Assalamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Bismillaahirrahmaanirrahiim
"Hebat ya Fulan itu. Dia itu sudah kaya, cakep, aktivis Rohis, dermawan lagi," ucap Mr X. "Iya, kemarin lho,
aku perhatiin Fulan itu habis nyumbang di Masjid sekolah kita sampai
Lima Puluh Juta," timpal Mrs Z. "Wah, udah pasti Sdr Fulan itu bakal
jadi konglomerat di Akhirat nanti," ucap Mr X menutup obrolan.
Sering tidak kita sadari, kita melakukan perbuatan yang kita anggap biasa saja atau kita anggap sebagai kebaikan, tapi ternyata di menurut Allah perbuatan itu adalah sebuah dosa. Kita harus akui, sehebat apa pun kita, kita tidak akan bisa seumur hidup terbebas dari dosa sekecil apa pun. Salah satunya, adalah memuji. Kita anggap memuji itu hal yang wajar bahkan bisa menjadi baik ketika ada yang menakjubkan. Siapa sih yang tidak suka dipuji. Semua orang suka dipuji. Betul? Tapi tahukah kita bahwa memuji itu tidak boleh sembarangan?
Pertama,
Tidak boleh memuji diri sendiri. Sebab kita tidak tahu apakah diri kita ini adalah hamba yang baik menurut Allah.
Allah berfirman, yang artinya:
"Maka janganlah kalian mengatakan diri kalian suci. Dia lah yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa." [Al-Qur'an surah An-Najm ayat no. 32]
Rasulullah juga pernah mewasiatkan,
"Janganlah menganggap diri kalian suci. Hanya Allah lah yang mengetahui siapa yang baik di antara kalian." [Shahih: Mukhtashar Shahih Muslim no. 1407]
Kecuali kalau kebaikan diri kita itu adalah masalah duniawi dan tanpa berlebihan dalam menilai diri. Allah mengisahkan Nabi Yusuf, "Berkata Yusuf, 'Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir) sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.'." [Al-Qur'an surah Yusuf ayat no. 55]
Kedua,
Usahakan tidak memuji siapa pun kecuali Allah, yang memang pantas, berhak, dan wajib kita puji dan sanjung. Rasulullah bersabda,
"Jauhilah sanjung-menyanjung, karena sesungguhnya itu adalah penyembelihan." [Shahih: Ash-Shahihah no. 1284]
Ketiga,
Ada kalimat khusus ketika terpaksa, (ingat ya, terpaksa!) memuji seseorang. Sebagaimana dikisahkan oleh Abu Bakrah, bahwa ada seorang pria yang disebut-sebut di hadapan Rasulullah. Kemudian berkatalah seseorang, "Wahai Rasulullah, tak seorang pun yang lebih baik darinya setelah Rasulullah dalam hal ini dan itu." Rasulullah segera angkat suara, "Hei, anda telah memenggal leher kawan anda." Beliau mengatakannya tiga kali. Setelah itu Rasulullah bersabda,
"Jika salah seorang di antara kalian harus menyanjung saudaranya, hendaklah ia berkata, 'Menurutku, si Fulan adalah demikian, jika ia memandangnya seperti itu, dan tidaklah aku menyucikan seorang pun di atas Allah." [Shahih: Mukhtashar Shahih Muslim no. 1510]
Keempat,
Kalau ingin memuji seseorang atas kebaikannya yang kita saksikan sendiri, pujilah dia ketika dia sudah wafat. Kalau masih hidup, jangan, soalnya kita tidak tahu bagaimana akhir hidupnya. Bisa jadi di akhir hidupnya dia banyak berbuat maksiat. Lebih-lebih, kalau seseorang dipuji ketika masih hidup, bisa-bisa dia jadi takabbur (sombong), 'ujub sama dirinya, tidak ikhlas dalam beramal.
Rasulullah bersabda, "Janganlah kalian merasa takjub dengan amal seseorang, hingga kalian melihat bagaimana hidupnya berakhir." [Shahih: Ash-Shahihah no. 1334]
Dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendengar ada orang yang memuji saudaranya dengan sangat berlebihan. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Kalian telah mematahkan punggung saudara kalian (kalian telah membinasakannya)." [Hadits shahih, riwayat Bukhari (III/158 dan Muslim (IV/2297)]
Apa yang harus dikatakan ketika memuji?
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
"Jika salah seorang di antara kalian melihat sesuatu yang menakjubkan dari saudaranya, maka hendaklah dia mendo'akannya agar diberikan keberkahan kepadanya." [Hadits shahih, riwayat Imam Malik dalam al-Muwaththa' (II/716 no.2), Ibnu Majah dalam Shahih-nya (II/265) dan Ahmad dalam Musnad-nya (III/447)]
Kita sebagai seorang Muslim harusnya keinginan dipuji itu cuma dipuji Allah. Tidak perlu kita berharap pujian dari manusia. Selain tidak berefek apa-apa buat akhirat kita, juga pujian manusia itu bisa bikin kita lupa diri dan lupa ikhlas. So, jangan lebay yach kalo memuji. Kecuali memuji Allah, mesti sebanyak-banyaknya.
Pujian merupakan fenomena umum yang sering kita temui sehari-hari. Secara garis besar, pujian bisa diklasifikasikan dalam tiga kategori: pujian yang diucapkan untuk menjilat, pujian yang sifatnya basa-basi, serta pujian yang dilontarkan sebagai ekspresi kekaguman.
Bila disikapi secara sehat dan proporsional, pujian bisa memotivasi kita untuk meraih pencapaian-pencapaian baru. Namun, kenyataannya, pujian justru lebih sering membuat kita lupa daratan. Semakin sering orang lain memuji, semakin besar potensi kita untuk terlena dan besar kepala.
selalu mawas diri supaya tidak terbuai oleh pujian orang lain. Oleh karena itu, setiap kali ada yang memuji beliau, Rasulullah SAW menanggapinya dengan doa,
"Ya Allah, janganlah Engkau hukum aku karena apa yang dikatakan oleh orang-orang itu." (HR Bukhari).
Lewat doa ini, Rasulullah SAW mengajarkan bahwa pujian adalah perkataan orang lain yang potensial menjerumuskan kita. Ibaratnya, orang lain yang mengupas nangka, tapi kita yang kena getahnya.
Menyadari hakikat pujian sebagai topeng dari sisi gelap kita yang tidak diketahui orang lain. Karena, ketika ada yang memuji kita, itu lebih karena ketidaktahuannya akan sisi gelap kita. Oleh sebab itu, kiat kedua Rasulullah SAW dalam menanggapi pujian adalah dengan berdoa,
"Ya Allah, ampunilah aku dari apa yang tidak mereka ketahui (dari diriku)." (HR Bukhari).
Kalaupun sisi baik yang dikatakan orang lain memang benar ada dalam diri kita, Rasulullah SAW mengajarkan agar memohon kepada Allah SWT untuk dijadikan lebih baik lagi. Maka, kalau mendengar pujian seperti ini, Rasulullah SAW kemudian berdoa,
"Ya Allah, jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka kira." (HR Bukhari).
Sering tidak kita sadari, kita melakukan perbuatan yang kita anggap biasa saja atau kita anggap sebagai kebaikan, tapi ternyata di menurut Allah perbuatan itu adalah sebuah dosa. Kita harus akui, sehebat apa pun kita, kita tidak akan bisa seumur hidup terbebas dari dosa sekecil apa pun. Salah satunya, adalah memuji. Kita anggap memuji itu hal yang wajar bahkan bisa menjadi baik ketika ada yang menakjubkan. Siapa sih yang tidak suka dipuji. Semua orang suka dipuji. Betul? Tapi tahukah kita bahwa memuji itu tidak boleh sembarangan?
Pertama,
Tidak boleh memuji diri sendiri. Sebab kita tidak tahu apakah diri kita ini adalah hamba yang baik menurut Allah.
Allah berfirman, yang artinya:
"Maka janganlah kalian mengatakan diri kalian suci. Dia lah yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa." [Al-Qur'an surah An-Najm ayat no. 32]
Rasulullah juga pernah mewasiatkan,
"Janganlah menganggap diri kalian suci. Hanya Allah lah yang mengetahui siapa yang baik di antara kalian." [Shahih: Mukhtashar Shahih Muslim no. 1407]
Kecuali kalau kebaikan diri kita itu adalah masalah duniawi dan tanpa berlebihan dalam menilai diri. Allah mengisahkan Nabi Yusuf, "Berkata Yusuf, 'Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir) sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.'." [Al-Qur'an surah Yusuf ayat no. 55]
Kedua,
Usahakan tidak memuji siapa pun kecuali Allah, yang memang pantas, berhak, dan wajib kita puji dan sanjung. Rasulullah bersabda,
"Jauhilah sanjung-menyanjung, karena sesungguhnya itu adalah penyembelihan." [Shahih: Ash-Shahihah no. 1284]
Ketiga,
Ada kalimat khusus ketika terpaksa, (ingat ya, terpaksa!) memuji seseorang. Sebagaimana dikisahkan oleh Abu Bakrah, bahwa ada seorang pria yang disebut-sebut di hadapan Rasulullah. Kemudian berkatalah seseorang, "Wahai Rasulullah, tak seorang pun yang lebih baik darinya setelah Rasulullah dalam hal ini dan itu." Rasulullah segera angkat suara, "Hei, anda telah memenggal leher kawan anda." Beliau mengatakannya tiga kali. Setelah itu Rasulullah bersabda,
"Jika salah seorang di antara kalian harus menyanjung saudaranya, hendaklah ia berkata, 'Menurutku, si Fulan adalah demikian, jika ia memandangnya seperti itu, dan tidaklah aku menyucikan seorang pun di atas Allah." [Shahih: Mukhtashar Shahih Muslim no. 1510]
Keempat,
Kalau ingin memuji seseorang atas kebaikannya yang kita saksikan sendiri, pujilah dia ketika dia sudah wafat. Kalau masih hidup, jangan, soalnya kita tidak tahu bagaimana akhir hidupnya. Bisa jadi di akhir hidupnya dia banyak berbuat maksiat. Lebih-lebih, kalau seseorang dipuji ketika masih hidup, bisa-bisa dia jadi takabbur (sombong), 'ujub sama dirinya, tidak ikhlas dalam beramal.
