Opick - Assalamualaikum

Jumat, 30 November 2012

Setiap Saat Kita Selalu Diawasi Oleh - NYA(Allah SWT)

Assalamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh
Bismillaahirrahmaanirrahiim


Dia mengawasiku...,selalu....dan selalu....
Tak pernah IA lelah apalagi lengah...kemanapun aku dan di manapun aku, pasti IA tak pernah sedetikpun lepas dari mengawasiku...

Walau kututupi diri ini dengan bertumpuk tumpuk kebaikan, atau bertumpuk tumpuk kejahatan..,atau berlapis lapis keindahan... ataupun .. berlapis lapis keburukan
tetap IA tak bisa di halangi...

IA Yang Maha Lembut, mengetahui setiap isi hati , baik di utarakan ataupun di sembunyikan.. baik dibungkus keikhlasan atau terjatuh dalam keriya'an ....

DIA Yang Maha mengerti...
Maha Melihat, Maha Mendengar...

Walau di kedalaman laut yang sangat gelap, ditutup berlapis lapis ombak...
Tak akan ada yang selamat dari penglihatan-NYA
Tiada satu tempatpun dapat aman dari pengawasan-NYA.
Tak ada tempat untuk kita bersembunyi,Bagaimana kita bersembunyi????
Bila DIA Melihat walau itu adalah semut hitam yang berjalan diatas batu pualam pada malam yang kelam. Bagaimana dengan kita???

Kita terlalu bodoh, musuh terlalu pintar, bila tak berhasil masuk dari pintu ikhlas, ia akan masuk dari pintu ujub, bila tak berhasil juga ia akan cari celah celah lain,selalu mencari kelemahan kita.

Ya Allah ... berilah perlindungan kepada kami, maafkanlah kesalahan kami dan berilah pertolongan kepada kami untuk taat dan bersyukur kepadaMu. Janganlah Engkau jadikan kami bergantung selain kepadaMu. Matikanlah kami dalam Iman dan Islam secara sempurna dalam keridaa-Mu. Ya Allah... rahmatilah kami sehingga mampu meninggalkan segala kejahatan selama hidup kami dan rahmatilah kami sehingga tidak berbuat hal yang tidak berguna. Karuniakanlah kepada kami sikap pandang yang baik terhadap apa-apa yang membuatMu Ridha terhadap kami.


Aamin Ya Rabbal A'lamin




Wallahu A'lam Bish-shawab

Selasa, 27 November 2012

Nasehat Lukman Al Hakim Pada Anaknya


Assalamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh

Bismillaahirrahmaanirrahiim


Satu-satunya manusia yang bukan nabi, bukan pula Rasul tapi kisah hidupnya diabadikan dalam Qur'an adalah Lukman Al Hakim. Kenapa, tak lain, karena hidupnya penuh hikmah. Suatu hari ia pernah menasehati anaknya tentang hidup.

"Anakku, jika makanan telah memenuhi perutmu, maka akan matilah pikiran dan kebijaksanaanmu. Semua anggota badanmu akan mala
s untuk melakukan badah, dan hilang pulalah ketulusan dan kebersihan hati. Padahal hanya dengan hati bersih manusia bisa menikmati lezatnya berdzikir."

"Anakku, kalau sejak kecil engkau rajin belajar dan menuntut ilmu. Dewasa kelak engkau akan memetik buahnya dan menikmatinya."

"Anakku, ikutlah engkau pada orang-orang yang sedang menggotong jenazah, jangan kau ikut orang-orang yang hendak pergi ke pesta pernikahan. Karena jenazah akan mengingatkan engkau pada kehidupan yang akan datang. Sedangkan pesta pernikahan akan membangkitkan nafsu duniamu."

"Anakku, aku sudah pernah memikul batu-batu besar, aku juga sudah mengangkat besi-besi berat. Tapi tidak pernah kurasakan sesuatu yang lebih berat daripada tangan yang buruk perangainya."

"Anakku, aku sudah merasakan semua benda yang pahit. Tapi tidak pernah kurasakan yang lebih pahit dari kemiskinan dan kehinaan."

"Anakku, aku sudah mengalami penderitaan dan bermacam kesusahan. Tetapi aku belum pernah merasakan penderitaan yang lebih susah daripada menanggung hutang."

"Anakku, sepanjang hidupku aku berpegang pada delapan wasiat para nabi. Kalimat itu adalah:

1. Jika kau beribadah pada Allah, jagalah pikiranmu baik-baik.
2. Jika kau berada di rumah orang lain, maka jagalah pandanganmu.
3. Jika kau berada di tengah-tengah majelis, jagalah lidahmu.
4. Jika kau hadir dalam jamuan makan, jagalah perangaimu.
5. Ingatlah Allah selalu.
6. Ingatlah maut yang akan menjemputmu
7. Lupakan budi baik yang kau kerjakan pada orang lain.
8. Lupakan semua kesalahan orang lain terhadapmu.


wallahu a'lam bis-shawab

Senin, 26 November 2012

Lihat Diri Kita Dulu Baru Lihat Diri Orang Lain! Apakah Kita Lebih Dari Dia?

Assalamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh
Bismillaahirrahmaanirrahiim


Allah Ta'ala berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah SETIAP DIRI MEMPERHATIKAN APA YANG TELAH DIPERBUATNYA UNTUK HARI ESOK (akherat), dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan"(Q.S Al-Hashr 59:18)

Dalam sebuah hadits dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda: "Orang yang PANDAI adalah orang yang MENGINTROPEKSI DIRINYA dan BERAMAL untuk SETELAH KEMATIAN, sedang orang yang LEMAH adalah
orang yang JIWANYA SELALU TUNDUK PADA NAFSUNYA dan mengharap pada Allah dengan berbagai ANGAN-ANGAN" (H.R Ahmad dan Tirmidzi)

"Betapa kehidupan sosial akan menyenangkan, damai & sejahtera, jika di antara kita menyadari kewajibannya masing-masing. Betapa harmonisnya, jika sesama mukmin berlaku jujur & benar dalam menasehati saudara seimannya. Subhanallaah..mau menerima nasihat dari saudara seiman & mau menasihati jika diminta...."


"Sebelum memberi reaksi terhadap aib orang lain, lihatlah secara jernih seperti apa mutu dari diri sendiri. Lebih baikkah? Atau janganjangan lebih buruk. Dari situlah ucapan syukur dan istighfar mengalir dari hati yang paling dalam. Syukur kalau diri ternyata lebih baik. Dan istighfar jika terlihat bahwa diri sendiri lebih buruk. Subhanallah...... "

Maka bertakwalah pada Allah wahai hamba Allah...
Introspeksilah dirimu, karena baik dan selamatnya hati adalah dengan muhasabah,
Sebaliknya rusaknya adalah dengan sebab tidak mengindahkan dan
bergelimang dalam kelezatan nafsu serta syahwat serta mengenyampingkan perkara yang bisa menyempurnakannya.
Maka berhati-hatilah dari hal itu, niscaya diri kalian akan mulia dan
berbahagia di saat berjumpa dengan Tuhan kalian (Allah).
Semoga shalawat dan salam tetap tercurah pada nabi Muhammad, keluarga dan para shahabatnya.





