Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahim
Saidina Othman Ibnu Affan r.a. berkata :
Ciri-ciri orang bijaksana adalah ;
“Di antara tanda-tanda orang yang bijaksana ialah: Hatinya selalu basah
dengan dzikrullah, kedua matanya menangis karena penyesalan terhadap
dosa, segala perkara di hadapinya dengan sabar dan tabah, serta lebih
mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia.”
1. Tidak Emosional, hal itu berarti orang yang temperamental, mudah marah, meledak-ledak, gampang tersinggung, sulit menjadi bijaksana dan hanya dapat menjadi bijak dengan pertolongan Allah dan kegigihan usaha untuk berubah, jadi orang yang bijak adalah orang yang terampil mengendalikan diri. Berhati-hatilah jika kita termasuk orang yang mudah marah maka jika bertindak biasanya cenderung tergesa-gesa. Orang-orang yang emosional tersinggung sedikit akan sibuk membela diri dan membalas menyerang, ini tidak bijaksana karena yang dicari adalah kemenangan pribadi bukan kebenaran itu sendiri.
2. Tidak
egois, orang yang egois jelas tidak akan dapat menjadi bijak, karena
bijak itu pada dasarnya ingin kemaslahatan bersama, orang yang egois
biasanya hanya menginginkan kebaikan untuk dirinya sendiri. Rasulullah
selalu hidup dalam pengorbanan, begitu pula Indonesia dapat merdeka oleh
orang-orang yang berjuang penuh pengorbanan. Orang yang bijak adalah
orang yang mau berkorban untuk orang lain bukan mengorbankan orang lain
untuk kepentingan dirinya sendiri.
3. Suka
cinta dan rindu pada nasihat, akan sangat bodoh jika kita masuk hutan
tanpa bertanya kepada orang yang tahu mengenai hutan. Jika kita di beri
nasihat seharusnya kita berterima kasih. Jika kita tersinggung karena di
sebut bodoh maka seharusnya kita tersinggung jika disebut pintar karena
itu tidak benar. Jika kita alergi terhadap kritik, saran, nasehat atau
koreksi maka kita tidak akan bisa menjadi orang yang bijak. Jika seorang
pemimpin alergi terhadap saran atau nasehat, bahkan memusuhi orang yang
mengkritik, maka dia tidak akan pernah bisa memimpin dengan baik.
4. Memiliki
kasih sayang terhadap sesama, Rasa sayang yang ada diharapkan tetap
berpijak pada rambu-rambu yang ada seperti ketegasan. Diriwayatkan bahwa
orang yang dinasehati oleh Rasulullah secara bijak berbalik menjadi
orang yang lebih baik dari sebelumnya. Orang-orang yang bijak akan
sayang terhadap sesama. Berbeda dengan orang-orang yang hidup penuh
dengan kebencian, dimana kepuasan bathinnya adalah menghancurkan orang
lain. Pemimpin sebaiknya memiliki kasih sayang yang berlimpah tidak
hanya pada waktu kampanye saja. Kasih sayangnya juga tidak hanya untuk
satu pihak atau kelompok melainkan merata untuk semua golongan.
5. Selalu
berupaya membangun, Orang yang bijak tidak hanyut oleh masa lalu yang
membuat lumpuh tetapi selalu menatap ke depan untuk memperbaiki
segalanya. Orang yang bijak akan membangkitkan semangat orang yang
lemah, menerangi sesuatu yang gelap. Jika melihat orang yang berdosa,
maka ia akan bersemangat untuk mengajak orang tersebut untuk bertaubat.
Orang yang bijak ingin membuat orang maju dan sangat tidak menyukai
kehancuran dan kelumpuhan kecuali bagi kebathilan. Semangat orang yang
bijak adalah semangat untuk maju tidak hanya untuk dirinya tetapi juga
bagi orang lain disekitarnya.
Makanya
Belajarlah Jadi Orang Bijaksana,..Banyak Melihat Dengan Seksama Dan
Banyak Mendengar dari Pada Banyak Bicara Yang Menimbulkan Bahaya
Lisan.Pergunakan Otak Tanya ke Hati Kecil Kita Sebagai kontrol Dalam Setiap Tindakan(Perbutan) Serta Berkata dan Menulis.
Jadilah ORANG Bijaksana yang BERAKAL, yang seharusnya lebih banyak mempergunakan kedua telinganya daripada mulutnya. Dia perlu menyadari bahwa dia diberi telinga dua buah, sedangkan diberi mulut hanya satu adalah supaya dia lebih banyak mendengar daripada berbicara. Seringkali orang menyesal di kemudian hari karena perkataan yang diucapkannya, sementara diamnya tidak akan pernah membawa penyesalan. Dan menarik diri dari perkataan yang belum diucapkan adalah lebih mudah dari pada menarik perkataan yang telah terlanjur diucapkan. Hal itu karena biasanya apabila seseorang tengah berbicara maka perkataan-perkataannya akan menguasai dirinya. Sebaliknya, bila tidak sedang berbicara maka dia akan mampu mengontrol perkataan-perkataannya.
"LISAN seorang BIJAKSANA yang BERAKAL berada di bawah kendali hatinya. Ketika dia hendak berbicara, maka dia akan bertanya terlebih dahulu kepada hatinya. Apabila perkataan tersebut bermanfaat bagi dirinya, maka dia akan bebicara, tetapi apabila tidak bermanfaat, maka dia akan diam. Adapun orang yang bodoh, hatinya berada di bawah kendali lisannya. Dia akan berbicara apa saja yang ingin diucapkan oleh lisannya. Seseorang yang tidak bisa menjaga lidahnya berarti tidak paham terhadap ILMU yang dia PELAJARI"
"Orang BIJAKSANA yang berakal selayaknya lebih banyak diam daripada bicara. Hal itu karena betapa banyak orang yang menyesal karena bicara, dan sedikit yang menyesal karena diam. Orang yang paling celaka dan paling besar mendapat bagian musibah adalah orang yang lisannya senantiasa berbicara, sedangkan pikirannya tidak mau jalan".
Jadilah ORANG Bijaksana yang BERAKAL, yang seharusnya lebih banyak mempergunakan kedua telinganya daripada mulutnya. Dia perlu menyadari bahwa dia diberi telinga dua buah, sedangkan diberi mulut hanya satu adalah supaya dia lebih banyak mendengar daripada berbicara. Seringkali orang menyesal di kemudian hari karena perkataan yang diucapkannya, sementara diamnya tidak akan pernah membawa penyesalan. Dan menarik diri dari perkataan yang belum diucapkan adalah lebih mudah dari pada menarik perkataan yang telah terlanjur diucapkan. Hal itu karena biasanya apabila seseorang tengah berbicara maka perkataan-perkataannya akan menguasai dirinya. Sebaliknya, bila tidak sedang berbicara maka dia akan mampu mengontrol perkataan-perkataannya.
"LISAN seorang BIJAKSANA yang BERAKAL berada di bawah kendali hatinya. Ketika dia hendak berbicara, maka dia akan bertanya terlebih dahulu kepada hatinya. Apabila perkataan tersebut bermanfaat bagi dirinya, maka dia akan bebicara, tetapi apabila tidak bermanfaat, maka dia akan diam. Adapun orang yang bodoh, hatinya berada di bawah kendali lisannya. Dia akan berbicara apa saja yang ingin diucapkan oleh lisannya. Seseorang yang tidak bisa menjaga lidahnya berarti tidak paham terhadap ILMU yang dia PELAJARI"
"Orang BIJAKSANA yang berakal selayaknya lebih banyak diam daripada bicara. Hal itu karena betapa banyak orang yang menyesal karena bicara, dan sedikit yang menyesal karena diam. Orang yang paling celaka dan paling besar mendapat bagian musibah adalah orang yang lisannya senantiasa berbicara, sedangkan pikirannya tidak mau jalan".
wallahu a'lam bish-shawab
By : Mencari Rezky
Tidak ada komentar:
Posting Komentar