Bismillahirrahmanirrahim
Pada sisi pengabdian, manusia harus aktif, karena kita difungsikan sebagai subyek yang dimaksudkan untuk melakukan pengabdian. Secara essensial pengabdian kepada Allah diwujudkan dalam dua bentuk yaitu:
- melakukan semua yang diperintahkan,Bismillahirrahmanirrahim
- dan menjauhi semua yang dilarang .
Artinya kita senantiasa berupaya untuk menempatkan diri seutuhnya lahir dan batin dalam kepatuhan mutlak kepada Maha Pencipta.
Melakukan yang diperintahkan tanpa menjauhi yang dilarang belum bisa dikatakan sebagai pengabdian, karena tidak ada unsur kepatuhan. Sebaliknya: menjauhi yang dilarang tanpa melakukan yang disuruh, juga belum bisa dikatakan sebagai suatu kepatuhan, sehingga bukan merupakan pengabdian. Inilah essensi dari pengabdian, yang harus dilaksanakan dengan penuh keikhlasan.
"Ikhlas" dalam melakukan perintah Allah adalah merupakan suatu keniscayaan. Tanpa keikhlasan, kepatuhan belum bisa dikatakan sebagai suatu pengabdian. "Ikhlas" dalam menjauhi larangan Allah juga merupakan keniscayaan, karena tanpa keikhlasan, menjauhi larangan Allah belum bisa dikatakan sebagai suatu pengabdian. Mari kita cermati contoh sederhana berikut:
Sewaktu berjalan di suatu lorong saya melihat sebatang pohon rambutan di pekarangan rumah penduduk berbuah sangat lebat. Tiba-tiba saya mempunyai hasrat untuk menikmatinya. Saya dekati cabang pohon yang rendah dengan maksud untuk mengambil buahnya. Sewaktu buah rambutan sudah berada dalam jangkauan tangan, tiba-tiba pemilik rumah keluar dari pintu samping. Takut dan malu ketahuan sebagai "pencuri" maka saya mengurungkan niat mengambil buah (yang saya tidak berhak atasnya) dan meneruskan perjalanan. Apakah ini dapat dikatakan sebagai suatu pengabdian kepada Allah?
Apakah perbuatan saya menghindari pengambilan barang tanpa hak, seperti contoh diatas mempunyai nilai kebaikan? Jelas mempunyai nilai kebaikan. Tetapi apakah perbuatan saya tersebut mempunyai nilai ibadah kepada Allah? Wallahua’lam. Seandainya sipemilik rumah tidak terlihat oleh saya, sangat mungkin saya sudah mengambil dan menikmati rambutan tersebut. Artinya saya tidak jadi melakukan "larangan" tersebut karena orang, bukan karena Allah. Mohon direnungkan.
Menempatkan diri dalam jalur taat, seutuhnya lahir dan batin secara ikhlas, berarti membawa kita semakin mendekat kearah ridha Allah. Sedangkan menempatkan diri pada jalur ingkar (tidak melakukan apa yang disuruh, atau bahkan melakukan apa yang dilarang) akan membawa kita semakin menjauh dari ridha Allah.
Berada di jalur taat berarti berada dalam kebenaran (haq). Orang yang berada di jalur taat seharusnya tidak mendekat ke jalur ingkar (batil). Karena Allah melarang kita mencampurkan yang haq dengan yang batil. Jangankan menetap di jalur ingkar (batil), mencampurkan taat (haq) dengan ingkar (batil) saja sudah terlarang.
Dengan demikian, sebagai orang yang sudah mengikrarkan syahadah, dan mengaku beriman marilah kita pada setiap saat, dalam kehidupan duniawi yang sangat singkat ini, memperbaharui dan memperteguh komitmen untuk berupaya agar dalam keseharian kita senantiasa:
- tetap berada pada jalur taat,
- tidak terpeleset ke jalur ingkar.
Insya Allah dengan komitmen dan perjuangan yang sungguh-sungguh kita akan memperoleh hidayah dan pertolongan Allah, sesuai dengan janji Nya:
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Al-Ankabut; 29 : 69)
Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketaqwaannya. (Muhammad; 47 : 17).
wallahu a'lam bish-shawab
By : Mencari Rezky
Tidak ada komentar:
Posting Komentar