wallahu a'lam bish-shawab

Minggu, 25 November 2012

SUKA PAMER : FENOMENA DI JARINGAN SOSIAL

Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Bisillaahirrahmaanirrahiim


Ini sering lewat di beranda(wall) facebook dan twitter penulis
Kali ini pengen nulis agak sedikit berbobot, tentang jejaring sosial #tsaaahhh :D
Ehm..ehm *benerinjilbab*
Di era modern sekarang ini dengan semakin berkembangnya hi-tech dan segala kecanggihannya melalui beraneka ragam gadget-gadget yang ditawarkan, jejaring sosial menjadi candu bagi seluruh lapisan masyarakat, dari anak kecil-Remaja-Dewasa-Orangtua-bahkan mungkin Lansia dengan berbagai latar belakang pendidikan, ekonomi, dan pekerjaan.
Aplikasi jejaring sosial pun semakin merebak dari mulai friendster (tua banget yak? :D ), facebook, twitter, google+, etc. Dengan semakin banyaknya jejaring sosial yang didukung oleh teknologi yg canggih, membuat tiap orang per orang semakin eksis di dunia maya dengan slogan:
“mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat”
Sebenernya dalam tulisan ini saya ingin lebih menyoroti dampak buruknya jejaring sosial tersebut, walaupun tak dapat dipungkiri ada juga manfaat dari penggunaan jejaring sosial ini. Kita sendiri yang menentukan mau dibawa kemana hubungan ini (eh salah :p) maksudnya kita sendiri yang menentukan pilihan dari dampak tersebut.
(oke cukup kalimat pendahuluannya :D )
Tulisan ini saya buat berdasarkan hasil pengamatan dari akun jejaring sosial milik saya sendiri, jadi sampelnya adalah teman-teman saya sendiri (kalo dari segi keilmuan, sampelnya pasti bias artinya tidak dapat mewakili seluruh populasi pengguna jejaring sosial #tsaaahhh gaya, heuheu :D ) Tapi kita asumsi kan saja, sampelnya mewakili rata-rata populasi *sok intelek*
Sejujurnya, yang ingin saya sampaikan adalah uneg-uneg dan kritik dari saya sebagai konsumen jejaring sosial yang selanjutnya semoga dapat menjadi bahan intropeksi bagi saya sendiri dan bagi para pengguna jejaring sosial.
Jadi begini, saya pribadi merasa bahwa jejaring sosial ini hampir sebagian besar digunakan sebagai ajang pamer   (ya ga? ya kan? ya dong? yang ngerasa ngaku!!) , baik disadari (maksudnya emang sengaja gituuu) atau tidak disadari, antara lain:
1. Pamer Wajah
Ini udah pasti karena hampir semua aplikasi jejaring sosial mengharuskan kita untuk mengunggah foto profil. Untuk para wanita dan pria sudah barang pasti akan berlomba-lomba memasang foto terbaik mereka untuk dipajang, dengan berbagai pose, berbagai latar, berbagai ekspresi.
2. Pamer Harta
Hal ini dapat dilihat dari status-status mereka di jejaring sosial, contoh: “haduh BB gue lagi rusak nih, untung masih ada Iphone gue” atau “Horeeee akhirnya punya IPAD 3 juga” atau “Si Jazzy lagi di bengkel nih untung MerC bokap ga kepake”  bisa juga dari status, album-album foto atau aplikasi check-in yg diberi nama sesuai dengan tempat, kota atau negara yg pernah dikunjungi, contoh: “bingung nih mau ngabisin duit, besok mau ke Newyork aaahh” atau “tas gue udah butut , weekend ini ajak nyokap ke london ah beli tas harrods” . “check-in @American Grill lunch bareng klien”  atau “check-in @hotel Marriot meeting”. Bahkan tanpa disengaja bisa dilihat dari gadget apa yang dipakai ketika mengupdate status (terlihat simbol-nya via apa)
3. Pamer Prestasi
Hal ini bisa dilihat juga dari status dan juga album yang diunduhnya sesuai dengan prestasi yang telah dicapainya. Prestasi disini   dapat berupa tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, jabatan, dan kekuasaan. Contoh: “Alhamdulillaaahhh keterima juga di Harvard”  atau“Huaaaa ga sia2 belajar buat tes, lolos juga masuk BI”  atau “Duuuhh, nikmatnya hidup jadi DIRUT segala fasilitas dapet”  atau “belum tau aja siapa bokap gue, macem2 sama gue, gue aduin lo biar dipecat”
4. Pamer Kemesraan dan keharmonisan
Hal ini bisa dilihat dari status-status, wall to wall, dan mentionan mereka yang saling melontarkan ungkapan dan ucapan mesra ke pasangan mereka, didukung dengan album-album foto berdua dengan berbagai pose. contoh: “Makasih yah sayang udah nemenin aku tadi”  atau “Jadi terharu ngeliat pengorbanan kamu yg segitunya sama akuuuuhh, tenkyu beb luv u so much :* “  atau“Senangnya hari ini jalan2 sama hubbyku sayang” etc. Biasanya ini melanda hampir sebagian besar pasangan baru, entah baru pacaran, baru jadian, baru nikah, atau bahkan baru selingkuh.
Termasuk disini adalah pamer kehamilan dan pamer anak. Contoh: “Haduuuhh, udah 10 bulan tapi masih mual juga kalo makan” atau “terharu ngeliat suami rela2in nyari rujak ampe ujungkulon demi aku :’) “  atau “pinternya anakku baru 1 tahun udah bisa kayang”  dan juga album foto2 anak dengan berbagai ekspresi. Ini melanda bagi para ibu-ibu baru.
5. Pamer Kebaikan
Hal ini bisa dilihat dari status-status mereka, contoh: “Alhamdulillah hari ini bisa ngasih amal 1 juta ke pengemis” atau“Yes, target khatam quran 3x sehari bisa tercapai” atau ”aku udah terlalu baik dan sabar banget sama dia” atau ”gaji sebulan udah dialokasiin buat naik haji orang2 sekampung”“aku tuh orangnya baik hati, tidak sombong, dan gemar menabung”, etc
6. Pamer Ekspresi
 Untuk kasus ini bisa berupa ekspresi bahagia, sedih, marah, ceria, kesel, badmood-goodmod, galau, etc. Ada yang statusnya bahagiaaaaa mulu, contoh:“Senangnya ada mas2 baik hati ngasih tempat duduk”  atau “Denganmu, dunia terasa indah tanpa henti”. Ada yang statusnya sedih-merana terus, contoh:“lebih baik aku mati kelindes becak daripada ditinggalin sama kamu” . Ada yang galauuuuuu mulu, contoh: “Rasanya hatiku hampa tanpamu” . Ada yang ngeluuuuuhhh mulu bawaannya, contoh:“Sial, udah dibela-belain lari2an, naik ojek, trus jadi atapers bukannya nyampe  kantor malah pingsan gue kestetrum” . Ada yang isinya marah-marah, menghujat dan memaki-maki orang, dll, contoh: “heran deh nih orang disebelah gue badannya bau banget kayaq bantargebang” atau“dasar kebon binatang ga punya otak ngeludah sembarangan” etc )
Yap, itulah jenis-jenis kegiatan pamer via jejaring sosial menurut saya. Termasuk jenis pamer yang manakah kitaaaa? tanyalah pada hati kita…..
Dan tolong bagi yang suka pamer wajah, kasihanilah mereka yang memiliki tampang pas-pasaan dan seadanya, hargai perasaan mereka…
Bagi yang suka pamer harta, tolong hargailah mereka yang hidupnya miskin, serba kekurangan,  duit pas-pasan, makan seadanya, hargai perasaan mereka…
Bagi yang suka pamer prestasi, tolong hargailah mereka yang otaknya pas-pasan, ga bisa sekolah, ngelamar kerja ditolak mulu, jadi bawahan tertindas, hargailah perasaan mereka…
Bagi yang suka pamer kemesraan dan keharmonisan, plissss tolong kasihanilah mereka yang jomblo bahkan melajang seumur hidup,  hargailah mereka yang terpisah dari keluarganya, hargailah mereka yang tak kunjung hamil, keguguran berkali-kali, belum dikaruniai anak bahkan ditakdirkan tidak punya anak, hargailah perasaan mereka…
Bagi yang suka pamer kebaikan, hargailah amal kebaikan dan ibadahmu sendiri, biarlah hanya engkau dan Tuhan yang tau, itu sudah lebih dari cukup supaya tak menjadi sia-sia nantinya.
Bagi yang suka pamer ekspresi, hargailah sesuatu dengan bijak, hargailah perasaan orang lain di sekitar kita :)
Kita tidak pernah benar-benar tahu isi hati dan keadaan teman-teman dan followers kita, jagalah perasaan mereka. Ketika kita pamer sesuatu bisa jadi tanpa disadari kita telah menyinggung dan menyakiti perasaan mereka. Terlebih ketika mereka punya penyakit hati seperti iri dan dengki, itu memang salah mereka, tapi kita menjadi lebih berdosa lagi kalo kita justru tambah ‘memanas-manasi’ mereka dengan sikap pamer kita.
“Jika tidak ingin dicubit, jangan mencubit. Jika ingin dihargai orang lain, makan hargailah orang lain”
Pada akhirnya semua tergantung dari niatan kita masing-masing, betul?
Semoga tulisan ini bisa bermanfaat untuk kita sebagai bahan renungan kita bersama :)
Salam
piisss, loppphh, en gahuuuulll
nb: mohon maaf apabila terdapat kesamaan kata dan kalimat, ini semua murni rekayasa dan contoh yang dibuat sendiri oleh penulis. Percayalah contoh di atas tidak benar-benar persis ada di TL facebook atau twitter penulis :D 

wallahu a'lam bish-shawab

Jumat, 23 November 2012

Berbahagialah Orang Ber-IMAN Selalu Menjaga Mata Dan Hatinya dari Maksiat

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Warahmatullah wabarakatuh

Dari mata turun ke hati, begitulah ungkapan yang sering kita dengar..

Sudah berapa banyak kontak pandangan mata memberi
kesan dalam hati pelakunya,

Entah itu kesan yang mematikan hati atau hanya sekejap saja
yang membuat si pelakunya tak lupa akan apa yang ditatapnya..

Kesan dalam hati yang dibuat oleh anak panah yang dilepas tanpa
busur dan senar,

Namun apakah ada kebaikan yg tertinggal??
"TIDAK!!" tidak ada kebaikan bagi kesenangan yang akhirnya
adalah penyesalan…

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Pandangan mata itu (laksana) panah beracun dari berbagai macam anak panah iblis. Barang siapa menahan pandangan dari keindahan-keindahan wanita, maka Allah mewariskan kelezatan dalam hatinya, yang akan ia dapatkan hingga hari dia bertemu dengan Tuhannya." (HR. Ahmad)

Segala peristiwa berawal dari pandangan mata
Jilatan api bermula dari setitik bara
Berapa banyak pandangan yang membelah hati
Laksana anak panah yang melesat dari tali
Selagi manusia masih memiliki mata untuk memandang
Dia tidak lepas dari bahaya yang menghadang
Senang di permulaan dan ada bahaya di kemudian hari
Tiada ucapan selamat datang dan ada bahaya saat kembali
(Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah)

maka Maha Benar ALLAH dengan segala firman-NYA dalam Qur'an al-Karim :

"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman:"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (QS. an-Nuur: 30)

"Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan sebagian pandangannya dan memelihara kemaluannya. Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya…" (QS. an-Nuur: 31)

:.(mengutip sebuah hadist) Jika engkau tidak malu! maka berbuatlah sesukamu..!!.:
semoga ALLAH menjadikan mata kita dan mata hati kita senantiasa tertunduk malu pada-NYA..

wallahu a'lam bish-shawab

Ghibah

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Warahmatullah wabarakatuh

Pada suatu kesempatan, seorang kyai sedang menyampaikan ilmu kepada para santrinya. Setelah ilmu selesai disampaikan,
seorang santri mengacungkan tangannya hendak bertanya. kyai tsb lalu mempersilakannya untuk bicara.

"Guru, saya ingin tahu bahaya "ghibah" itu seperti apa. Bisakah guru memberikan gambaran yang mudah dan jelas tentang hal ini?
Kyai berpikir sejenak, kemudian menjawab.
"Ambillah olehmu seekor ayam yang sudah mati.Cabutilah olehmu seluruh bulunya dan hitung olehmu berapa jumlahnya. Dalam perjalanan pulang kerumah, tebarkanlah beberapa helai bulunya di jalan yang kau lalui itu sampai habis. Setelah itu kumpulkan kembali bulu-bulu ayam itu besok pagi dan temuilah aku."
Santri itupun mengangguk tanda mengerti. Lalu , diperbuatlah olehnya seperti yang diperintah oleh gurunya tersebut. Dicarilah seekor ayam yang sudah mati, lalu dicabutilah bulunya.
Setelah itu ia menghitung berapa jumlah bulu yang berhasil diperolehnya. Dalam perjalanan pulang, ditebarkanlah beberapa helai bulu ayam itu disepanjang jalan yang dilaluinya.

Setelah pagi datang, iapun bergegas mempersiapkan diri untuk menemui sang guru. Dengan melewati jalan yang sama, ia mengumpulkan bulu-bulu ayam yang kemaren ia tebarkan disepanjang jalan yang dilaluinya.
Tapi, sungguh susah ia melakukannya karena sebagian dari bulu-bulu ayam itu sudah terbang hilang entah kemana.

Sesampainya ia dikediaman sang guru, jumlah bulu ayam yang berhasil dikumpulkannya tidak sesuai dengan jumlah awalnya, berkurang hampir dua pertiganya.

"Nah, muridku, bagaimana keadaanmu hari ini? Dapatkah engkau mengumpulkan seluruh bulu ayam yang kau tebarkan itu?"
Santri ini menggelengkan kepalanya, lalu bertanya apa hikmahnya, sang kyai menjawab.

"Sesungguhnya begitulah ghibah itu. Walaupun engkau sudah menarik kembali ghibah itu dari lidahmu, tapi engkau tidak dapat menghapus seluruh pengaruh dari ghibah itu. Sama seperti bulu ayam yang telah kau sebarkan kemarin, hari ini engkau tidak dapat mengumpulkan seluruhnya. Karena dua pertiga dari bulu-bulu ayam itu sudah hilang terbawa angin entah kemana"


Ghibah (bergunjing keburukan orang lain) itu sifatnya cepat menyebar dan sulit menemukan siapa yang memulai terlebih dahulu dalam berghibah.

QS Al-Hujarat 12

Hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain.
Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya manusia maha penerima tobat lagi maha penyayang.

Rasulullah ketika melewati sebuah kuburan berkata:

"Sungguh penghuni dua kuburan ini sedang disiksa dan keduanya disiksa bukan karena mengerjakan dosa besar, adapun salah satunya ia suka menggunjing dan yang kedua diazab karena tidak menjaga diri dari percikan air kencingnya"
Lalu Rasulullah SAW meminta pelepah korma dan beliau menancapkan diatas 2 kuburan itu.
Kemudian berkata, "Semoga pelepah korma ini dapat meringankan siksanya sampai kering"
(HR Bukhari dan Muslim)


wallahu a'lam bish-shawab

Rabu, 21 November 2012

Membumi... Jangan Terlalu Melangit


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahim

PERCAKAPAN GURU YANG BIJAKSANA DAN RENDAH HATI DENGAN MURID

"Guru, siapa orang terpintar di dunia?"

"Dirimu."

"Diriku? Guru bercanda atau menghina aku?"

"Tidak bercanda, juga tidak menghina! Dirimu memang terpintar di dunia."

"Malu aku, Guru! Orang kayak aku dibilang paling pintar di dunia. Gurukan tahu, nilai-nilaiku D, C, dan paling tinggi B"

"Betul itu yang kau bilang, tapi aku tidak bercanda. Kau selalu mendapatkan apa yang kau mau dengan bertanya, dan dengan membayar. Coba kau lihat, betapa sangat kayanya dirimu. Kau punya rumah seperti istana, kau punya mobil termewah, kau punya uang segudang. Apakah itu tidak menunjukkan bahwa dirimu sangat pintar?"

"Aku sebagai Guru, bertahun-tahun, masih tetap tinggal di rumah tua warisan kakekku. Bukankah itu menunjukkan aku orang paling bodoh di dunia?"

"Guru, aku sangat menghormati Guru. Karena Guru, aku bisa baca dan berhitung, sehingga aku bisa memiliki kehidupan berharta seperti sekarang."

"Begitu menurutmu, tapi menurutku, aku sebagai Guru telah gagal mendidik semua murid-muridku untuk menjadi sukses seperti dirimu; hanya sedikit muridku yang berhasil sepintar dirimu."

"Guru, aku mohon maaf bila telah menyinggung perasaan Guru."

"Oh tidak!! Kau tahu, aku sangat bangga padamu. Sekarang, aku sedang berpikir untuk menjadi muridmu, dan belajar untuk menjadi sepintar dirimu."

PESAN GURU PADA MURIDNYA
Membumi... Jangan Terlalu Melangit
-------------------------------------------
Mem'bumi'... Jangan terlalu me'langit'.
Sebab...
Semakin 'tinggi', semakin akan 'sakit'


Membumilah... Jangan terlalu melangit.

Memiliki makna bahwa jangan terlalu tinggi dengan apa yang sudah dicapai sampai detik ini. Tetaplah rendah hati... dan menjaga diri agar tak terperosok dalam lembah kehinaan.

Kadang, gemerlapnya kehidupan seseorang yang menjadi superstar memang membuat seseorang tidak memiliki pegangan kuat sehingga menjadi lupa diri dan kemudian menunjukkan eksistensi dengan cara-cara negatif.

Ingatlah... Semua yang hadir sampai detik ini bersifat sementara. Bisa saja sekarang kita ngetop, besok jadi orang biasa lagi, bahkan mungkin menjadi melarat.

Mem'bumi'... Jangan terlalu me'langit'.
Sebab...
Semakin 'tinggi', semakin akan 'sakit'


wallahu a'lam bish-shawab

Senin, 19 November 2012

Tinggalkan Pendapat Kami bila Bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh


"Jangan melihat siapa yang bicara tapi lihatlah apa yang dibicarakan" (Ali bin Abi Thalib)

Imam Empat Mazhab: "Tinggalkan Pendapat Kami bila Bertentangan dengan Al-Q
uran dan Sunnah!"

Pernyataan Para Imam Madzhab untuk Mengikuti Sunnah dan Meninggalkan yang Menyalahinya.

Pernyataan para Imam Madzhab ini dikutipkan dari Pendahuluan Buku "Sifat Shalat Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam" Karya: Syeikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani.



Imam Abu Hanifah

Imam madzhab yang pertama adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit. Para muridnya telah meriwayatkan berbagai macam perkataan dan pernyataan beliau yang seluruhnya mengandung satu tujuan, yaitu kewajiban berpegang pada Hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan meninggalkan sikap membeo pendapat-pendapat para imam bila bertentangan dengan Hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ucapan beliau:

"Jika suatu Hadits shahih, itulah madzhabku."

"Tidak hahal bagi seseorang mengikuti perkataan kami bila ia tidak tahu darimana kami mengambil sumbernya."

Pada riwayat lain dikatakan bahwa beliau mengatakan. "Orang yang tidak mengetahui dalilku, haram baginya menggunakan pendapatku untuk memberikan fatwa."

Pada riwayat lain ditambahkan: "Kami hanyalah seorang manusia. Hari ini kami berpendapat demikian tetapi besok kami mencabutnya."

Pada riwayat lain lagi dikatakan: "Wahai Ya'qub (Abu Yusuf), celakalah kamu! Janganlah kamu tulis semua yang kamu dengar dariku. Hari ini saya berpendapat demikian, tapi hari esok saya meninggalkannya. Besok saya berpendapat demikian, tapi hari berikutnya saya meninggalkanya."

"Kalau saya mengemukakan suatu pendapat yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits Rasullullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, tinggalkanlah pendapatku itu."



Imam Malik bin Anas

Imam Malik bin Anas menyatakan:
"Saya hanyalah seorang manusia, terkadang salah, terkadang benar. Oleh karena itu, telitilah pendapatku. Bila sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah, ambilah; dan bila tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah, tinggalkanlah."

"Siapapun perkataannya bisa ditolak dan bisa diterima, kecuali hanya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam sendiri."

Ibnu Wahhab berkata: "Saya pernah mendengar Malik menjawab pertanyaan orang tentang menyela-nyela jari-jari kaki dalam wudhu, jawabnya: "Hal itu bukan urusan manusia." Ibnu Wahhab berkata: "Lalu aku tinggalkan beliau sampai orang-orang yang mengelilinginya tinggal sedikit, kemudian saya berkata kepadanya: "Kita mempunyai Hadits mengenai hal tersebut." Dia bertanya: "Bagaimana Hadits itu?" Saya jawab: "Laits bin Sa'ad, Ibnu Lahi'ah, "Amr bin Harits, meriwayatkan kepada kami dari Yazid bin 'Amr Al-Mu'afiri, dari Abi 'Abdurrahman Al-Habali, dari Mustaurid Syaddad Al-Qurasyiyyi, ujarnya: Saya melihat Rasullullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menggosokkan jari manisnya pada celah-celah jari-jari kakinya. Malik menyahut: "Hadits ini hasan, saya tidak mendengar ini sama sekali, kecuali kali ini." Kemudian dilain waktu saya mendengar dia ditanya orang tentang hal yang sama, lalu beliau menyuruh orang itu untuk menyela-nyela jari-jari kakinya.



Imam As-Syafi'i

Riwayat-riwayat yang dinukil orang dari Imam Syafi'I dalam masalah ini lebih banyak dan lebih bagus dan para pengikutnya lebih banyak yang melaksanakan pesannya dan lebih beruntung. Beliau berpesan antara lain:

"setiap orang harus bermadzhab kepada Rasullullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan mengikutinya. Apapun pendapat yang aku katakan atau sesuatu yang aku katakana itu berasal dari Rasullullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tetapi ternyata berlawanan dengan pendapatku, apa yang disabdakan oleh Rasullullah itulah yang menjadi pendapatku."

"Seluruh kaum muslim telah sepakat bahwa orang yang secara jelas telah mengetahui suatu Hadits dari Rasullulllah tidak halal meninggalkannya guna mengikuti pendapat seseorang."

"Bila kalian menemukan dalam kitabku sesuatu yang berlainan dengan Hadits Rasullullah, peganglah Hadits Rasullullah itu dan tinggalkanlah pendapatku itu."

"Bila suatu Hadits itu Shahih, itulah madzhabku."

"Kalian lebih tahu tentang Hadits dan para rawinya daripada aku. Apabila suatu Hadits itu shahih, beri tahukanlah kepadaku biar dimanapun orangnya, apakah di Kuffah, Bashrah, atau Syam, sampai aku pergi menemuinya."

"Bila suatu masalah ada Haditsnya yang sah dari Rasullullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menurut kalangan ahli Hadits, tetapi pendapatku menyalahinya, pasti aku akan mencabutnya, baik selama aku hidup maupun setelah aku mati."

"Bila kalian mengetahui aku mengatakan suatu pendapat yang ternyata menyalahi hadits Nabi yang shahih, ketahuilah bahwa hal itu berarti pendapatku tidak berguna."

"Setiap perkataanku bila berlainan dengan riwayat yang shahih dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, Hadits Nabi lebih utama dan kalian jangan bertaqlid kepadaku."

"Setiap Hadits yang dating dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam berarti itulah pendapatku, sekalipun kalian tidak mendengarnya sendirir dariku."



Imam Ahmad bin Hambal

Ahmad bin Hambal merupakan seorang imam yang paling banyak menghimpun Hadits dan berpegang teguh padanya, sehingga beliau benci menjamah kitab-kitab yang memuat masalah furu' dan ro'yu. Beliau menyatakan sebagai berikut:

"Janganlah engkau taqlid kepadaku atau kepada malik, Syafi'I, Auza’I dan Tsauri, tetapi ambillah dari sumber mereka mengambil. " Pada riwayat lain disebutkan:

"Janganlah kamu taqlid kepada siapapun dari mereka dalam urusan agamamu. Apa yang datang dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya, itulah hendaknya yang kamu ambil. Adapun tentang tabi'in, setiap orang boleh memilihnya (menolak atau menerima)." Kali lain dia berkata:

"Yang dinamakan Ittiba' yaitu mengikuti apa yang datang dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya, sedangkan yang datang dari para tabi’in boleh memilihnya."

"Pendapat Auza'I, Malik, dan Abu Hanifah adalah ra'yu (pikiran). Bagi saya semua ra'yu sama saja, tetapi yang menjadi hujjah agama adalah yang ada pada atsar (Hadits)."

"Barangsiapa yang menolak Hadits Rasullullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dia berada di jurang."

