan Nabi Muhammad dalam berbisnis telah dirasakan sejak usia mudanya. Beliau banyak menerapkan strategi marketing bisnis yang sangat cerdas, tidak merugikan orang lain tapi menguntungkan bagi pebisnis yang menerapkannya.

Berikut adalah tips atau strategi marketing yang dilakukan Rasulullah SAW dalam mengembangkan bisnisnya

1. Jadikan "Jujur" Sebagai Brand Bisnis

Berkat kejujuran beliau (dalam segala hal), nabi Muhammad mendapatkan julukan Al-Amin (Yang Dapat Dipercaya). Sikap jujur dalam bisnis ini beliau tunjukkan pada customer maupun pemasok barang dagangannya. Pada masa awal mula berbisnis, nabi mengambil barang dagangannya ke Khadijah, seorang konglomerat kaya raya yang akhirnya menjadi istrinya.

Ketika bekerjasama dengan Khadijah, beliau selalu bersikap jujur. Selain jujur pada Khadijah, beliau juga jujur pada pelanggannya. Hal ini tercermin ketika pelanggan mendatanginya, beliau memasarkan barangnya dengan menjelaskan semua keunggulan dan kekurangan barang tersebut, tanpa mengharapkan keuntungan lebih besar dari hasil penjualannya.

Bagi nabi Muhammad, kejujuran harus dijadikan brand dagang para pebisnis. Apapun jenis bisnisnya, kejujuran harus tetap ditempatkan pada posisi yang utama.

2. Sayangi Pelanggan

Pelanggan atau pembeli adalah raja, demikianlah prinsip dalam bisnis. Menarik satu pelanggan memang sulit tapi mempertahankannya justru lebih sulit. Nabi Muhammad memberikan contoh bahwa keuntungan dalam berbisnis hanyalah sekedar "hadiah" dari upaya kita.

Nabi selalu melayani costumers dengan ikhlas, beliau tidak relah jika pelanggannya tertipu saat membeli barangnya. Pesan yang disampaikan oleh beliau adalah "Cintailah saudaramu seperti mencintai dirimu sendiri".

Jika pelayanan yang kita berikan kepada pelanggan itu memuaskan maka pelanggan juga akan terus percaya dan akan terus berlangganan dengan produk yang anda tawarkan. Begitu pula sebaliknya.

Letakkan kepuasan pelanggan ditingkat yang lebih tinggi. Cobalah memenuhi janji seperti apa yang pernah anda iklankan dalam pemasaran anda. Ini justru akan mengangkat kepercayaan pelanggan terhadap bisnis atau usaha anda.

3. Bedakan Jenis Produk Anda

Rasulullah saw juga memberikan contoh untuk memisahkan antara barang yang bagus dan barang yang jelek. Selain itu, beliau juga membedakan harga sesuai kualitas produknya. Bukan menyamakan semua produk tanpa melihat kualitas produknya.

Dalam dunia marketing bisnis kita mengenal banyak jenis produk yang bisa dipasarkan. Tapi, faktanya justru sebaliknya. Sebagian besar malah mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dari "Cacat Produk". Ini tentu akan merugikan pelanggan dan akan membuat pelanggan tidak percaya lagi dengan anda.

Mungkin masih banyak lagi nilai-nilai yang dapat diambil dari strategi marketing ala Rasulullah Muhammad SAW. Tapi jika anda pernah membaca atau sekedar ingin menambahkan silahkan ditulis saja di komentar.


NB :
Menjadikan Bekerja sebagai ladang menjemput syurga: Rasulullah menganggap bekerja adalah termasuk ibadah manusia kepada Allah yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan berharap hasil terbaik dalam hidupnya. Sebagai diriwayatkan dalam hadist berikut ini:

"Sesungguhnya Allah sangat senang jika salah satu di antara kalian mengerjakan suatu pekerjaan yang dengan tekun dan sungguh-sungguh".(HR. Bukhari dan Muslim)


wallahu a'lam bish-shawab


By : Mencari Rezky


Sumber :
1]. AMIRULLOH SYARBINI & J. HAYADI DALAM BUKU MUHAMMAD SEBAGAI BISNISMAN ULUNG
2]. Rahasia Bisnis Rasulullah (Prof. Laode Kamaluddin, Ph.D.)
3]. Prof. Laode, PH.D dalam buku Rasulullah Business' School
4]. Thorik Gunara & Utus Hardiono Sudibyo : Marketing Muhammad saw. - Strategi Andal dan Jitu Praktik Bisnis Nabi Muhammad saw

5].  Syafii Antonio - Strategi Bisnis Nabi Muhammad
6].  Management Syari'ah - Abu Hasan

Kamis, 09 Agustus 2012

Jangan Sia-Siakan Puasa Anda! Menahan haus Dan Lapar Saja

Assalamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh.
 
 Bismillaahirrahmaanirrahiim


Saudaraku! Betapa besar penyesalan yang anda alami bila semasa hidup di dunia senantiasa berpuasa, menahan lapar, haus, dan lelah, akan tetapi puasa anda tidak diterima Allah. Akibatnya, andapun tidak terjauhkan dari api neraka.

Apa penyebabnya? Temukanlah jawabannya pada sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berikut:


"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, niscaya Allah tidak akan menerima amalannya (yanga hanya berupa) meninggalkan makanan dan minuman semata." (Riwayat Bukhari)

Pada riwayat lain, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


"Puasa adalah perisai, maka orang yang sedang berpuasa hendaknya tidak berkata-kata keji dan berperilaku layaknya orang-orang bodoh (semisal berteriak-teriak -pen). Dan bila ada seseorang yang memerangi atau mencacinya, hendaknya ia membela diri dengan berkata: "Sesungguhnya aku sedang berpuasa, 2 kali." (Riwayat Bukhari)

Ibnul Araby Al Maliky berkata: "Sesungguhnya puasa itu berperan sebagai perisai dari siksa api neraka, karena hakikat puasa ialah menahan diri dari seruan syahwat. Sedangkan neraka diselimuti oleh seruan-seruan syahwat. Dengan demikian bila anda berhasil menahan diri dari godaan syahwat anda semasa di dunia, maka amalan anda ini akan menjadi tabir pelindung bagi diri anda dari sengatan siksa api neraka di akhirat." (Fathul Bari oleh Ibnu hajar Al Asqalaani 4/104)

Inilah yang akan merusak puasa anda, karenanya, bersama ini saya mengucapkan selamat berjuang menjaga puasa anda dari segala seruan syahwat anda. Doa saya, semoga Allah Ta'ala memudahkan perjuangan anda. Shalawat dan salam tidak lupa untuk kita haturkan kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

NB :

 Puasa Hanya Menghasilkan Lapar dan Haus

1. Berkata dusta atau bohong
2. Berkata sia-sia atau yang tidak punya manfaat
3. Rafas atau berkata yang membangkitkan syahwat atau hubungan seks atau yang merangsang
4. Berkata keji dan kotor termasuk mencaci dan memaki orang lain
5. Melakukan sesuatu yang sia-sia atau tidak ada gunanya seperti main catur, main kartu dlsb walaupun tidak bertaruh atau judi
6. Berbuat jahil atau jahat kepada orang lain
7. Melakukan segala perbuatan yang dapat membatalkan puasa atau mengurangi pahala puasa seperti melihat atau mendengar gossip termasuk menonton infotaintmen yang membicarakan aib orang lain.
8. Dan lain-lain perbuatan yang tidak sesuai dengan tujuan puasa itu yaitu menahan diri dari segala perbuatan tercela.

wallahu a'lam bish-shawab

By : Mencari Rezky

Rabu, 08 Agustus 2012

Sudah Siapkah Kita, Bila Allah SWT Bertanya Pada Kita

Assalamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim


Setiap Kita Akan Ditanya

Karena dahsyatnya Hari Pembalasan, maka Allah memerintahkan hamba-Nya untuk selalu menghitung diri dan mempersiapkan hari depan, sehingga ketika datang kematian, maka ia tidak dalam keadaan lalai dan terlena. Dia berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. 59:18)

Imam Ibnu Katsir berkata, “Mak-sudnya adalah hitunglah diri kalian sebelum nanti dihitung, lalu lihatlah apa yang telah kalian siapkan berupa amal shalih untuk bekal hari kepulanganmu dan menghadap Tuhanmu.”

Seorang mukmin harus selalu menghitung diri karena ia tahu bahwa kelak besok di hadapan Allah ia akan dihisab. Allah telah memberitahukan kepada kita, bahwa kita semua nanti akan ditanya tentang nikmat yang telah kita terima di dunia,

“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu ).” (QS. 102:8)

Kita semua akan ditanya tentang nikmat itu, makan dan minum yang kita santap, harta benda, rumah, kendaraan dan pakaian, untuk apa semua itu dan bagaimana kita memperolehnya. Nabi n telah bersabda,

“Tak akan bergeser kaki seorang hamba, sehingga ia ditanya tentang empat hal; Tentang umurnya dihabiskan untuk apa, tentang ilmunya apa yang ia amal-kan dengan ilmu itu, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan kemana ia belanjakan, dan tentang badannya untuk apa ia gunakan”

Mari kita semua menjawabnya, tentunya dengan jawaban yang benar dan jujur, sebab perkara ini bukan perkara sepele dan main-main.Ini butuh keseriusan karena berkaitan dengan ujung nasib kita, surga atau neraka.

Salah seorang ulama salaf berkata,” Andaikan Allah mengancamku, bahwa jika aku bermaksiat kepada-Nya, maka Dia akan memenjarakanku di dalam sel yang sempit, maka itu sepantasnya membuatku untuk tidak malas dalam beribadah, maka bagaimana lagi jika ia telah mengancamku dengan siksa api neraka, jika aku bermaksiat kepada-Nya?


wallahu a'lam bish-shawab

By : Mencari Rezky

TAQWA JANGAN DI BIBIR SAJA

Assalamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim


Hal di atas membuktikan bahwa kalimat takwa yang mereka ucapkan dan sampaikan kepada saudara seiman tidaklah sekadar di bibir, dan bukan pula isapan jempol semata.

Berbeda sekali dengan kondisi kita pada zaman ini. Nasihat takwa yang kita ucapkan kepada teman kita, atau kita sampaikan kepada khayalak di mimbar-mimbar atau di majelis-majelis ilmu, hanya sebagai formalitas saja, atau pemanis di bibir saja, tanpa ada aplikasi nyata dalam kehidupan sehari-hari kita. Sehingga nasihat itu terasa hambar dan buyar tidak berbekas.
Perbuatan-perbuatan dosa dan kesalahan serta kekhilafan yang sering kita lakukan kerap kali kita acuhkan dan tidak kita iringi dengan perbuatan taubat apalagi membalasnya dengan perbuatan baik atau amal shalih, maka itu sangatlah jauh, ibarat panggangan jauh dari api.

Sementara akhlak kita dengan sesama manusia, tidaklah kunjung berubah dari hari ke hari, masih tetap sama, bahkan lebih buruk, itu terhadap manusia, apalagi akhlak terhadap lingkungan sekitar. Sangat jauh, sangat jauh, sangat jauh, untuk memperlihatkan akhlak mulia di hadapan sesama.
Kalau demikian, bagaimana kita bisa bersanding bersama Rasulullah di tingkatan surga paling tinggi yang hanya diraih oleh orang-orang yang berakhlak mulia.


Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan. [QS. An-Nur (24) 52]

Orang yang benar-benar mendapat kemenangan adalah yang menang di kehidupan akherat, mereka para pemenang itu akan diberi kedudukan yang tinggi dan ditempatkan di tempat yang mulia, tempat yang sudah disediakan Allah SWT untuk mereka, mereka yang takut kepada Allah SWT disebabkan dosa-dosa yang pernah dikerjakannya serta  memelihara diri dari segala macam dosa-dosa yang mungkin terjadi.  Disaat kebanyakan orang melihat dunia adalah segala-galanya mereka memandang dunia hanyalah sarana, diwaktu umumnya orang ingin mengekalkan kekuasannya di dunia mereka melihat dunia ini sementara dan fana, itu semua karena adanya keimanan yang kuat dan menghujam sanpai dasar sanubarinya.

Semoga Allah, menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang benar-benar bertakwa, yang diwujudkan dan keindahan budi pekerti.

Amin ya Rabbal a'lamin


wallahu a'lam bish-shawab

By : Mencari Rezky