Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh
Imam
Ghazali berkata: "Ilmu tanpa amal adalah gila dan pada masa yang sama,
amalan tanpa ilmu merupakan suatu amalan yang tidak akan berlaku dan
sia- sia."
Kenapa harus tahu ilmunya? Karena kalau kita
mengerjakan sesuatu tidak tahu ilmunya, maka pekerjaan kita tidak ada
nilainya dan tidak diterima oleh Allah SWT.
Nabi Muhammad shallallahu
'alayhi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang beramal tidak mengikuti
perintah kami, maka akan ditolak." (HR Muslim)
Imam Syafii
berkata, "Setiap orang yang beramal tanpa ilmu, maka amalnya akan
ditolak sia-sia." (Matan Zubad, juz I, hlm 2, Majallatul buhuts
al-Islamiyah, juz 42, hlm 279).
Dalam kitab Zubad karangan Ibn Ruslan dikatakan:
wa kullu man bi ghairi ilmin ya'malu // a'maluhu mardudatun la tuqbalu.
Setiap orang yang mengamalkan sesuatu tanpa ilmu // maka amalnya
ditolak, tidak diterima. Itu namanya amal-amalan, bukan amal yang
sesungguhnya.
Jelas sekali, kan?
Itu sebabnya, Islam
mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu. Rasulullah shallallahu 'alayhi
wa sallam bersabda; "Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim."
(Ibnu Majah)
Dasar kewajiban ini, karena Islam menginginkan
umatnya mengerjakan sesuatu berlandaskan ilmu yang diketahuinya,
sehingga apa yang dikerjakan sesuai dengan al-Qur'an dan Sunah
Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam . Sebab, ilmu tanpa amal ibarat
pohon tak berbuah dan amal tanpa ilmu sama halnya perbuatan yang
sia-sia.
*****
Yang menjadi ukuran amal seseorang ialah ke"Ikhlasannya".
Membicarakan soal ikhlas haruslah didahului dengan uraian tentang niat,
sebab antara keduanya sangat erat hubungannya, tak ubahnya laksana
pohon dan bibit.
Niat(ikhlas) itu adalah titik tolak permulaan
dalam segala amal perbuatan, perjuangan dan lain-lain. Dia menjadi
ukuran yang menentukan tentang baik buruknya sesuatu perkataan atau
perbuatan. Fungsi dan peranan niat itu sangat menentukan, sehingga
sebagian ulama salaf (dahulu kala) menyimpulkan : "Kerap kali amal yang
kecil menjadi besar karena baik niatnya(ikhlas), dan kerap kali pula
amal yang besar menjadi kecil karena salah niatnya."
Niat(ikhlas), Iradah atau qashad ialah dorongan yang tumbuh dalam hati
manusia, yang menggerakkan untuk melaksanakan amal perbuatan ataupun
ucapan tertentu.
Kedudukan niat(ikhlas) itu dijelaskan dalam sebuah hadits
"Dari Amiril Mu'minin Abi Hafsin Umar Bin Khattab r.a berkata : "Saya
dengar Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda : "Sesungguhnya
segala amal perbuatan bergantung kepada niat dan sesungguhnya tiap-tiap
orang memperoleh sesuatu dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrah pada
jalan Allah dan Rasul-Nya. Maka hijrahnya itu kepada Allah dan
Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrah karena ingin memperoleh keduniaan,
atau untuk mengawini seorang wanita, maka hijrahnya itu ialah ke arah
yang ditujunya itu". (H.R. Bukhari dan Muslim)
Menurut hadits
itu tiap-tiap amal perbuatan harus berlandaskan niat yang ikhlas, dan
nilai amal yang dikerjakan itu pada sisi Allah, bergantung kepada niat
orang yang mengerjakannya, atau kepada nawaitu-nya. Jika niatnya baik,
maka amalnya akan diterima. Sebaliknya kalau niatnya ada "udang dibalik
batu", maka amalnya itu pun akan ditolak.
Didalam setiap niat
yang penting adalah ikhlas. Arti ikhlas ialah memperindah ibadah atau
kebajikan karena Allah semata-mata dan mengharapkan keridhaan-Nya.
Wallahu a’lam bish-shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar