Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahim
Alangkah
terperanjatnya saya saat mendengar sebuah tausyiah tentang hubungan
akhwat ikhwat dalam islam, entah kenapa begitu mendengar tausyiah
tersebut hati saya merasa tersentak. Ternyata selama ini saya melakukan
kesalahan yang sangat sering saya lakukan.
Gadhul bashar yang dalam bahasa indonesia diartikan sebagai menjaga pandangan, menjaga pandangan dalam islam sangatlah dianjurkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW, dalam sebuah ayat Al quran dijelaskan, yang artinya :
Gadhul bashar yang dalam bahasa indonesia diartikan sebagai menjaga pandangan, menjaga pandangan dalam islam sangatlah dianjurkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW, dalam sebuah ayat Al quran dijelaskan, yang artinya :
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya
zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”
(QS. Al Isra:32).
Terbersit dalam benak di hati, “terus apa hubungannya zina dengan menjaga pandangan??” gumam dalam hati. Dalam Hadist yang di riwayatkan Oleh Abu Huaraira r.a dijelaskan:
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda yang
artinya, “Kedua mata itu bisa melakukan zina, kedua tangan itu (bisa)
melakukan zina, kedua kaki itu (bisa) melakukan zina. Dan kesemuanya itu
akan dibenarkan atau diingkari oleh alat kelamin.” (Hadis sahih
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibn Abbas dan Abu
Hurairah).
“Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua telinga zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhazrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau digagalkannya.” (HR Bukhari).
Hadist tersebut menjelaskan sedikit banyak tentang bahaya zina, dan hal tersebut dapat berawal dari pandangan seperti yang jelaskan dalam sebuah ayat alquran di bawah ini :
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman:”Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS. 24:30)
Dan diperkuat dalam hadist shahih berikut :
“Wahai Ali, janganlah pandangan pertama kau ikuti dengan pandangan
berikutnya. Untukmu pandangan pertama, tetapi bukan untuk berikutnya.”
(HR. Abu Dawud, dishahihkan oleh Al-Hakim sesuai dengan syarat Muslim)
Subhanallah, betapa malunya saya mendengar hadist tersebut.
Astagfirullah, sekali lagi hati saya beristighfar. Jadi selama ini saya
melakukan hal yang mendekati zina, jika saya tidak menjaga pandangan.
Ada beberapa perdebatan mengenai hal ini, mengapa hanya dengan pandangan
kita dapat melakukan hal yang mendekati zina? Apakah kita tidak boleh
menatap lawan jenis kita saat berbicara? Karena pengertian zina dalam
masyarakat mayoritas kita berarti melakukan hubungan suami istri tanpa
adanya tali pernikahan yang halal. Sehingga, menatap lawan jenis sah-
sah saja.
Namun, lepas dari perdebatan tersebut, saya mengambil
hikmah yang merubah pandangan saya terhadap hubungan akhwat ikhwat
selama ini. Saya menganggap menjaga pandangan lebih baik dari pada harus
menerima resiko laknat Allah azza wajalla. Jadi teringat seorang teman
saya berkata ” Kenapa harus segitunya sih, masa kalau berbicara dengan
lawan jenis mesti menunduk?? ntar dikira sombong lagi…. yang pentingkan
hatinya… iya kan hir? ” kata salah satu teman saya. Kemudian saya
berfikir sejenak, dan sempat berfikir yang sama terhadap perkataan teman
saya tersebut. Namu segera saya tepis fikiran itu, kemudian tersenyum
dan berkata kepada teman saya “mungkin betul perkataan mu, namun bagi
aku yang hanya menempel sedikit iman ini, gadhul qalbu atau menjaga hati
tidak bisa sepenuhnya digunakan, jika tidak di barengi dengn gadhul
bashar” ucap saya.
Memang sangat sulit menerapkan hal ini,
terlebih bagi sesorang yang tinggal di kota jakarta, yang notabene
merupakan kota metropolis. Dan kebanyakan perempuan sekarang tidak malu
untuk membuka aurat nya di depan umum. Namun terlepas dari semua itu,
semua kembali kepada diri sendiri. Karena pada hakikatnya kita harus
menentukan jalan kita sendiri, “jika bukan sekarang, kapan lagi!!!”
gumam dalam hati. Tulisan ini dibuat bukan untuk mengajari atau mendikte
seseorang. Karena saya juga hanya seorang yang mencoba berubah ke jalan
yang lebih baik. Karena kesalahan sepenuhnya milik saya, dan
kesempurnaan milik Allah SWT.
Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar