Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh
HENDAKLAH BERBICARA KEPADA FAKTOR-FAKTOR PENDORONG TENTANG KEBAIKAN DAN TAQWA
Umur manusia adalah rahasia Allah......Mungkin ada sebagian sahabat FB
kita yang telah lebih dahulu ajalnya datang (wafat :red)........namun
perkataannya, tulisannya, gambar pada artikel tulisan FB atau sebuah
websitenya ... yang baik maupun tidak senonoh masih tertera pada
dindingnya.....entah itu pada status-status atau komentar - komentar
yang mengandung keburukan, caci-makian, fitnah atau
kebaikan......semuanya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah
kelak...maka berhati-hatilah bagi kita untuk menulis sebuah status,
komentar dan inbox atau membagikan sebuah gambar........
Allah berfirman :
Dan bicarakanlah tentang membuat KEBAJIKAN dan TAKWA. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan." [QS. Al Mujadilah : 9]
....Sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang
MENGAWASI (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang
MENCATAT (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka
MENGETAHUI apa yang kamu kerjakan. [QS. Al Infithar :10-12]
Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: " Hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan
perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang
nyata bagi manusia. [QS. Al Isra' :53]
Taat dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka). [QS. Muhammad :21]
Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka
berpaling daripadanya dan mereka berkata: "Bagi kami amal-amal kami dan
bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul
dengan orang-orang jahil". [QS. Al Qashash : 55]
Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina,
yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, [QS. Al Qalam :
10-11]
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,“Bukanlah seorang Mukmin,
yaitu seorang yang suka mencela, tidak pula seorang yang suka melaknat,
bukan seorang yang keji dan kotor ucapannya.”[HR. Bukhari dalam Kitabnya
Al Adabul Mufrad halaman 116 dari hadits Abdullah bin Mas’ud
radhiallahu ‘anhu].
Ketahuilah, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan kulit menjadi
saksi di akhirat nanti terhadap apa-apa yang telah kita kerjakan.
Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan
kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka
kerjakan.
Dan mereka berkata kepada kulit mereka: Mengapa kamu menjadi saksi
terhadap kami?" Kulit mereka menjawab: "Allah yang menjadikan segala
sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan
Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali yang pertama dan hanya
kepada-Nyalah kamu dikembalikan. [QS. Fushilat : 21]
Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran,
penglihatan dan kulitmu terhadapmu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak
mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. [QS. Fushilat
:20-22]
Tak ada satu katapun yang terucap, dan setiap kata-kata yang tertulis
dalam status- statusmu dan komentar-komentar di Facebookmu, seluruh
artikel dan catatanmu melainkan Allah mengetahuinya dan dicatat oleh
para malaikat sebagai sebuah kebaikan atau keburukan bagimu.
Allah berfirman : "Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan
ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir."[QS. Qaaf :18]
"Tuhanku mengetahui semua perkataan di langit dan di bumi dan Dialah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". [QS. Al Anbiya : 4]
Ingatlah! Setiap perbuatan dan tingkah laku kita hingga yang remeh
sekalipun akan dicatat pada kitab amalan. Allah Ta’ala berfirman (yang
artinya),”Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan
yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya;
dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan
Tuhanmu tidak menganiaya seorang pun juga.” (QS. Al Kahfi [18] :49).
Kitab tersebut akan memuat amalan kebaikan dan kejelekan yang telah kita
lakukan di dunia. Kitab tersebut akan diambil di sisi kanan dan kiri.
Maka sungguh beruntung orang mukmin yang mendapat kitab tersebut dengan
tangan kanannya dan dia akan sangat berbahagia. Dan sangat merugilah
orang kafir yang mendapatkan catatan amalnya dengan tangan kirinya dan
dia akan celaka.
Setiap orang bersama dengan amalan dan kitab amalannya akan ditimbang di
suatu mizan (timbangan) yang memiliki dua daun timbangan. “Dan adapun
orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam
kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan
(kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.” (QS. Al
Qari’ah [101] : 6-9)
Allah berfirman :
Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari
Al Qur'an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami
menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari
pengetahuan Tuhanmu biar pun sebesar zarah (atom) di bumi atau pun di
langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar
dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata
(Lohmahfuz).[QS. Yunus : 61]
....dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), [QS. Al An'aam :59]
Apakah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan
bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan
(malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi mereka. [QS. Az Zukhruf
: 80]
Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi
(pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat
(pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
[QS. Al Infithar: 10-12]
Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat
dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu
diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.(Allah berfirman):
"Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar.
Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan."
[QS. Al Jatsiyah : 28-29]
(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang
duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. [QS. Qaaf :
17]
Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan. [QS. Al Qamar : 52]
Muhasabahlah Sebelum Dan Sesudah Beramal
Duduklah bersama orang-orang yang cinta kepada Allah dan jujur serta
menimba perkataan-perkataan mereka yang baik dan janganlah berbicara
kecuali jika pembicaraan tersebut telah benar-benar baik dan diketahui
dapat memberikan tambahan bagi keadaan sekarang dan manfaat bagi orang
lain.
Ibnu Qayyim rahimahullah menyebutkan bahwa muhasabah hendaknya dilakukan
di dua waktu. Yakni sebelum beramal dan setelah beramal. Hal ini sangat
perlu, agar amal yang akan dilakukan bermanfaat dan menghasilkan
pahala.
Sebelum beramal, periksalah selalu niat dan tujuan dalam melakukan
sesuatu. Prinsip yang baik adalah tidak tergesa-gesa sampai melihat
apakah perbuatan tersebut lebih berhak dilakukan ataukah ditinggalkan.
Al Hasan Al Bashri rahimahullah berkata: “Semoga Allah merahmati seorang
hamba yang berhenti sejenak ketika berniat untuk melakukan sesuatu;
jika ternyata ikhlas karena Allah, ia segera melanjutkan, dan jika
ternyata bukan karena Allah, ia mundur”.
Setelah beramal, sebaiknya memperhatikan tiga perkara berikut:
a. Mengevaluasi diri, apakah ketaatan yang telah dilakukan masih
terdapat kekurangan-kekurangan. Perlu diperhatikan bahwa hak Allah dalam
ketaatan ada didalam enam perkara, yaitu: Ikhlas, melakukannya dengan
sebagus-bagusnya, mengikuti contoh Rasul, persaksian ihsan, persaksian
ni’mat Allah, dan melihat kekurangan yang ada padanya.
b. Menghisab diri terhadap semua perbuatan yang lebih baik ditinggalkan dari pada dilakukan.
c. Bermuhasabah terhadap perbuatan yang mubah yang biasa dikerjakan.
Yakni dengan cara bertanya kepada diri sendiri, mengapa ia lakukan?
Apakah mengharapkan keridhaan Allah, ataukah mengharapkan kehidupan
dunia belaka?
Dengan cara-cara di atas, seorang hamba dapat melakukan muhasabah yang
benar. Pertama, ia menghisab dirinya dalam amalan yang wajib. Jika ia
ingat ada kekurangan padanya, ia segera memperbaikinya. Kedua, ia
menghisab dirinya dalam perbuatan yang terlarang. Jika ia mengetahui
bahwa ia telah melakukan sebuah dosa, ia segera bertaubat dan memohon
ampun dan beramal kebaikan.
Selain itu, dengan cara-cara tersebut hamba Allah selalu sempat untuk
menghisab kelalaiannya. Jika dirinya telah lalai dari tujuan
penciptaannya, maka ia segera mengingat Allah dan kembali kepada-Nya.
Kemudian ia menghisab ucapan-ucapannya, yang dilakukan oleh kedua kaki
dan tangannya, dan yang didengar oleh telinganya.
Selalu bertanya kepada diri sendiri:
Apa yang diinginkan dari semua itu? Karena siapa? Bagaimana caranya?
Berpikirlah Sebelum Berucap
Hendaklah seseorang berpikir dulu sebelum berbicara. Siapa tahu karena
lisannya, dia akan dilempar ke neraka. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Sesungguhnya ada seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan
yang tidak dipikirkan bahayanya terlebih dahulu, sehingga membuatnya
dilempar ke neraka dengan jarak yang lebih jauh dari pada jarak antara
timur dan barat.” (HR. Muslim)
Ulama besar Syafi’iyyah, An Nawawi rahimahullah dalam Syarh Muslim
tatkala menjelaskan hadits ini mengatakan, ”Ini merupakan dalil yang
mendorong setiap orang agar selalu menjaga lisannya sebagaimana
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
‘Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang
baik dan jika tidak maka diamlah.’ (HR. Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu, selayaknya setiap orang yang berbicara dengan suatu
perkataan atau kalimat, hendaknya merenungkan dalam dirinya sebelum
berucap. Jika memang ada manfaatnya, maka dia baru berbicara. Namun jika
tidak, hendaklah dia menahan lisannya.” Itulah manusia, dia menganggap
perkataannya seperti itu tidak apa-apa, namun di sisi Allah itu adalah
suatu perkara yang bukan sepele.
Allah Ta’ala berfirman, “Kamu menganggapnya suatu yang ringan saja.
Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.” (QS. An Nur [24] : 15)
Ingatlah selalu sabda Rasulullah;
“Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam pada hari kiamat nanti dari
sisi Rabbnya sampai ditanya tentang lima perkara: (1) tentang umurnya
untuk apa dia habiskan, (2) tentang masa mudanya untuk apa dia gunakan,
(3) tentang hartanya dari mana dia dapatkan, dan (4) untuk apa dia
belanjakan, (5) tentang apa yang dia amalkan setelah mengetahui
ilmunya.” [Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah hadits no. 946]
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia
mengucapkan perkataan yang baik atau Diam" [HR. Bukhori & Muslim]
Sebagai seorang muslim yang baik, senantiasa dan sudah sepatutnya
mengetahui bahwa setiap gerakan dan ucapan akan ditampakkan padanya dua
pertanyaan: Karena siapa kamu melakukan dan bagaimana caranya?
Seperti yang dinyatakan oleh firman Allah:
“Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, Tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu.” (QS AI Hijir: 92-93).
____________
Wallahu a'lam bish-shawab
Maraji' :
1. Al Qur'an Al Karim
2. Ighatsatulahfan karya Ibnu Qayyim Al Jauziyah Rahimahullah.
3. Al Adabul Mufrad karya Imam Bukhori
4. Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah karya Syaikh Muhammad Nasiruddin Al Albani