Rasulullah bersabda, "Janganlah kalian merasa takjub dengan amal seseorang, hingga kalian melihat bagaimana hidupnya berakhir." [Shahih: Ash-Shahihah no. 1334]
Dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendengar ada orang yang memuji saudaranya dengan sangat berlebihan. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Kalian telah mematahkan punggung saudara kalian (kalian telah membinasakannya)." [Hadits shahih, riwayat Bukhari (III/158 dan Muslim (IV/2297)]
Apa yang harus dikatakan ketika memuji?
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
"Jika salah seorang di antara kalian melihat sesuatu yang menakjubkan dari saudaranya, maka hendaklah dia mendo'akannya agar diberikan keberkahan kepadanya." [Hadits shahih, riwayat Imam Malik dalam al-Muwaththa' (II/716 no.2), Ibnu Majah dalam Shahih-nya (II/265) dan Ahmad dalam Musnad-nya (III/447)]
Kita sebagai seorang Muslim harusnya keinginan dipuji itu cuma dipuji Allah. Tidak perlu kita berharap pujian dari manusia. Selain tidak berefek apa-apa buat akhirat kita, juga pujian manusia itu bisa bikin kita lupa diri dan lupa ikhlas. So, jangan lebay yach kalo memuji. Kecuali memuji Allah, mesti sebanyak-banyaknya.
Pujian merupakan fenomena umum yang sering kita temui sehari-hari. Secara garis besar, pujian bisa diklasifikasikan dalam tiga kategori: pujian yang diucapkan untuk menjilat, pujian yang sifatnya basa-basi, serta pujian yang dilontarkan sebagai ekspresi kekaguman.
Bila disikapi secara sehat dan proporsional, pujian bisa memotivasi kita untuk meraih pencapaian-pencapaian baru. Namun, kenyataannya, pujian justru lebih sering membuat kita lupa daratan. Semakin sering orang lain memuji, semakin besar potensi kita untuk terlena dan besar kepala.
selalu mawas diri supaya tidak terbuai oleh pujian orang lain. Oleh karena itu, setiap kali ada yang memuji beliau, Rasulullah SAW menanggapinya dengan doa,
"Ya Allah, janganlah Engkau hukum aku karena apa yang dikatakan oleh orang-orang itu." (HR Bukhari).
Lewat doa ini, Rasulullah SAW mengajarkan bahwa pujian adalah perkataan orang lain yang potensial menjerumuskan kita. Ibaratnya, orang lain yang mengupas nangka, tapi kita yang kena getahnya.
Menyadari hakikat pujian sebagai topeng dari sisi gelap kita yang tidak diketahui orang lain. Karena, ketika ada yang memuji kita, itu lebih karena ketidaktahuannya akan sisi gelap kita. Oleh sebab itu, kiat kedua Rasulullah SAW dalam menanggapi pujian adalah dengan berdoa,
"Ya Allah, ampunilah aku dari apa yang tidak mereka ketahui (dari diriku)." (HR Bukhari).
Kalaupun sisi baik yang dikatakan orang lain memang benar ada dalam diri kita, Rasulullah SAW mengajarkan agar memohon kepada Allah SWT untuk dijadikan lebih baik lagi. Maka, kalau mendengar pujian seperti ini, Rasulullah SAW kemudian berdoa,
"Ya Allah, jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka kira." (HR Bukhari).
wallahu a'lam bish-shawab
By : Mencari Rezky
Artikel yang sangat bermanfaat :) Terima kasih :)
BalasHapusAlhamdulillah,menginspirasi...izin copas...barakallahumma fiek
BalasHapus