Demikianlah pernyataan para imam madzhab dalam menyuruh orang untuk berpegang teguh pada Hadits dan melarang mengikuti mereka tanpa sikap kritis. Pernyataan mereka itu sudah jelas tidak bisa dibantah dan diputarbalikkan lagi. Mereka mewajibkan berpegang pada semua Hadits yang shahih sekalipun bertentangan dengan sebagian pendapat mereka tersebut dan sikap semacam itu tidak dikatakan menyalahi madzhab mereka dan keluar dari metode mereka, bahkan sikap itulah yang disebut mengikuti mereka dan berpegang pada tali yang kuat yang tiada akan putus.

Akan tetapi, tidaklah demikian halnya bila seseorang meninggalkan Hadits-Hadits yang shahih karena dipandang menyalahi pendapat mereka. Bahkan orang yang berbuat demikian telah durhaka kepada mereka dan menyalahi pendapat mereka yang telah dikemukakan diatas. Allah berfirman:

"Demi Tuhanmu, mereka itu tidak dikatakan beriman sehingga mereka menjadikan kamu sebagai hakim dalam menyelesaikan sengketa diantara mereka, kemudian mereka tidak berkeberatan terhadap keputusanmu dan menerimanya dengan sepenuh ketulusan hati." (An-Nisa 4:65)

Allah berfirman:

"Orang-orang yang menyalahi perintahnya hendaklah takut fitnah akan menimpa mereka atau adzab yang pedih akan menimpa mereka." (An-Nur 24:63)



wallah a'lam bis-shawab

Sabtu, 17 November 2012

Bersyukur dan Optimis adalah sumber Kebahagian dan Kesuksesan


Assalamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Bersyukur & optimis dapat memberi kegembiraan dalam jiwa, membuka cakrawala hati menjadi luas & membuk
a pintu-pintu kesuksesan juga menjadi motor menggerak kebahagiaan, kegembiraan & produktifitas. Bersyukur dalam hidup ini melahirkan sikap optimis, sikap optimis hanya akan muncul bila kita senantiasa bersyukur karena sikap optimis tertanam keyakinan datangnya kesembuhan ketika sakit, datangnya keberhasilan ketika gagal, datangnya menang ketika kalah, datangnya kebahagiaan ketika bersedih. Membuka pintu harapan, menenangkan hati terhadap rasa takut, menghimpun segala kekuatan & membangkitkan semangat memohon pertolongan & bertawakal kepada Allah. Setiap orang yang beriman yakin akan janji Allah bahwa.

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan" (QS. al-Insyiraah : 5-6).

Kemampuan mensyukuri nikmat Allah berarti kita menyakini tidak ada yang disebut dengan keberhasilan terlambat datang, tidak ada kebahagiaan yang bisa tertunda sehingga kita tidak perlu tergesa-gesa atau gelisah menghadapi masa sulit karena segala urusan didalam hidup kita ada didalam genggaman Allah yang mencipta & mengatur segala kehidupan di alam semesta ini. Allah tidak mentakdirkan sesuatu melainkan ada hikmah yang dikehendakiNya karena Allah Maha Bijak & Maha Mengetahui, maka tidak ada yang sia-sia di dalam hidup kita.

Banyak kebaikan yang melimpah ruah yang tersembunyi dibalik peristiwa menyedihkan yang tidak kita sukai, tanpa kita sadari dibalik peristiwa yang menurut kita pahit ternyata manis dikemudian hari. Menurut kita menyedihkan namun membahagiakan dilain waktu, sebagaimana Firman Allah yang berbunyi, yang artinya:

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia sangat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia buruk bagimu. Allah Maha Mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahuinya." (QS. al-Baqarah : 216).

Setiap manusia akan diuji keimanannya dan kepribadiannya. dengan segala kekurangan dan kelebihan pada dirinya,manusia senantiasa menghadapi peluang dan tantangan .Tidak jarang kegagalan di jumpai dalam usaha keras yang telah dilakukan sepanjang hidupnya.Bila peluang dan kesempatan telah tersedia ,kemudian ditambah dengan modal,kekuatan atau kelebihan dirinya seringkali menimbulkan rasa optimis.

Optimis merupakan keyakinan diri dan salah satu sifat baik yang dianjurkan dalam islam.Dengan sikap optimis,seseoarng akan bersemangat dalam menjalani kehidupan,baik demi kehidupan di dunia maupun dalam menghadapi kehidupan akhirat kelak.ALLAH berfirman dalam surah Al Imran ayat 139,yang
artinya :

"Janganlah kamu bersifat lemah,dan janganlah pula kamu bersedih hati,padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi(derajatnya),jika kamu orang-orang yang beriman"

Sikap optimis merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap manusia,khususnya seorang muslim,Karena dengan optimis,seorang muslim akan lebih baik dan lebih disukai oleh Allah daripada mukmin yang lemah,seorang muslim akan selalu bersusah payah semaksimal mungkin mencapai cita-citanya dengan penuh keiklasan karena Allah tanpa sedikitpun rasa takut dan khawatir akan mengalami kegagalan

Hadis nabi Muhammad menyatakan,yang artinya : 
"Dari abu hurairah ia berkata telah bersabda Rasulullah Saw,mukmin yang kuat akan lebih baik dan lebih di sukai oleh Allah daripada mukmin yang lemah,tetapi di tiap-tiap(seorang mukmin) itu ada kebaikan,beringinlah(optimis)kepada apa-apa yang memberi manfaat."(HR Bukhari).

MAN JADDA WAJADA "Siapa yang bersungguh-sungguh, akan berhasil."


Rasa syukur adalah sumber kebahagiaan.

Saat Anda menempatkan rasa syukur dalam menanggapi peristiwa dan kejadian dalam hidup, Anda akan semakin menyatu dalam perasaan bahagia. Rasa syukur dihasilkan dari kecerdasan emosional yang mampu menciptakan energi ikhlas, puas, dan tenang, di setiap momen peristiwa kehidupan pribadi dan sosial.

Rasa syukur membutuhkan emosional diri yang stabil dalam pikiran positif yang konsisten. Setiap peristiwa dalam hidup disikapi dengan perasaan baik, menempatkan ikhlas sebagai kekuatan diri dalam mengurangi sedih dan memperkuat bahagia.

Rasa syukur menghadirkan Anda sebagai pribadi yang lebih sehat, lebih sejahtera, lebih bahagia, lebih cerdas emosional dan spiritual; serta menjadikan Anda sebagai pribadi yang selalu memberikan senyum dan sikap baik kepada siapa pun. Rasa syukur menghasilkan jiwa Anda yang lebih percaya diri, dan lebih siap menghadapi berbagai tantangan dalam hidup dengan solusi yang terhitung risikonya.

Saat Anda ikhlas dan merasa bahagia untuk memberikan sikap baik kepada orang-orang di sekitar, maka saat itu Anda menjadi tercerahkan untuk meningkatkan kualitas hubungan dengan berbagai orang dalam kehidupan. Apalagi saat Anda mulai menghargai hal-hal kecil dari kebaikan hidup, dan mulai berbagi kebaikan dari kekuatan empati, maka setiap hari Anda akan melewati kehidupan dari sumber kebaikan hidup, dan merasakan kekuatan sikap baik untuk membuat Anda selalu bahagia.

Hidup bukanlah untuk menghabiskan waktu dengan mengasihani diri sendiri, dan mengambil berbagai rasa sulit sebagai sahabat perjalanan hidup. Hidup adalah untuk merasakan syukur dan terima kasih atas segala ketersediaan. Ketika Anda memilih sukacita sebagai akar dari semua proses dan hasil kehidupan, maka Anda harus sadar untuk memilih nilai-nilai kehidupan, yang dapat membantu Anda untuk mencari tujuan hidup. Jangan habiskan waktu dengan mengasihani diri dalam ketidaktahuan memilih sukacita, karena sukacita ada dalam sikap baik dan kemampuan menempatkan cinta dalam setiap momen kehidupan secara konsisten.

Sikap positif dapat menjadi pilihan yang menyebabkan sukacita, dan konsistensi Anda untuk terus-menerus fokus terhadap nilai-nilai kebaikan hidup, akan menjadi penyebab yang mengubah hidup Anda menjadi lebih bersyukur. Fokuskan energi Anda untuk merasakan syukur atas segala hal yang membuat Anda lebih baik. Jangan pernah mencari kekurangan dari realitas kehidupan, tapi fokuskan energi dan sumber daya untuk memperbaiki dan menyempurnakan setiap aspek dari kehidupan dengan rasa syukur dan terima kasih.

Jadikan kepribadian Anda lebih rendah hati dalam jiwa besar, untuk memperbaiki diri melalui perubahan yang berkelanjutan, dan hindari perangkap perfeksionis yang berpotensi membuat Anda terjebak dalam zona nyaman kesombongan. Sikap rendah hati dan jiwa besar akan menjadikan Anda pribadi unggul, yang selalu mampu menikmati hidup melalui perubahan yang Anda perlukan.

Pastikan Anda tidak meninggalkan waktu untuk merasakan syukur dan terima kasih atas realitas hidup. Sebab, sekali Anda tidak memiliki waktu untuk merasakan nikmat syukur dan terima kasih, maka Anda akan terhubungkan ke dalam lingkaran kehidupan yang terus-menerus merasakan kekurangan atas semua realitas hidup.

Rasa syukur menjadikan Anda selalu hidup dalam energi positif, dan hal ini membuat Anda menjadi semakin penting untuk kebahagiaan diri Anda. Anda akan terlatih dan terbiasa untuk menemukan solusi hidup dari nilai-nilai positif yang tumbuh subur di dalam jiwa Anda. Anda akan terbiasa untuk memvisualisasikan diri Anda yang sehat, kuat, sejahtera, bahagia, penuh semangat, dan hidup dalam rasa syukur.

Pilihan sikap positif, niat baik, rasa syukur, terima kasih, dan sukacita dari rutinitas kehidupan; akan menjadikan Anda hidup dalam sumber kebahagiaan hidup. Kebaikan hati nurani Anda untuk memperlakukan setiap orang dengan empati dan cinta, akan menyebabkan Anda selalu semakin kuat dalam kekuasaan sukacita dan kebahagiaan di sepanjang hidup Anda. Jadikan diri Anda sebagai sumber daya penghasil sukacita dan kebahagiaan untuk kebaikan diri Anda.



wallahu a'lam bis-shawab

Jumat, 16 November 2012

JANGAN SUKA MENCARI-CARI KESALAHAN ORANG LAIN

Assalamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh. 
Bismillaahirrahmaanirrahiim


Entah mengapa, ada dari kita  yang selalu punya kecenderungan untuk menjadi sosok yang gemar sekali mencari-cari kesalahan orang lain. Lihat saja betapa mudahnya seseorang menuntut dan mengkritik orang lain. Sebenarnya boleh-boleh saja mengkritik teman atau siapa pun, tapi dalam menyampaikan kritik, saran atau sebuah koreksi, sebaiknya kita tetap menghormati orang yang kita kritik.  Karena itu dalam menyampaikan informasi yang sifatnya sebuah koreksi, sebaiknya kita menyampaikannya dengan cara yang baik, ramah dan lembut. Dan jangan pernah menyampaikan dengan cara yang langsung menyudutkan dan menyalahkan, tapi kemukakanlah pendapat kita dengan cara yang baik, santun dan bijak.

Berkatalah yang baik atau diam. Ya, kita sebagai manusia memang telah diberikan banyak sekali nikmat oleh Allah SWT termasuk nikmat dapat berbicara. Akan tetapi, banyak yang salah menggunakan nikmat ini. Mereka tidak mengerti bahwa mulut yang telah dikaruniakan oleh-Nya seharusnya dapat dijaga dengan baik dan digunakan hanya untuk kebaikan.

Rasulullah SAW bersabda:
Barang siapa yang beriman kepada Allah, hendaklah ia berkata yang baik atau diam” (Muttafaq ‘Alaihi)   Lalu dalam hadist lain disebutkan: “Allah SWT memberi rahmat keapda orang yang berkata baik lalu mendapat keuntungan, atau diam lalu mendapat keselamatan.” (HR. Ibnul Mubarak)
Demikianlah, lidah seseorang itu sangat berbahaya sehingga dapat mendatangkan banyak kesalahan. Imam Ghazali telah menghitung ada 20 bencana karena lidah antara lain berdusta, ghibah (membicarakan orang lain), adu domba, saksi palsu, sumpah palsu, berbicara yang tidak berguna, menertawakan orang lain, menghina orang lain, mencari-cari kesalahan orang lain, dsb.

Dalam mengkritik, kita harus bijak,  kita juga harus memusatkan perhatian pada kemampuan orang yang kita kritik. Carilah satu kelebihan dalam diri orang tersebut. Walaupun tampaknya dimata kita kemampuannya kecil/sepele dan kita masih bisa jauh lebih baik dari orang tersebut. Namun, cobalah bertanya pada diri sendiri, bagaimana bila kita berada di posisi orang yang kita kritik, tanpa mempertimbangkan sedikitpun,  kebenaran dan kemampuannya?

Kita juga harus memeriksa kembali apa motif kita mengkritik (tanyakan dengan jujur pada diri sendiri). Dan tanyakan juga apa keuntungan yang kita raih setelah mengkritik dan mencari-cari kesalahan orang lain. Karena, apabila yang namanya kritik itu, hanyalah sebuah upaya untuk menonjolkan konsep tentang diri sendiri.  Atau kadang untuk membuktikan bahwa kita lebih pintar dari orang yang kita kritik (yang kita cari-cari kesalahannya, kelemahannya). Jika motif kita seperti itu, maka segeralah berhenti untuk mengkritik dan mencari-cari kesalahan orang lain. Ketahuilah, tidak ada orang yang luput dari salah dan khilaf, dan begitupun diri kita.

Daripada kita terus menerus menyibukkan dan melelahkan diri kita dengan mengorek-ngorek dan mencari-cari kesalahan dan kelalaian orang lain, yang bisa kita jadikan senjata untuk menyerangnya, bukankah lebih baik kita berpikir positif. Coba tanyakan dengan jujur pada diri kita sendiri, sudah mampukah kita berbuat lebih baik dari orang yang kita kritik atau kita cari-cari kesalahannya? Caranya hanya satu, yakni dengan pembuktian, lakukanlah ”sama persis” ”segala hal” yang dilakukan orang yang kita cari-cari kesalahannya. Kita buktikan pada diri sendiri dan dunia, apakah kita bisa melakukannya sama dengan orang yang kita cari-cari kesalahan/ kekurangannya, atau kita bisa melakukannya lebih baik dari orang tersebut? Semua ini hanya bisa diketahui dengan ”pembuktian”.

Istilahnya, jangan cuma sekedar bisa meng-kritik atau mencari-cari kesalahan orang lain saja, coba lakukan terlebih dahulu, ”semua hal”  yang dilakukan orang yang kita kritik atau yang kita cari-cari kesalahannya, kemudian lihat hasil yang kita capai, apakah hasil yang kita capai lebih baik darinya, sama dengannya atau lebih buruk darinya? Mampukah kita berbuat seperti dia, sebaik dia, atau lebih baik dari dia? Dan kalaupun ternyata kita memang mampu berbuat lebih baik daripada orang yang kita cari-cari kesalahannya/kritik, maka bersyukurlah, jangan sampai hal tersebut  menjadikan kita ujub dan tidak berarti hal tersebut membolehkan kita meneruskan mencari-cari kesalahan orang lain, perhatikanlah hadits-hadits shahih terkait.

Seorang ahli hikmah berkata, aku tidak pernah menyesali apa yang tidak aku ucapkan, namun aku sering sekali menyesali perkataan yang aku ucapkan. Ketahuilah, lisan yang nista lebih membahayakan pemiliknya daripada membahayakan orang lain yang menjadi korbannya. (mengutip perkataan, Dr. Aidh Bin Abdullah Al-Qarni. M.A.)

Kita sebagai umat islam tidak berhak untuk mencari-cari kesalahan orang lain lalu menyebarkannya apalagi berusaha mempermalukan orang tersebut didepan umum, dengan menggunakan ilmu/kepandaian kita.

Perhatikan sabda Rasulullah SAW berikut ini:

 ”Aku peringatkan kepada kalian tentang prasangka, karena sesungguhnya prasangka adalah perkataan yang paling bohong, dan janganlah kalian berusaha untuk mendapatkan informasi tentang kejelekan dan mencari-cari kesalahan orang lain, jangan pula saling dengki, saling benci, saling memusuhi, jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara” (H.R Bukhari, no (6064) dan Muslim, no (2563).

Perhatikan firman Allah SWT berikut ini:
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS. Al Hujuraat [49] : 12)

Perhatikan sabda Rasulullah SAW berikut ini:
Tahukah kalian apa itu ghibah? Jawab para sahabat : Allah dan rasul-Nya yang lebih mengetahui. Maka kata Nabi saw: “engkau membicarakan saudaramu tentang apa yang tidak disukainya. Kata para sahabat: Bagaimana jika pada diri saudara kami itu benar ada hal yang dibicarakan itu? Jawab Nabi SAW: Jika apa yang kamu bicarakan benar-benar ada padanya maka kamu telah mengghibah-nya, dan jika apa yang kamu bicarakan tidak ada padanya maka kamu telah membuat kedustaan atasnya.”(HR Muslim/2589, Abu Daud 4874, Tirmidzi 1935)
Abdullah bin Umar ra menyampaikan hadits yang sama, ia berkata,
 ” suatu hari Rasulullah SAW naik ke atas mimbar, lalu menyeru dengan suara yang tinggi :”Wahai sekalian orang yang mengaku berislam dengan lisannya dan iman  itu belum sampai ke dalam hatinya. Janganlah kalian menyakiti kaum  muslimin, janganlah menjelekkan mereka, jangan mencari cari aurat  mereka. Karena orang yang suka mencari cari aurat saudaranya sesama  muslim, Allah akan mencari cari auratnya. dan siapa yang dicari cari  auratnya oleh Allah, niscaya Allah akan membongkarnya walau ia berada di tengah tempat tinggalnya (HR. At Tirmidzi no. 2032, HR. Ahmad 4/420. 421, 424 dan Abu Dawud no. 4880.  hadits shahih)  

(keterangan: yang dimaksud dengan aurot disini adalah aib/cela atau cacat, kejelekan dan kesalahan. Dilarang mencari cari kejelekan/kesalahan seorang muslim untuk kemudian diungkapkan kepada manusia – tuhfatul Ahwadzi).

Dari hadits di atas dapat digambarkan dengan jelas pada kita betapa besarnya kehormatan  seorang muslim. Sampai sampai ketika suatu hari Abdullah bin Umar ra memandang Ka’bah, ia berkata:
 ” Alangkah agungnya engkau dan besarnya kehormatanmu. Namun seorang mukmin lebih besar lagi kehormatannya disisi Allah darimu. (HR Tirmidzi no. 2032)
Jadi, sebaiknya kita memelihara perkataan dan perbuatan kita, memang tampaknya enak dan menyenangkan mengkritik orang lain, apalagi bila kita bisa menemukan celah dari hasil kita mengorek-ngorek kesalahan orang yang kita kritik, karena hal tersebut bisa kita jadikan senjata untuk melontarkan kritik kita. Tapi sebelum itu semua, cobalah terlebih dulu berusaha menjadi orang yang kita kritik, sangat penting untuk “melakukan sama persis, semua hal  yang dilakukan orang yang kita kritik dan yang kita cari-cari kesalahannya”  kita buktikan terlebih dahulu hasil pencapaian kita, apakah hasil yang kita capai sebaik dia, lebih baik dari dia, atau lebih buruk dari dia.

Bagi seorang mukmin yang senantiasa merasa diawasi oleh Allah, wajib mengerti bahwa “perkataan” itu termasuk amalannya yang kelak akan dihisab: amalan baik maupun buruk. Karena pena Ilahi tidak meng-alpakan, tidak pernah lalai ataupun menghapuskan satupun perkataan yang diucapkan manusia. Ia pasti mencatat dan memasukkannya ke dalam buku amal. Ingatlah bahwa semuanya, kelak harus kita pertanggungjawabkan.


Wallahu a'lam bish-shawab

Nasehat buat para pemuda dan remaja muslim.

Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahim




Kami persembahkan nasehat ini untuk saudara-saudara kami terkhusus para pemuda dan remaja muslim.

Mudah-mudahan nasehat ini dapat membuka mata hati mereka sehingga mereka lebih tahu tentang siapa dirinya sebenarnya, apa kewajiban yang harus mereka tunaikan sebagai seorang muslim,

Agar mereka merasa bahwa masa muda ini tidak sepantasnya untuk diisi dengan perkara yang bisa melalaikan mereka dari mengingat Allah subhanahu wata’ala sebagai penciptanya,

Agar mereka tidak terus-menerus bergelimang ke dalam kehidupan dunia yang fana dan lupa akan negeri akhirat yang kekal abadi. 

Wahai para pemuda muslim, tidakkah kalian menginginkan kehidupan yang bahagia selamanya?

Tidakkah kalian menginginkan jannah (surga) Allah subhanahu wata’ala yang luasnya seluas langit dan bumi?

Ketahuilah, jannah Allah subhanahu wa ta’ala itu diraih dengan usaha yang sungguh-sungguh dalam beramal.
Jannah itu disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa yang mereka tahu bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara, mereka merasa bahwa gemerlapnya kehidupan dunia ini akan menipu umat manusia dan menyeret mereka kepada kehidupan yang sengsara di negeri akhirat selamanya.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Ali ‘Imran: 185)

Untuk Apa Kita Hidup di Dunia?

Wahai para pemuda, ketahuilah, sungguh Allah subhanahu wa ta’ala telah menciptakan kita bukan tanpa adanya tujuan.

Bukan pula memberikan kita kesempatan untuk bersenang-senang saja, tetapi untuk meraih sebuah tujuan mulia.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Adz Dzariyat: 56)

Beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Itulah tugas utama yang harus dijalankan oleh setiap hamba Allah.

Dalam beribadah, kita dituntut untuk ikhlas dalam menjalankannya. Yaitu dengan beribadah semata-mata hanya mengharapkan ridha dan pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Jangan beribadah karena terpaksa, atau karena gengsi terhadap orang-orang di sekitar kita. Apalagi beribadah dalam rangka agar dikatakan bahwa kita adalah orang-orang yang alim, kita adalah orang-orang shalih atau bentuk pujian dan sanjungan yang lain.


Umurmu Tidak Akan Lama Lagi

Wahai para pemuda, jangan sekali-kali terlintas di benak kalian: beribadah nanti saja kalau sudah tua, atau mumpung masih muda, gunakan untuk foya-foya.

Ketahuilah, itu semua merupakan rayuan setan yang mengajak kita untuk menjadi teman mereka di An Nar (neraka).

Tahukah kalian, kapan kalian akan dipanggil oleh Allah subhanahu wa ta’ala, berapa lama lagi kalian akan hidup di dunia ini?

Jawabannya adalah sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:

وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui apa yang akan dilakukannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Luqman: 34)

Wahai para pemuda, bertaqwalah kalian kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Mungkin hari ini kalian sedang berada di tengah-tengah orang-orang yang sedang tertawa, berpesta, dan hura-hura menyambut tahun baru dengan berbagai bentuk maksiat kepada Allah subhanahu wata’ala

tetapi keesokan harinya kalian sudah berada di tengah-tengah orang-orang yang sedang menangis menyaksikan jasad-jasad kalian dimasukkan ke liang lahad (kubur) yang sempit dan menyesakkan.

Betapa celaka dan ruginya kita, apabila kita belum sempat beramal shalih. Padahal, pada saat itu amalan diri kita sajalah yang akan menjadi pendamping kita ketika menghadap Allah subhanahu wa ta’ala.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ: أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ, فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى وَاحِدٌ, يَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ
.
“Yang mengiringi jenazah itu ada tiga: keluarganya, hartanya, dan amalannya. Dua dari tiga hal tersebut akan kembali dan tinggal satu saja (yang mengiringinya), keluarga dan hartanya akan kembali, dan tinggal amalannya (yang akan mengiringinya).” (Muttafaqun ‘Alaihi)

Wahai para pemuda, takutlah kalian kepada adzab Allah subhanahu wa ta’ala.

Sudah siapkah kalian dengan timbangan amal yang pasti akan kalian hadapi nanti. 

Sudah cukupkah amal yang kalian lakukan selama ini untuk menambah berat timbangan amal kebaikan.

Betapa sengsaranya kita, ketika ternyata bobot timbangan kebaikan kita lebih ringan daripada timbangan kejelekan.

Ingatlah akan firman Allah subhanahu wa ta’ala:

فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ وَمَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ نَارٌ حَامِيَةٌ

“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.” (Al Qari’ah: 6-11)


Bersegeralah dalam Beramal

Wahai para pemuda, bersegeralah untuk beramal kebajikan, dirikanlah shalat dengan sungguh-sungguh, ikhlas dan sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Karena shalat adalah yang pertama kali akan dihisab nanti pada hari kiamat, sebagaimana sabdanya:

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمْ الصَّلاَةُ

“Sesungguhnya amalan yang pertama kali manusia dihisab dengannya di hari kiamat adalah shalat.” (HR. At Tirmidzi, An Nasa`i, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad. Lafazh hadits riwayat Abu Dawud no.733)

Bagi laki-laki, hendaknya dengan berjama’ah di masjid. Banyaklah berdzikir dan mengingat Allah subhanahu wata’ala. Bacalah Al Qur’an, karena sesungguhnya ia akan memberikan syafaat bagi pembacanya pada hari kiamat nanti.

Banyaklah bertaubat kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Betapa banyak dosa dan kemaksiatan yang telah kalian lakukan selama ini.

Mudah-mudahan dengan bertaubat, Allah subhanahu wa ta’ala akan mengampuni dosa-dosa kalian dan memberi pahala yang dengannya kalian akan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

Wahai para pemuda, banyak-banyaklah beramal shalih, pasti Allah subhanahu wata’ala akan memberi kalian kehidupan yang bahagia, dunia dan akhirat.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (An Nahl: 97)

Engkau Habiskan untuk Apa Masa Mudamu?

Pertanyaan inilah yang akan diajukan kepada setiap hamba Allah subhanahu wa ta’ala pada hari kiamat nanti.

Sebagaimana yang diberitakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam salah satu haditsnya:

لاَ تَزُوْلُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ : عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلاَهُ وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ.

“Tidak akan bergeser kaki anak Adam (manusia) pada hari kiamat nanti di hadapan Rabbnya sampai ditanya tentang lima perkara: umurnya untuk apa dihabiskan, masa mudanya untuk apa dihabiskan, hartanya dari mana dia dapatkan dan dibelanjakan untuk apa harta tersebut, dan sudahkah beramal terhadap ilmu yang telah ia ketahui.” (HR. At Tirmidzi no. 2340)

Sekarang cobalah mengoreksi diri kalian sendiri,

sudahkah kalian mengisi masa muda kalian untuk hal-hal yang bermanfaat yang mendatangkan keridhaan Allah subhanahu wa ta’ala?

Ataukah kalian isi masa muda kalian dengan perbuatan maksiat yang mendatangkan kemurkaan-Nya?

Kalau kalian masih saja mengisi waktu muda kalian untuk bersenang-senang dan lupa kepada Allah subhanahu wata’ala, maka jawaban apa yang bisa kalian ucapkan di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala Sang Penguasa Hari Pembalasan?

Tidakkah kalian takut akan ancaman Allah subhanahu wa ta’ala terhadap orang yang banyak berbuat dosa dan maksiat? Padahal Allah subhanahu wa ta’ala telah mengancam pelaku kejahatan dalam firman-Nya:

مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلَا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا

“Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.” (An Nisa’: 123)

Bukanlah masa tua yang akan ditanyakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Oleh karena itu, pergunakanlah kesempatan di masa muda kalian ini untuk kebaikan.

Ingat-ingatlah selalu bahwa setiap amal yang kalian lakukan akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala.


Jauhi Perbuatan Maksiat

Apa yang menyebabkan Adam dan Hawwa dikeluarkan dari Al Jannah (surga)? Tidak lain adalah kemaksiatan mereka berdua kepada Allah subhanahu wata’ala.

Mereka melanggar larangan Allah subhanahu wata’ala karena mendekati sebuah pohon di Al Jannah, mereka terbujuk oleh rayuan iblis yang mengajak mereka untuk bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala.

Wahai para pemuda, senantiasa iblis, setan, dan bala tentaranya berupaya untuk mengajak umat manusia seluruhnya agar mereka bermaksiat kepada Allah subhanahu wa ta’ala, mereka mengajak umat manusia seluruhnya untuk menjadi temannya di neraka.

Sebagaimana yang Allah subhanahu wa ta’ala jelaskan dalam firman-Nya (yang artinya):

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fathir: 6)

Setiap amalan kejelekan dan maksiat yang engkau lakukan, walaupun kecil pasti akan dicatat dan diperhitungkan di sisi Allah subhanahu wata’ala. Pasti engkau akan melihat akibat buruk dari apa yang telah engkau lakukan itu.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya):

وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apapun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (Az Zalzalah: 8)

Setan juga menghendaki dengan kemaksiatan ini, umat manusia menjadi terpecah belah dan saling bermusuhan.

Jangan dikira bahwa ketika engkau bersama teman-temanmu melakukan kemaksiatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, itu merupakan wujud solidaritas dan kekompakan di antara kalian.

Sekali-kali tidak, justru cepat atau lambat, teman yang engkau cintai menjadi musuh yang paling engkau benci.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ

“Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu karena (meminum) khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan perbuatan itu).” (Al Maidah: 91)

Demikianlah setan menjadikan perbuatan maksiat yang dilakukan manusia sebagai sarana untuk memecah belah dan menimbulkan permusuhan di antara mereka.


Ibadah yang Benar Dibangun di atas Ilmu

Wahai para pemuda, setelah kalian mengetahui bahwa tugas utama kalian hidup di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata, maka sekarang ketahuilah bahwa Allah subhanahu wa ta’ala hanya menerima amalan ibadah yang dikerjakan dengan benar.

Untuk itulah wajib atas kalian untuk belajar dan menuntut ilmu agama,

mengenal Allah subhanahu wa ta’ala, mengenal Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan mengenal agama Islam ini,

mengenal mana yang halal dan mana yang haram, mana yang haq (benar) dan mana yang bathil (salah), serta mana yang sunnah dan mana yang bid’ah.

Dengan ilmu agama, kalian akan terbimbing dalam beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala, sehingga ibadah yang kalian lakukan benar-benar diterima di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.

Betapa banyak orang yang beramal kebajikan tetapi ternyata amalannya tidak diterima di sisi Allah subhanahu wa ta’ala, karena amalannya tidak dibangun di atas ilmu agama yang benar.

Oleh karena itu, wahai para pemuda muslim, pada kesempatan ini, kami juga menasehatkan kepada kalian untuk banyak mempelajari ilmu agama, duduk di majelis-majelis ilmu, mendengarkan Al Qur’an dan hadits serta nasehat dan penjelasan para ulama.

Jangan sibukkan diri kalian dengan hal-hal yang kurang bermanfaat bagi diri kalian, terlebih lagi hal-hal yang mendatangkan murka Allah subhanahu wa ta’ala.
Ketahuilah, menuntut ilmu agama merupakan kewajiban bagi setiap muslim, maka barangsiapa yang meninggalkannya dia akan mendapatkan dosa, dan setiap dosa pasti akan menyebabkan kecelakaan bagi pelakunya.

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ.

“Menuntut ilmu agama itu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah no.224)


Akhir Kata

Semoga nasehat yang sedikit ini bisa memberikan manfaat yang banyak kepada kita semua.

Sesungguhnya nasehat itu merupakan perkara yang sangat penting dalam agama ini, bahkan saling memberikan nasehat merupakan salah satu sifat orang-orang yang dijauhkan dari kerugian,

sebagaimana yang Allah subhanahu wa ta’ala firmankan dalam surat Al ‘Ashr:

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat-menasehati dalam kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al ‘Ashr: 1-3)


Wallahu  a’lam bish-shawab